Susu Kotak

490 72 4
                                    

.

.

.

"Chenle!"

"Zhong Chenle!"

Park Jisung berlari dengan tergopoh-gopoh. Berusaha untuk mengejar sosok yang menjadi tujuan utamanya datang ke sekolah. Sedangkan yang dipanggil namanya hanya berlalu begitu saja. Tidak memperdulikan akan teriakan Jisung yang sejujurnya membuat ia malu, sebab sekarang tengah menjadi pusat perhatian sekolah.

"Le! Chenle!"

Gotcha!

Dan berhasil, kini tangan besar Jisung menahan pergelangan tangan si manis. 

"Apa?" Malas, malas sekali sejujurnya Chenle itu. Sejak awal pertemuan keduanya tahun lalu Park Jisung setiap pagi selalu menampakkan batang hidungnya di depan kelasnya. Mencegat ia seorang untuk masuk. Hanya dengan alasan, ingin memberikan semangat kepada Chenle.

"Nope. Semangat ya. Bye!"

Kan benar. Si jangkung berlalu begitu saja dengan tidak tanggung jawabnya mengacak surai hitam Chenle. Jangan tanya sang empu bagaimana. Ada rasanya ingin menguliti Park Jisung hidup-hidup. 

️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️

****

️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️

"CHENLE, AWAS!"

️️ ️️
DUK!

️️ ️️
️️ ️️

BRAK!

️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️

Chenle yang saat itu sedang duduk menikmati susu kemasan tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah bola yang menghantam meja serta membuat susu kemasan yang sedang ada digenggamannya terjatuh. Terkejut bukan main, masalahnya susu kemasan itu hanya tinggal satu di kantin. 

"Le, Chenle, kamu baik-baik aja?" Mark, lekas berlari dan mendekati Chenle. Sejujurnya si manis baik-baik saja. Ia terdiam karena masih shock dengan apa yang baru saja menimpa, terlebih susu kemasannya yang menjadi korban.

"Baik, kak." Suaranya lirih. Lantas ia melirik pada susu kemasan yang sudah tergeletak tak berdaya di lantai, "Ada yang kena enggak?" Mark masih dengan perasaan risaunya. 

"Hah? Oh, enggak, kak." Agaknya Chenle telah kembali sadar dan beralih memandang Mark yang saat ini sedang menunjukkan raut khawatir kepadanya.

"Bang! Hosh... Bang.. Duh, BANG MARK!"

Kedua insan tersebut lantas menoleh pada sumber suara yang memanggil Mark dengan begitu lantang. Mark dengan segera beranjak, mendekati pemuda yang lebih jangkung darinya. Dan pada detik berikutnya, terdengar rintihan seseorang yang sedang menjadi bahan pukulan Mark, yang tak lain adalah pemuda yang tadi meneriakkan nama Mark.

"Lo tuh udah dibilang hati-hati kalau main bola. Kena anak orang kan. Minta maaf sana." Mark mendorong punggung tegap si pemuda untuk mendekati Chenle yang masih setia duduk.

Dengan berat hati disertai bau keringat, si pemuda jangkung mendekatkan diri.

"Eh, sorry. Gue lagi main bola, enggak tau kalau tendangan gue bakal meleset dan kenain lo. Sorry banget ya. Lo enggak ada yang luka 'kan? By the way, gue Jisung."

Dalam hatinya Jisung telah merapalkan sejumlah doa yang mana salah satunya semoga ia termaafkan dan bisa kembali bermain bola. Tidak enak juga jika terlalu lama pergi, sebab bau keringatnya yang juga membuat orang lain tidak nyaman.

KITA - [ CHENJI/JICHEN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang