BAHAGIA

1.3K 72 0
                                    

"Kamu kok tega sih bilang aku bodoh? Kalau memang aku bodoh kenapa kamu mau nikah sama aku?" Omel Aisyah merajuk sambil menjauh dari Marco.

Oh my god.. aku salah bicara lagi sepertinya, rutuk Marco kesal. "Maaf sayang, aku nggak bilang kamu bodoh. Tapi masa gitu aja kamu nggak ngerti sih."

"Mas, aku memang nggak ngerti hal-hal seperti itu. Kalau bukan karena kamu, mungkin sampai sekarang aku juga nggak akan mengerti."

"Memangnya kamu nggak pernah dapat sex education? Kamu nggak pernah cari tahu hal-hal yang berhubungan dengan sex?"

Aisyah duduk membelakangi Marco. Melihat istrinya ngambek, Marco langsung memeluknya dari belakang sehingga dadanya menempel dengan punggung Aisyah yang polos. Baru bersentuhan saja tubuh Marco sudah bereaksi.

"Sayang, maafin aku ya. Aku nggak bermaksud mengejek kamu. Aku hanya heran kok ada ya orang sepolos kamu," bujuk Marco sambil menggerakan jemarinya di perut Aisyah. Tubuh Aisyah merespon gerakan jemari Marco. Tanpa disadari Aisyah melenguh pelan. Kejantanan Marco kembali mengeras. Kali ini Aisyah merasakannya.

"Mas...."

"Hmmm..." Marco menjawab sambil menciumi bahu dan leher istrinya. "Juniorku yang sakit sayang. Dia sakit karena mendambakanmu."

"Idih, mas apaan sih." Muka Aisyah merah padam mengingat permainan tadi siang.

"Masih sakit sayang?" Tangan Marco kali ini mengelus paha dalam Aisyah.

"Sedikit." Jawab Aisyah pelan.

"Boleh minta lagi?" Rayu Marco sambil berbisik mesra ditelinga Aisyah.

"Mas, kita belum shalat ashar. Aku mau mandi. Badanku rasanya lengket."

"Mandinya sekalian saja setelah ini." Tanpa menunggu jawaban Aisyah, Marco memulai aksinya. Ia putar tubuh Aisyah agar menghadapnya dan mulai menciumnya.

Aisyah yang tadinya hendak menolak, hanya bisa mendesah dan melenguh sebagai respon terhadap sentuhan suaminya. Marco melakukannya tanpa tergesa mengingat Aisyah yang masih kesakitan. Sore itu apartemen mereka dipenuhi dengan suara desahan.

