Ke-lima

26 12 11
                                    











©_overhauul


















=====






"Eumh?"

Ale merasakan rasa asin-asin di mulutnya. Selain itu ada benda yang ia gigit—kapas. Ale memandangi sekitarnya buram.

Ia berada di mobil.

Mobil?

Kan tadi lagi ngobrol sama Pak Chanyeol?

GUE DICULIK?



Ale yang panik langsung membuka matanya lebih lebar. Namun ia lebih panik saat mengetahui siapa orang yang berada di sebelahnya.

Yuta.

Sedang merangkul Ale.

"HNGG!! Hepahin!! Hapain ho?" Ale panik. [lepasin!! Ngapain lo?]

"Eh, putri tidur dah bangun," sahut suara dari depan—Pak Chanyeol Koswara yang dangdut abis menyeletuki Ale.

"Tenang Le. Ini otw pulang kok." Yuta berusaha menenangkan Ale. "Kamu pingsan di ruang tunggu apotek,"

Ale menatap Yuta lalu menepok pipi Yuta pelan. "Has ahu hinana? Hotor hamu?? Hotor pak henyol hinana?"

"Ngomong apasih?"

Pak Chanyeol geregetan sendiri sambil memerhatikan Ale dari kaca spion depan.

"Tas aku gimana? Motor kamu? Motor bapaknya gimana?" malah pak supir taksi yang jawab.

Yuta mengelus bahu Ale, "Sans. Nanti balik lagi aku sama Pak Chanyeol. Tas kamu nanti aku anterin."

Pak Chanyeol mangut-mangut. "Btw, kalian meni geleh panggilannya aku kamu,"

"Hihh!!! Henga ha!!" [ehh!!! Engga pak!!]

"Biar uwu atuh pak,"

JEDAG!!!

Ale meninju lengan Yuta sekuat tenaga. "Njir!"

"Uwa uwu uwa uwu kaya anak kera,"

Pak supir terlihat menahan tawanya. Ale sudah pasrah. Tidak apa-apalah selama yang melihat kejadian ini cuma Pak Chanyeol. Beda lagi kalau yang melihatnya Pak Jongin atau Bu Hyuna.

Mungkin Ale sudah minder sampai ingin pindah ke mars.

"Nanti aku bilang ke Bunda Le. Don't worry. Si Pak Cenyol mah emang gabisa ngomong," bisik Yuta.

"HEH, SAYA DENGER!" sentak Pak Chanyeol, membuat Ale menyubit lengan Yuta.

"Ih sakit ih, jan gitu,"

Yuta menggenggam tangan Ale yang dipakai untuk menyubit Yuta. Diam-diam ia tersenyum, membuat Ale salah tingkah dan memukul Yuta (lagi).

"Jangan galak. Entar giginya copot,"

Ale memutar bola matanya malas lalu menggeser duduknya ke arah jendela, membuat Yuta tergelak sambil memegangi lengannya yang sedari tadi jadi korban kekerasan.



Langit siang ini mendung, dihiasi awan abu-abu padahal jam baru menunjukkan pukul sebelas.

Taksi sampai di depan rumah Ale yang nampak sepi. Bunda Ale belum pulang tentu saja. Kunci rumah biasa Bunda Ale selipkan di bawah pot bunga, jadi mudah saja untuk diambil.

SUPERNOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang