Jisung berulang kali merapikan rambutnya, jika ada satu helai rambut yang nampak keluar dari barisan, dengan segera ia akan mengambil botol air mineral yang sempat dibelinya, lalu jemari bagian kanannya akan dibasahi setelah itu diusapkan pada rambut. Ribet, tapi ya itu Park Jisung.
Sesuai janjinya dengan Chenle beberapa hari lalu yang sebenarnya bukan janji juga, kini ia telah tiba di kediaman si manis. Sembari menunggu yang punya rumah, berkali-kali Jisung melakukan senam wajah dan memukul dadanya guna menetralkan degub jantung yang lebih dari biasanya. Nervous, bos.
"Jisung ya?"
Merasa namanya terpanggil, Jisung lekas menoleh. Ternyata pintu rumah telah terbuka dan menampakkan pria dewasa dengan celemek melekat di tubuhnya.
"Chenle udah bilang katanya temannya mau mampir. Kalian mau pergi? Maaf ya, Chenle baru pertama kali berkencan, kamu juga orang pertama yang berani mengajak dia. Dia itu sebenarnya manis anaknya, cuma sok sok jutek aja. Buktinya, mau pergi sama kamu siap-siapnya dari dua jam yang lalu tapi belum selesai sampai sekarang.
Jisung yang baru pertama kali bertandang ke kediaman Chenle dan langsung diserbu oleh banyaknya kalimat serta pertanyaan hanya mampu menampilkan senyum kikuk. Bingung ingin membalas apa, kalau tiba-tiba nanti ada salah kata, bisa-bisa rencana pergi dengan Chenle pupus.
Tunggu, tadi katanya Chenle sudah bersiap-siap dari dua jam lalu?
Tak bisa dipungkiri bahwa relung hatinya kini menghangat. Walau sejujurnya menahan euforia yang bisa saja lepas jika tidak dikendalikan.
"Bu."
Kedua tangan Jisung mengepal kala menangkap seruan yang bagaikan melodi terindah untuknya. Itu Chenle. Dengan kemeja serta jeans yang membaluti tubuhnya serta rambut hitamnya yang lebat dan jangan lupakan bahwa Chenle sedikit berhias? Sebab Jisung yakin, bibir pemuda Zhong itu nampak lebih merah dari biasanya. Ey, kan Jisung jadi ingin cium.
"Lho anak Bubu udah siap?"
"Bubu ngomong apa sama Jisung?"
Jisung paham, pemuda yang nampak lebih tua darinya ini ternyata Bubunya Chenle. Ibu begitu 'kan?
"Apa sih? Bukan yang aneh-aneh kok. Sudah sana pergi, kasihan lho Jisung nunggu kamu lama."
"Iya. Bilang Papa kalau aku pulang sore ya?"
"Malam juga enggak apa-apa. Kencan 'kan kalian?"
"BU."
"Chill out, dolphin. Kuping Bubu pengeng nih. Sana. Jisung, titip Chenle ya?"
"Iya umh.."
"Bubu. Panggil Bubu aja."
Boleh Jisung anggap ini lampu hijau?
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️****
️️ ️️
️️ ️️"Susunya mana?"
Jisung sudah dapat menduga bahwa yang paling pertama diingat oleh Chenle adalah susu kotak.
"Enggak mau basa-basi dulu gitu?"
"Susu kotaknya, Jisung." Rengek Chenle. Duh, kalau Chenle sudah merengek seperti ini Jisung mana bisa tahan. Satu tangannya lepas dari kemudi dan mengambil satu plastik berisikan 10 susu kotak didalamnya. Dijatuhkan plastik tersebut tepat di paha Chenle.
Dapat dilihat dari ekor matanya bahwa Chenle kini tengah senyum lebar dan nampak begitu manis di mata Jisung. Walau harus dengan sogokan susu kotak, tidak apa-apa. Jisung rela, demi Chenle apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA - [ CHENJI/JICHEN ]
RandomBerisi kisah-kisah yang menyangkut tentang oknum Park Jisung dan Zhong Chenle.