Setelah selesai, Marco masih menahan Aisyah dalam pelukannya. "Terima kasih sayang," ucapnya sembari mencium kening Aisyah.

~~~☆☆~~~

Malam itu mereka kembali ke rumah sakit. Besok pagi Irena dijadwalkan untuk operasi.

"Akhirnya kalian datang juga," sambut Salma melihat kedatangan mereka. "Bagaimana istirahat kalian?"

Umar memperhatikan anak dan mantunya. Ada sedikit yang berbeda pada aura Aisyah. Marco yang menyadari tatapan mertuanya hanya tersenyum. Umar langsung mengerti arti senyuman itu. Timbul niatnya menggoda Aisyah.

"Sepertinya mereka kurang istirahat."

"Masa sih?" Salma bertanya lagi. "Mereka kan sudah pulang ke apartemen sejak sebelum dzuhur. Seharusnya...... " tiba-tiba Salma menghentikan ucapannya karena melihat kedipan mata Umar.

Kali ini Aisyah melihat kedipan mata abinya. Wajahnya langsung memerah. Marco yang melihat istrinya seperti itu langsung menariknya ke dalam pelukan dan mencium pucuk kepalanya.

"Idiiih kakak kebiasaan deh. Liat-liat dong kalau mau umbar kemesraan. Emangnya nggak kasian sama adiknya yang jomblo ini?" Bianca protes melihat kemesraan tersebut. "Kalian kok lama banget baliknya. Ngapain aja sih di apartemen."

"Anak kecil mau tauuu aja." Jawab Marco. "Nanti kalau kakak ceritain, kamu protes. Pengen cepat-cepat nikah."

"Sudah mas, jangan godain Bia terus. Nanti dia ngambek lho."

"Makasih kak Ais. Emang cuma kak Ais yang paling ngerti Bia." Rajuk Bianca sambil memeluk tangan kakak iparnya. Aisyah mengusap sayang kepala Bianca.

"Mami, gimana persiapannya? Maaf ya kami baru balik jam segini."

"Nggak apa-apa sayang. Mami senang-senang saja. Yang penting mami cepat dapat cucu." Ujar Irena sambil tertawa. "Abi dan ummi kalian juga sudah nggak sabar ingin gendong cucu."

"Pantesan lama banget di apartemen. Nggak taunya... Waaah.. kak Ais sudah gak perawan dong." Celetuk Bianca sambil terkikik. "Asyik, aku mau dapat keponakan."

Aisyah tersenyum malu dan menyembunyikan wajahnya di balik lengan Marco. Ia cubit pelan pinggang suaminya. "Malu tau."

"Jaga dan perlakukan istrimu dengan baik," pesan Umar kepada Marco. "Jangan pernah kamu sia-siakan dia. Jangan pernah kamu sakiti atau membuatnya menangis. Kalau itu terjadi abi nggak segan-segan mengambil Aisyah dari sisimu."

"Tadi dia nangis, bi." Ujar Marco polos. "Waktu aku mau.......... ouuuucchhh... sakit dong yang." Protes Marco yang mendapat cubitan di pinggangnya lagi.

"Ngapain sih kamu ceritain itu ke Abi."

Yang lain tertawa tergelak, kecuali Bianca, melihat kelakuan Marco dan Aisyah.

"Kamu mau aku chudan-zuki*?" Bisik Aisyah mengancam.

"Daripada ditonjok lebih baik dicium, sayang." Balas Marco.

"Abi dan ummi balik dulu ke hotel ya. Besok pagi kita kesini lagi." Umar berpamitan. "Co, gantian kamu yang jaga, kita mau honeymoon dulu ya."

"Siap bi," jawab Marco sambil tertawa. "Enjoy your honeymoon, abi, ummi."

Salma tersipu malu mendengar ucapan Umar. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Umar masih memperlihatkan kemesraannya, bahkan terkadang di depan umum seperti sekarang ini.

"Idiih abi.. nggak mau kalah sama anaknya nih."

"Iya dong. Ummi kan nggak kalah cantik dan seksi dari Aisyah... ouuuch..." kali ini umar yang mendapat cubitan dari Salma.

"Mbakyu, kita pulang dulu ya."

"Abi, hati-hati ya. Jangan sampai anak kita lahir barengan dengan om atau tantenya," ledek Marco.

~~~☆☆~~~

"Malam ini kalian semua menemani mami disini, kan?"

"Iya mi. Biar besok pagi saat mami masuk ruang operasi kami sudah disini," jawab Aisyah sambil mengelus tangan Irena. "Mami istirahat saja malam ini. Nggak usah mikirin apa-apa. Pasrahkan semua pada Allah."

Irena menggenggam tangan Aisyah dan mengusapnya penuh kasih sayang. "In syaa Allah mami sudah ikhlas. Bahkan kalau malam ini mami dipanggil Allah, mami sudah ikhlas."

Mata Bianca langsung berkaca-kaca mendengar ucapan Irena. " Mami jangan ngomong seperti itu. Bia mau mami sembuh. Bianca akan terus berdoa supaya Allah mengangkat penyakit mami."

"Terima kasih sayang," Bianca langsung memeluk mami Irena dan menangis dalam pelukannya. "Sekarang mami sudah tenang, ada Ais yang akan menjaga kalian. Mami percaya Ais bisa membimbing kalian, terutama kamu Marco. Mami nggak khawatir lagi."

Aisyah tercekat mendengar hal itu. Ya Allah, berikan yang terbaik untuk mami Irena, doa Aisyah dalam hati.

"Mami, pasti sehat. Marco dan Ais akan memberi cucu-cucu yang cantik dan tampan serta berakhlak yang baik." Marco mendekat dan memeluk Irena. "Nanti Marco akan memberikan mami 2 pasang cucu. Kalau perlu 11 orang, biar bisa bikin kesebelasan sepakbola."

Irena tertawa mendengar ucapan Marco. Sementara Aisyah cemberut mendengar kalimat suaminya. "Mas, emangnya aku kelinci disuruh punya anak sampai 11?"

"Kak, kalau anaknya 11 nanti kak Ais nggak akan sempat memperhatikan kakak. Ngurus anak melulu. Emang kakak mau?" Ledek Bianca. "Jatah kakak bisa berkurang lho."

"Waduh kalo bikin jatahku berkurang, anaknya 2 aja deh." Wajah Marco terlihat panik. Membayangkan tidak dapat jatah.😄

Semua tertawa. Ah, bahagianya melihat mereka bisa tertawa lagi, batin Irena. Mas, kamu pasti senang melihat anak-anak kita seperti dulu lagi.

Jawaban Dari-Nya (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang