Ke-satu

40 14 17
                                    




©_overhauul





=====









"Ale, lo tolong bantuin gue ngambil absensi di ruang TU, bisa? Gue dipanggil nih sama guru," Ale yang tengah menulis mendongakkan kepala, menatap Johnny, sang ketua kelas yang nampak buru-buru.

"Oke, gue ambilin."

"Thanks ya!!" Ale bangkit tatkala Johnny pergi dari hadapannya.

Beginilah resikonya menjadi wakil ketua kelas, harus mau repot kalau sang ketua sibuk ini-itu. Tidak apa-apa, toh, Ale ikhlas. Lagian ia tidak pernah bisa menolak keinginan orang lain.

Namanya Alejandra Marwa. Kelas sebelas di penjurusan nomor tiga. Salah satu dari sepuluh orang yang mendapatkan ranking di kelasnya.

Mengetuk pintu ruang tata usaha, Ale sedikit melongokkan kepalanya ke dalam. Sepi sekali, tidak seperti biasanya. Ia buru-buru mengambil lima lembar kertas absen lalu segera keluar dengan langkahnya yang kecil-kecil.

Lorong ramai. Jam istirahat baru berjalan sejak lima menit yang lalu. Sayangnya, langit siang ini mendung, nampak tak bersahabat.

"Ale!!!!" merasa ada yang memanggil, Ale menoleh ke belakang.

Ia mendapati sesosok pria yang amat dikenalinya dengan baju seragam yang melambai keluar dari lipatan, melambai padanya.

"Yuta?" Yang disebut namanya berlari ke arah Ale sambil tersenyum.

"Ngapain maneh?" tanya Yuta, khas dengan logat sundanya yang sangat berbeda jauh dari gaya bahasa Ale.

"Ngambil absen di TU. Habis darimana lo?"

"Biasa, dipanggil BK. Kayaknya Pak Jongin kangen sama urang,"

Ale memutar bola matanya, lelah dengan kelakuan sahabatnya ini. Iya sahabat.

Beneran.

"Jangan jadi anak nakal sehari aja, nanti lo gue jajanin deh. Kasian Pak Jongin," ujar Ale sambil menatap Yuta yang berjalan di sebelahnya.

"Ngga mau. Maunya dijadiin pacar. Hehe," Ale menggeleng saat Yuta menyamakan langkah kakinya dengan langkah kaki Ale.

Namun diam-diam perasaannya menghangat.

"Kasian lo, mana masih muda."

"Ga apa-apa. Biar Pak Jongin ada kerjaan," ujar Yuta sambil bersiul di sebelah Ale.

Ia sudah mengenal Yuta kurang lebih satu tahun, dipertemukan oleh kakak OSIS di dalam kelompok ospek yang sama. Ale masih mengenang momen itu.

Kala itu, Yuta nakal sekali. Hampir tiap hari dihukum karena selalu melanggar aturan. Dari mulai tidak pakai dasi, sampa datang ke sekolah pukul sembilan. Alhasil karena kelakuannya tersebut, tidak ada seorang pun yang mau menemaninya.

Ale merasa kasihan, tapi.... dia kan yang bikin masalah? Tapi ya kasian juga.Namun pada hari terakhir ospek, entah angin dari mana, Ale mengajak bicara Yuta untuk pertama kalinya. Dan sejak itu pula, mereka memutuskan untuk 'berteman'.

Entah bagaimana bisa caranya, kedua insan tersebut masih bisa dekat hingga detik ini walau yuta berada di penjurusan IPS.

Yang terakhir diketahui Ale adalah, ia mulai merasakan perasaan berbeda pada sahabat dekatnya itu semenjak kenaikan kelas bulan lalu.

"Ale? Jangan melamun heh! Ai kamu cageur?"

[cageur: sehat]

"Hha?" Ale terbengong, menatap Yuta. "Eh tadi ngomong apaan?"

SUPERNOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang