Berani

1.4K 104 7
                                    


Apa yang paling nikmat dari menikmati sebuah liburan selain tidur? Jawabannya, tidak ada. Banyak insan yang memanfaatkan waktu luang dengan merehatkan tubuh, juga salah satunya agar dapat mengisi tenaga kembali saat hari esok tiba.

Sama halnya dengan pemuda yang kini tengah berguling dengan selimut putih yang membungkus tubuhnya. Padahal sang mentari telah menampakkan sedikit sinarnya yang membias jendela kamar, dan jam yang kini ikut menunjukkan pukul 06:45. Dengan malas, tangannya berusaha mencari benda pipih yang sedari tadi berbunyi lantaran pesan masuk yang terus menerus berdatangan tanpa henti. 

Chenle. Pemuda manis yang saat ini sedang memandangi layar ponsel mendengus sebal. Sudah khatam di luar kepala sebenarnya siapa oknum yang mengganggunya hari tenangnya disertai deretan pesan tak penting. Salahnya juga sih sebenarnya, beberapa hari yang lalu ia berjanji pada si jangkung akan menemaninya pergi, walau si oknum tidak mengatakan akan pergi ke mana.


"Le,  itu ada Jisung di luar."


Sebuah suara menginterupsi dan benar saja. Dengan malas ia seret kakinya untuk segera menuju kamar.


****


"Kenapa sih, cemberut gitu muka?" Park Jisung, yang saat ini tengah mengendarai mobil beberapa kali sempat menilik pada pemuda di sampingnya yang menampilkan raut wajah ditekuk dengan bibir yang maju beberapa centi. Kan gemas.

"Berisik. Udah jalan aja." Yang ditanya malah memberi respon yang kurang mengenakan. Jisung paham bahwa ini salahnya, tapi memang bukan sepenunya milik ia juga. Chenle sendiri yang sudah berjanji. Dan harus ditepati.

Hening menyelimuti. Keduanya nampak asik dengan pikiran masing-masing. Ya walau sepenuhnya Jisung lebih mencuri pandang pada Chenle. 

"Sama doi gimana? Lancar?" Dan akhirnya Jisung kembali membuka suara. Belum ada respon dari oknum Zhong Chenle. Yang tertangkap dalam pendengarannya kini adalah helaan napas. 

"Udah punya pacar. Diem. Enggak usah tanya-tanya lagi. Bete." Jisung bungkam. Jikalau Chenle sudah berkata demikian, Jisung paham. Bahwa memang suasana hatinya sedang dalam keadaan yang tidak baik.


****


Park Jisung namanya. Pemuda jangkung yang merambat sebagai sahabat dari seorang Zhong Chenle. Kenal sedari umur enam tahun di mana kala itu Jisung yang baru masuk sekolah bertemu Chenle yang satu tingkat ada di atasnya. Jalinan persahabatan itu berjalan hingga usia keduanya memasuki dua puluh. 

Pernah mendengar bahwa jika ada dua orang yang bersahabat, salah satunya pasti jatuh hati? Mari beri tepuk tangan yang meriah untuk Park Jisung. Karena kini ia telah merasakan hal itu. Jisung menyadari bahwa ia telah jatuh dalam pesona Zhong Chenle saat si manis memasuki tahun pertama di bangku perkuliahan, saat itu Jisung masih kelas tiga SMA. 

Yang kesal bukan main karena waktunya dengan Chenle jadi berkurang, ditambah Chenle memiliki kawan baru. Dan semakin membuatnya dongkol sebab si manis beberapa kali kerap diantar pulang oleh pemuda yang ia yakini pasti itu gebetan Chenle.

Pada tahun berikutnya, begitu Jisung telah menyandang status sebagai mahasiswa ia semakin gencar untuk menempel dengan Chenle. Masa bodoh akan amuka atau omelan yang diterima. Yang terpenting Chenle ada dalam pandangannya.

Terbesit keinginan untuk menyuarakkan perasaannya. Namun Jisung urungkan kala Chenle yang tiba-tiba membagi cerita bahwa saat itu ia diajak jalan oleh seniornya. Ada yang patah, tapi bukan kayu. Ada yang deras tapi bukan hujan. Dan Jisung hanya mampu meratapi nasib percintaannya.

KITA - [ CHENJI/JICHEN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang