LAMARAN (2)

764 77 2
                                    

Aisyah tak sanggup mengangkat kepalanya. Ingin rasanya saat ini dia menjadi ginny yang bisa menghilang dalam sekejap.

"Tantangan apa sayang?" Terdengar suara Irena dan Salma yang heran dengan situasi ini. Yang lain terdiam menunggu jawaban dari Aisyah

Sebelum Aisyah menjawab tiba-tiba terdengar suara Marco yang mulai melantunkan ayat-ayat dari surat Ar Rahman. Bacaannya begitu tartil dan indah didengar telinga.

Aisyah mengangkat wajahnya dengan keheranan mendengar bacaan Marco. Tanpa disadari Aisyah menatap Marco dengan sorot mata bingung dan kagum. Ayat demi ayat yang dibaca Marco menembus hati Aisyah. Ada rasa hangat mengisi relung-relung hatinya. Allahu akbar... pria yang biasa dia sebut monster ternyata berhasil memenuhi tantanganya. Seorang pria bejat berhasil menghafalkan surat Ar Rahman. Kalau bukan karena kuasa Allah, tidak mungkin hal ini terjadi.

Allahu akbar... semua orang berseru setelah Marco menyelesaikan bacaannya. Aisyah yang masih tak mempercayai kenyataan ini masih terpana tak tahu harus berkata apa.

Irena hanya bisa berderai air mata mendengar putranya membacakan ayat-ayat Al Qur'an. Terima kasih ya Allah, Engkau telah mengembalikan dia.

"Alhamdulillah Marco telah berhasil membacakan surat Ar Rahman, sesuai dengan tantangan yang Aisyah berikan sebagai syarat agar diterima menjadi calon suami. Jadi bagaimana Aisyah? Apakah kamu menerima perjodohan kalian dan menerima Marco sebagai calon suamimu?"

Marco dan semua yang ada dalam ruangan itu terdiam menunggu jawaban Aisyah. Campur aduk perasaan Marco saat itu. Lega karena berhasil memenuhi tantangan Aisyah namun juga khawatir Aisyah tetap menjawab tidak.

...............

"Bagaimana nak?" Tanya abi sambil mengelus perlahan kepala putri sulungnya. "Apakah kamu sudah tahu harus menjawab apa?"

Aisyah memandang abinya dengan tatapan yang sulit diartikan. Tiba-tiba butiran air mata turun di pipi Aisyah. Marco merasakan sakit di sudut hatinya melihat Aisyah meneteskan air mata. Ya Allah, apakah aku sedemikian bejatnya sehingga dia tidak bisa menerima diriku. Apakah sedemikian berat baginya untuk memutuskan menerima lamaranku.

Aisyah menoleh ke arah Marco. Sesaat ditatapnya pria yang akan menjadi calon imamnya. Marco membalas tatapan Aisyah. Saat itu seolah-olah waktu berhenti di antara keduanya. Tak seorangpun yang dapat menebak arti pandangan mereka berdua.

Salma menyentuh perlahan tangan Aisyah. "Ais, apa jawabanmu?"

Aisyah tergagap. Ia menatap orang-orang yang disayanginya dan..... ia pun mengangguk perlahan. Setelah itu ia menundukkan pandangannya. Semua yang berkumpul di ruangan tersebut mengucap syukur setelah tahu jawaban Aisyah.

"Yess!!"Marco meluapkan kegembiraannya karena Aisyah setuju menerimanya. Segera ia memeluk maminya dengan erat. Marco akan membahagiakan mami, bisiknya dalam hati.

"Hussh.. masak yes.. bilang alhamdulillah dong lamarannya sudah diterima," tegur Irena sambil memukul pelan lengan anaknya. Irena segera bangkit untuk memeluk Aisyah, calon menantu yang sangat disayanginya.

"Eh iya, alhamdulillah." Marco cengar-cengir malu ditegur oleh maminya. "Maklum mami, Marco terlalu bahagia."

"Tunggu dulu, ummi mau tahu gimana ceritanya kang Raiz kok sampai terlibat di permasalahan ini? Apakah ini ada campur tangan darimu, mas?" Tanya Salma kepada suaminya.

"Begini ceritanya ummi. Beberapa hari lalu abi dan Marco sempat bertemu untu berbicara. Man to man. Kami membicarakan banyak hal termasuk keinginan Marco untuk mundur dari perjodohan ini."

Aisyah terperanjat mendengar cerita Marco. Mundur? Kenapa? Karena tantangannya? Atau karena dia sadar bahwa dia tidak mencintaiku? Aisyah melemparkan pandangan penuh tanya kepada Marco

Jawaban Dari-Nya (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang