OO. RIDICULOUS

178 33 47
                                    

• ✰ • ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ • ✰ •

Pernikahan bukanlah sebuah permainan.
Dulu, itulah yang selalu Mama katakan.

Tetapi sekarang, aku tak lagi berpikir demikian.
Sebab kini, aku sendiri terjebak dalam permainan berkedok pernikahan yang sialnya;
sengaja Papa wasiatkan.

Sebab kini, aku sendiri terjebak dalam permainan berkedok pernikahan yang sialnya; sengaja Papa wasiatkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian akan menikah minggu dep—"

"APA?!"

Choi Minho terlonjak spontan. Melotot; menatap horor pada dua insan dihadapannya. Sembari mengelus dada guna meminimalisir rasa kaget yang mendera secara tiba-tiba, lelaki berkepala nyaris menyentuh angka empat itu berdecak separuh jengkel.

"Dengarkan Papa, kids." Minho menjentikkan jari dihadapan dua anaknya. "Perjodohan ini sudah direncanakan sejak awal, bahkan sebelum kalian beranjak dewasa. Jadi—"

"Jadi kalian merencanakan hal konyol ini tanpa persetujuan dari kami, begitu?"

"Bisa dibilang begitu. Lagipula—"

"Tapi kami benar-benar tidak ingin menikah, Papa!" Yeonjun menyergah jengkel. Sebelah tangannya bergerak guna menyibak kasar surai birunya; menyalurkan sedikit rasa frustasi yang datang dan menghampiri. "Kami bahkan masih semester awal," lanjut Yeonjun dengan suara yang memelan secara tiba-tiba.

Disebelahnya, Kim Jinae —satu-satunya gadis yang berada dalam ruangan bernuansa putih tulang itu mengangguk menyetujui. "Papa tahu sendiri kalau kami tidak memiliki kecocokan sama sekali. Dia selalu mengganggu kedamaianku."

"Mengganggu kau bilang?" Yeonjun menoleh dan memicing tajam. "Kau bercanda? Gadis-gadis di kampus tidak berani mendekatiku karena kehadiran seekor singa betina dibelakangku. Kau seharusnya tahu siapa itu."

"Ya, ya, ya. Silahkan katakan apapun yang ingin kau katakan, Yeonjun." Jinae balas menatap Yeonjun malas. "Tetapi, mari kita urut kembali. Siapa gerangan yang amat gencar membuat kencanku dengan beberapa pemuda gagal? Heol, tentu saja itu adalah si berandal Choi yang selalu mengikuti setiap langkahku sehingga para pemuda di kampus enggan untuk sekedar menyapaku."

"Begitukah?" Yeonjun membenarkan posisi duduknya; menghadap pada Jinae secara keseluruhan. Sembari melipat kedua tangan di depan dada, pemuda bersurai biru gelap itu mulai memicingkan kedua mata. "Lalu, Ji. Menurutmu siapa gadis yang bertengkar dengan sekelompok gadis lain sampai berakhir di ruang konseling hanya karena sekelompok gadis itu mengatakan kalau aku gemar sekali mempermainkan wanita? Oh, tentu saja Kim Jinae yang melakukan—"

"Ya, itu berbeda!" Jinae berseru memotong ucapan Yeonjun. Kedua alis tebal miliknya menyatu sebagai tanda kalau ia tak setuju. "Mereka bilang aku adalah salah satu dari sekian banyak mainanmu. Tentu saja aku tidak terima, bodoh!"

"Apapun itu, aku menganggap kalau kau sedang membelaku."

"Cih, terlalu—"

"Oke, oke, anak-anak. Hentikan perdebatan ini dan dengarkan Papa." Minho menyela. Jari-jemarinya saling bertautan diatas meja. Sementara manik coklatnya fokus menatap sepasang insan dihadapannya. "Sesuai dengan wasiat dari Kim Taehwan, Papa sudah memutuskan kalau kalian akan benar-benar menikah minggu —tidak ada bantahan untuk kalian berdua, Choi Yeonjun dan Kim Jinae."

Melihat raut wajah Minho yang berubah secara tiba-tiba, membuat Yeonjun dan Jinae yang awalnya hendak menentang mendadak bungkam tanpa suara. Sebab demi tuhan, Choi Minho dengan raut seriusnya memang terlalu menakutkan untuk dilawan.

"Seperti apa yang Papa dengar berdasarkan perdebatan kalian tadi, kalian tampak saling menjaga satu sama lain. Tak ada alasan untuk tidak menikahi kalian mengingat kalian pun sudah bersama-sama sedari kecil. Mengenai kecocokan, setiap pasangan ditakdirkan untuk melengkapi satu sama lain. Kalian seharusnya paham akan hal itu karena kalian bukan anak kecil lagi. Jadi—

—alangkah baiknya kalau kalian mulai membuka diri antar satu sama lain, anak-anak. Keputusan ini sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat. Oke, kalian boleh keluar sekarang juga."

Setelah melalui perdebatan panjang yang berakhir dengan sebuah kekalahan, Kim Jinae pada akhirnya benar-benar memutuskan untuk melangkahkan kakinya; keluar dari ruangan bersama dengan Choi Yeonjun yang mengikuti di sisi tubuhnya.

Dan tepat ketika udara segar menyambut langkah kakinya di sepanjang lorong menuju pintu keluar, Kim Jinae mulai menyadari;

Bahwa dunia nya akan berubah sebentar lagi,
tanpa mampu ia halangi.

Hai,
Next or No?

Jangan lupa vomment, oke ? 😉

{ RIDICULOUS ; 15/08/20 }

— man 🐙 —

s t a r t
15 08 20

RIDICULOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang