Chapter 6 - Khawatir

23 5 0
                                    

Hai hai, selamat membaca semuanya ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai, selamat membaca semuanya ^^

Menjelang UAS biasanya guru-guru makin rajin ngasih tugas. Makin sering diadain ulangan harian. Bikin siswa semacam Syahrul makin males pergi sekolah. Mau langsung lulus aja. Tapi masih ada satu tahun setengah. :(

"Anjay lah, gue cuma bisa jawab 3 nomor doang."

Syahrul langsung menenggelamkan diri pada lipatan tangan.

"Santai rul, bukan lo doang yang ngarang indah," sahut teman sebangkunya, Kido.

Ngomong-ngomong karena tadi Bu Ari -pengampu mata pelajaran geografi- memutuskan hari ini diadakan ulangan, jadi jam pelajaran selesai lebih awal. Masih ada 20 menit sebelum mata pelajar matematika dimulai. Heran, perasaan ketemu matematika melulu. Padahal kayaknya baru kemarin matematika. Mana hari ini tiga jam pelajaran. Walau kepotong istirahat, tetep aja kepala rasanya mau meledak. ⊙︿⊙

Sementera Kido menyibukkan diri dengan ponselnya. Syahrul masih pada posisinya. Sebelum akhirnya kepalanya kembali terangkat, mengintip sedikit ke bangku sahabatnya.

Syabina juga sibuk bermain ponsel. Terlihat seperti sedang berbalasan pesan. Syahrul jadi kepo, dengan siapa agaknya? Syabina tidak dekat dengan banyak orang di sekolah ini. Ia Hanya tau orang-orang yang pernah satu kelas dengannya. Itu saja masih suka lupa nama.

"Siapa?"
Syabina hampir saja melempar ponselnya seketika, setelah mendengar suara tepat di belakang telinganya.

"Ngagetin tau enggak," makinya pada Syahrul.

Syahrul ngedeketin kepalanya ke layar ponsel. "Siapa, sih?" tanyanya setelah membaca pesan yang terlihat. Nomornya tidak disimpan Syabina. Dia juga tidak hafal pemilik nomor itu. Walaupun dia merasa kenal.

"Bukan siapa-siapa," jawab Syabina kemudian menjauhkan ponselnya dari jangkauan Syahrul.

"Dari Rakhsan."
Sahutan Minie langsung dapat pelototan dari Syabina. Kenapa bilang-bilang, sih?

"Rakhsan?" Syahrul membeo.
"Lo deket sama Rakhshan? Sejak kapan?" lanjutnya kepo.

"Apanya yang deket? Kenal doang, eh enggak kenal, tau dong."

"Dia bilang jangan lupa soal besok. Lo mau jalan sama dia? Dia suka sama lo?"

"Apa, sih? Jangan asal nyimpulin!" Seru syabina. Kenapa pada berpikir kalau orang ngechat berarti naksir. Kan bisa aja cuma mau temenan. Iya kan? :))

Dia nggak mau langsung nyimpulin gitu. Nanti kepikiran terus, taunya dianya yang kegeeran. :(

"Kan gue juga mikirnya gitu. Nih ya, masak Rakhshan tiba-tiba nanyain gue nomornya Syabina padahal kita enggak pernah  ngobrol sebelumnya. Jangankan ngobrol. Ni anak aja enggak tau Rakhshan siapa," ungkapnya sambil menunjuk Syabina.

"Apalagi kalau bukan naksir," imbuhnya.

Ah, Minie dengan mulut licinnya. Syabina ngedesah lelah. Kenapa temen-temenya enggak bisa ngertiin dia, sih. Syabina kan gak mau kegeeran dulu. Ini malah pada berteori sebaliknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CLANDESTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang