2

12 1 0
                                    

Haruno Sakura,

     Sejujurnya, aku sudah menolak sebelum berakhir duduk disamping pengemudi mobilnya Sai. kami sempat terjalin beberapa perdebatan ringan karena aku yang terlanjur banyak alasan saking tidak inginnya keluar apart hari ini. Dimulai dari matahari yang terik lah, habis perawatan lah, malas mandi lah dan parahnya lagi aku memberikan alasan cukup konyol pada Sai.  Sampai pada kalimat Sai yang nampak pasrah membuat aku menganga lebar menghentikan alasan-alasan konyolku padanya.

"Ayolah, Saki~ jika aku tidak berhasil membuatmu keluar rumah hari ini aku akan kehilangan 2 juta won dari ayahmu!"

aku menganga lebar karena Sai yang keceplosan tentang maksud sebenarnya kenapa ia begitu sangat kekeh untuk membawaku pergi keluar hari ini.

namun, pada akhirnya aku masuk ke mobilnya juga.

"Masih marah padaku?" tanya-nya dengan mengalihkan sedetik atensinya pada jalan menjadi padaku.

Aku mendelik mendengar pertanyaannya. Tidak berniat menjawab, aku memilih memutar pandanganku yang lurus ke depan menjadi ke samping untuk melihat keluar jendela mobil yang ditutup rapat.

Helaan nafas Sai terdengar jelas ditelingaku. Namun, aku tetap anteng dengan kegiatanku yang menatap kosong jalanan diluar. Seakan jalanan diluar sana lebih menarik dari orang putih bak porselen di sampingku.

Setelah beberapa saat perjalanan, akhirnya Mobil hitam Sai berhenti disebuah area parkir Mall. Dan Sai membuka sabuk pengamannya lalu berjalan memutari mobil untuk membuka-kan pintu untukku.

"Tadi kau bilang jalan-jalan, Kenapa jadi ke Mall?" tanyaku begitu kami berdua turun dari mobil dan berjalan masuk ke Mall.

"Kau sedang perawatan, kan? jadi aku pikir lebih baik aku membawamu pergi ke Tempat ber-AC saja." cengirnya dan aku hanya menghela nafas menanggapinya.

Selama berjalan-jalan sekitar Mall, jujur sebenarnya aku tidak terlalu mood untuk membeli beberapa barang atau bermain sebuah permainan di Mall. Otakku sedari tadi seperti banyak pikiran tapi sebenarnya aku tidak memikirkan apapun selain sosok itu yang selalu membuatku penasaran dan ingin bertemu dengannya sekali lagi. Seribu kali juga tidak apa-apa. hehe.

Sudah sekitar 50 Toko Tas dan 50 Toko Baju di Mall kami lewati begitu saja. Aku dan Sai tidak ada yang berani menghentikan jalan-jalan tidak jelas ini. Sai sibuk mencoba membuat aku nyaman dengan terus bertanya ini dan itu padaku. Sementara aku sendiri, nampak anteng dengan pikiranku yang terus memikirkan cara bagaimana caranya agar aku bisa bertemu pria itu lagi.

Frustasi tapi juga tidak ingin menyerah.

Menyadari gelagat aku yang tidak juga memberitahunya apa yang ingin aku lakukan di Mall, pada akhirnya Sai bertanya juga.

Pria putih itu memberhentikan langkahku.

"Saki~ sedari tadi kita hanya berjalan-jalan saja disini. Memangnya tidak ada yang ingin kau beli disini? atau memainkan permainan seperti biasa? jangan seperti ini, aku jadi tidak enak sudah memaksamu keluar tadi." ujarnya dengan mimik muka yang cukup merasa bersalah padaku. Lalu aku menghela nafas untuk kesekian kalinya.

"Sai dengarー"  ketika aku ingin berkata dan menjelaskan apa yang aku inginkan sekarang, tiba-tiba aku melihat satu sosok yang selalu aku cari selama ini. sejak pertemuan pertama kami yang kurang baik 2 Tahun yang lalu.

Rambut hitam pekatnya. Mata elangnya yang saat itu seakan menusuk padanganku. dan bahu tegapnya semuanya masih sama. Sama dengan apa yang aku lihat 2 tahun yang lalu. Bedanya hanya, Sekarang sosok itu terlihat semakin menyeramkan dan semakin terasa begitu sangat sulit untuk disentuh.

Sai yang menyadari keterdiamanku mengibas-ngibaskan tangannya guna mengalihkan atensi-ku yang tiba-tiba diam memaku pada belakang tubuhnya.

Begitu pria itu pergi, Aku tersentak kaget karena Sai menepukkan kedua telapak tangannya di depan mataku. Tepat di depan mataku. menyebalkan memang.

"Hh! kau ini kenapa, sih?" sungutku pada Sai dan dibalas usapan tangannya pada wajahku lalu tertawa manis. manis sekali~

Aku menghela nafas lagi. Astaga, kenapa ketika berdua dengan pria ini aku sering sekali menghela nafas begini. Padahal dulu tidak seperti ini.

Cukup lama terdiam di posisi yang sama, akhirnya Aku dan Sai melanjutkan kegiatan jalan-jalan kami yang tanpa arah hingga aku mengajaknya pergi ke sebuah Cafe.

"Sai, Aku ingin butuh bantuanmu."

The JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang