Basketball Girl
Thirteen
Rachel dibawa ke taman belakang sekolah. Setelah sampai, ia akhirnya dilepas oleh orang tersebut. Sedari tadi, ia belum melihat orang yang membekapnya karena orang tersebut membekapnya keras sehingga ia tidak bisa bergerak. Namun, sudah terlintas nama seseorang karena ia tau siapa yang selalu membekap mulutnya.
"Apa-apaan sih Regan!"
Dan perkiraannya salah total!
"E-eh Steve," ucap Rachel canggung. Ia segera merubah mimik mukanya. "Ada apa?" katanya datar.
∞
"gue bosen ngedenger lo minta maaf mulu," ucap Rachel kesekian kalinya dengan muka datar.
Mendingan gue ngedenger celotehannya si Terry tentang anak tetangga sebelah.
Rachel terduduk dibawah pohon rindang. Angin sepoi-sepoi meniup anak rambut yang tidak terkuncir oleh ikat rambutnya.
Steve duduk dihadapannya dan tersenyum kecil. Senyuman yang selalu membuat semua perempuan meleleh, termasuk Rachel.
"Rachel, maafin gue ya," ucap Steve masih dengan senyumannya.
Rachel menegang saat senyuman itu kembali. Walaupun ia tersenyum, Rachel dapat melihat kantung mata yang dimiliki Steve sekarang.
Lo udah ga tidur berapa lama?
Rachel menghela nafas dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pernah ia duga akan mengatakannya.
"Lo tau kan gue gabisa lama-lama diemin lo."
Rachel segera bangkit dan menuju ke gedung sekolah lagi.
"GUE DIMAAFIN GA NIH?" teriak Steve setelah sadar dari lamunanya.
Rachel hanya mengangkat jempolnya tanpa berbalik badan.
∞
"Cie cie yang udah baikan." Terry menusuk-nusuk pipi Rachel.
"Diem ah lu, bawel."
"Hiii, takut," ucap Terry dengan muka idiotnya.
"Heh lo dua! Kayak lesbi aja. Mau pesen apa? Gue yang bayarin deh," ucap Nicky yang kini beranjak dari kursi kantin.
"Samain sama Terry aja."
"Samain sama Rachel aja." ucap mereka berdua serempak.Mereka berdua saling bertatapan.
Melissa bergumam, "satu, dua, tiga."
"IIH NGIKUTIN." Lagi-lagi mereka berbicara serempak sambil saling menunjuk.
Jane, Nicky, dan Melissa menggelengkan kepalanya.
"Buruan deh. Gajadi gue traktir nih."
"Samain sama lo aja deh, Nick. Mereka mah lama," ucap Jane.
"Gak suka aja sih lo," ucap Rachel.
"Iya sih!" ucap Terry juga.
"Bawel," ucap Melissa sambil menyumpal telinganya dengan earphone.
Beberapa menit kemudian, Nicky datang dengan satu nampan penuh. Fish and Chips, itulah makanan yang dipesan Nicky.
"Yeah Food! Come to momma!" ucap Terry seperti makanan itu mengerti apa yang dibicarakan Terry.
Nicky seperti memberi kode kepada Jane yang berhubung duduk disebelah Terry. Jane yang mengerti kode tersebut pun langsung memegang jidat Terry.
"Gak panas tuh," ucap Jane dengan muka polosnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalo panas gue jadi Terry Goreng kan gak lucu."
"Teri goreng kali. HAHAHAHA," ledek Rachel lalu tertawa lebar. Jane, Nicky, Terry, dan Melissa yang mendengar mau tidak mau tertawa juga.
"Rachel?"
Sekejap, mereka berhenti tertawa melihat siapa yang memanggil Rachel.
"Gue mau ngomong sama lo," ucap perempuan itu lagi.
Rachel dan teman-temannya saling tatap. Takut melakukan langkah yang salah.
Akhirnya Nicky membuka suara, "yaudah ngomong disini aja."
Kayla terdiam sejenak. Lalu ia bersujud pada Rachel. Tentu saja itu membuat Rachel dan teman-temannya itu tersentak kaget. Sedangkan orang lain yang melihat, memberi tatapan iba kepada Kayla.
"Chel maafin gue," ucapnya sambil menunduk.
"Please maafin gue. Sorry banget gue udah bohongin lo."
"Sorry gue udah ngejauhin lo. Sorry gue dulu temenan lo cuma karena Steve. G-gue muna banget ya? Kesalahan gue besar banget. Maaf, Chel. Maaf," ucap Kayla sambil tersenyum getir.
"Lo mau kan maafin gue?" ucap Kayla mendongak kepada Rachel. Ternyata, Kayla menangis.
Ya, menangis.
"Ngapain lo minta maaf ke Rachel kalo lo sendiri nyadar salah lo banyak?" ucap Nicky dingin.
"Gue tau salah gue banyak. Karena itu gue minta maaf. Setidaknya gue udah mencoba untuk minta maaf. Urusan maafin atau nggak, itu masalah waktu aja."
Entah kenapa Nicky yang mendengar ucapan Kayla menggeram pelan. Tidak ada yang tau masalah dibalik geraman Nicky. Kecuali Terry yang kini menatapnya.
Rachel melihat sekeliling, kini orang-orang menatap mereka. Mereka kini menjadi pusat perhatian. Rachel tidak mau mendapat pusat perhatian karena hal yang negatif. Seperti sekarang, orang-orang melihat Rachel penuh kebencian karena tidak memaafkan Kayla.
Oh, hidup penuh drama.
Rachel mengacak-acak rambut Kayla. Tidak menyangka ia akan melakukan ini.
"Gue maafin kok." Rachel tersenyum manis.
Tiga kata itu disambut dengan pelototan teman-temannya itu.
Kayla memeluk kaki Rachel. "Makasih banyak, makasih."
"Udah jangan meluk-meluk kaki. Dasar mesum," ucap Rachel bercanda.
∞
"Gue pulang dulu, ya!" Rachel melambaikan tangannya.
"Yakin gak mau ikut gue?" tawar Terry sekali lagi di dalam mobilnya.
"Enggak lah. Sekalian gue mau mampir ke supermarket dulu," ucap Rachel sambil menunjuk seberang jalan.
"Oh yaudah deh. Hati-hati," ucap Terry sambil melambaikan tangannya.
Rachel pun beranjak dari tempatnya menuju supermarket. Mamanya menyuruh untuk membeli belanja bulanan.
Setelah selesai memilih dan membayar barang-barang. Ia pun keluar dari supermarket dan menyebrang jalan lagi berhubung
Bus Stand nya ada di sebrang jalanan.Saat di tengah jalan, ia tersadar sesuatu. "Hp gue mana?"
Rachel memeriksa tasnya namun nihil.
Kesalahan terbesarnya saat ini adalah berhenti di tengah jalanan hanya untuk mencari sebuah ponsel.
"RACHEL AWAS!"
Tidak ada waktu, Rachel hanya bisa memejamkan matanya.
Ia merasakan badannya terlempar. Namun anehnya, ia tidak merasakan sakit karena tertabrak.
Dan betapa kagetnya saat melihat lelaki itu tertabrak.
Dengan langkah bergetar ia menghampirinya yang sudah penuh darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TS 1] Basketball Girl
Teen FictionRachel Elizabeth Allison, gadis berparas cantik bermata coklat, terkenal seantero sekolah dan juga sangat cinta dengan yang namanya basket. Rachel yang terlihat sangat ceria ini memiliki masa lalu yang cukup buruk bersama mantannya yang masih satu s...