Setelah sempat kebingungan entah harus melakukan apa dan kemana, akhirnya Aku dan Sai memasuki sebuah Cafetaria yang biasanya menjadi Cafe tempat menunggu Bioskop di mulai.
Aku memesan sebuah milkshake dengan satu dessert sedangkan Sai hanya memesan satu buah kopi dingin. Sai tidak begitu menyukai makanan atau minuman yang terlalu manis, kopi yang aku pesankan untuknya juga kopi tanpa gula.
Aku tidak perlu bertanya lebih dulu minuman/makanan apa yang ingin di pesan oleh Sai. Sebab, aku memang sudah hafal tentang apa yang menjadi kesukaannya dan apa yang tidak disukainya.
Omong-omong soal pemuda misterius tadi, kenapa aku baru menyadari bahwa aku begitu sangat bodoh tadi. Astaga, Sakura. Seharusnya tadi aku memanggilnya! bukan malah bengong di tempat sampai sosok itu hilang entah kemana ditelan ramainya Mall.
Astaga, bodoh sekali!
Ah, yasudahlah. Mau bagaimana lagi mungkin belum takdirnya aku bertemu dengannya lagi.
Aku tatap Sai yang kini menyesap vape rasa strawberry nya dengan mulutnya yang tipis. Lalu keluar asap dari mulutnya. Sepersekian detik aku memandangi apa yang ia lakukan saat ini tanpa alasan.
Jas hitam putihnya, Sepatu pentopel yang dikenakannya, Dasi yang terikat longgar di lehernya dan rambut yang rapih disisir kebelakang semakin membuatnya tampan. Seperti CEO-CEO perusahaan besar dunia sekali. Ya, Sai memang seorang CEO muda juga sih.
Ia memegang sebagian saham perusahaan intel milik Ayahnya. Yang mungkin, Tahun depan seluruh perusahaan itu sudah menjadi milik Sai seutuhnya.
Sai, mantanku seorang CEO perusahaan Intel yang menjadi kaki tangan perusahaan Ayahku juga.
Tunggu, Intel? Astaga! bagaimana bisa aku lupa tentang hal besar seperti itu? Kenapa aku tidak meminta bantuannya saja selama ini? Astaga, bodoh sekali aku ini~
"Sai." tanpa memikirkan apa-apa lagi, Aku langsung berniat untuk meminta jasa perusahannya saja.
"Kenapa?"
Sedikit ragu sebenarnya, Aku takut Sai tidak ingin membantuku kali ini. Karena, Ya, aku cukup tau diri siapanya Sai sekarang. Tidak lebih dari seorang Mantan.
Tetapi penyesalan ada karena seseorang tidak memanfaatnya satu kesempatan. Maka aku akan tetap mencobanya.
"Aku butuh bantuanmu." ucapku pada akhirnya.
Terdiam beberapa saat yang membuat taut Sai terlihat bingung. Lalu setelah sepersekian detik, raut kebingungan itu berubah menjadi senyuman khasnya.
"Kau ini kenapa jadi kaku sekali? biasanya juga langsung blak-blakan,'kan?" mendengus dengan ucapannya yang terkesan meledek mengataiku kaku. Tapi, ya, ada benarnya juga sih.
"Aku serius, Sai." ucapku lalu meneguk Milkshake yang sedari tadi hanya aku aduk-adukkan tanpa minat.
Sai berdeham untuk menetralkan tenggorokannya karena telah menyesap benda kotak berisi asap itu. Lalu merubah posisi duduk santainya menjadi fokus total padaku.
"Butuh bantuan apa, hm?" tanya-nya dan sialnya kenapa aku jadi gugup begini. Aura dominan Sai selalu bisa menghipnotisku.
Menarik nafasku sejenak, lalu menghembuskannya pelan. "Aku sedang mencari seseorang dari 2 tahun yang lalu. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya. Tapi, sejak pertemuan pertama dan terakhir kami. Aku tidak pernah melihatnya lagi."
"Dan aku membutuhkan kekuatan perusahaanmu untuk hal ini. Apa, bisa?" jelasku tanpa bertele-tele.
Sai menatap tepat di mataku. Tatapan mata elang hitam yang selalu meredup itu seakan mencari sesuatu di mata hijauku. Meskipun aku juga tidak tau apa yang sedang ia cari disana.
Beberapa saat terdiam, Sai menghembuskan nafasnya dan menyesap kembali alat asap itu ke mulutnya. Dan disini, aku berharap cemas sekali. Sialan.
"Ya. tentu saja. Asalkan kau tau ciri-ciri terakhir kali kau melihat fisiknya." Sai menjeda, lalu melanjutkan. "Masih ingat,'kan?"
Dia bercanda? 2 Tahun aku mencari dan mengingat sosoknya dari terakhir bertemu mana mungkin bisa aku melupakan ciri-cirinya. Yang benar saja.
"Tentu saja Aku ingat. Dan semakin ingat setelah pertemuanku dengannya beberapa saat lalu, disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey
Fanfiction[ C E R I T A K E D U A ] Sebuah kisah tentang Haruno Sakura yang mencari sosok laki-laki arogan yang pernah bertemu dengannya disebuah perusahaan. Laki-laki yang mengubah pola pikirnya tentang sebuah kekuasaan dari sebuah nama, jabatan dan...