Prolog

776 98 6
                                    

Sinar mentari merembes masuk lewat celah jendela kelas. Saat itu (Y/N) sedang memainkan ponsel sambil sesekali mengintip ke permukaan kaca jendela. Lagi-lagi orang yang ditunggu belum datang. Sempat terpikir bahwa orang itu hanya akan mengerjainya hingga akhirnya (Y/N) harus menunggu diam sendirian sampai langit berubah gelap.

(Y/N) mengembuskan napas berat. Dia muak. Sepertinya memang benar kalau si pemuda bodoh itu tidak akan pernah menerima perasaannya, menerima cintanya. Lagipula, mereka hanya teman. Bahkan, (Y/N) jauh lebih dekat dengan Luffy dibandingkan dengan Ace. Ya, habisnya karena Luffy hampir sama bodohnya dengan (Y/N).

"Masih menunggu?" Nami menghampirimu. Tampaknya dia baru kembali dari klub geografi. "Kau yakin mau mendengar jawaban Ace?"

(Y/N) mengangguk mantap.

"Meskipun Ace dekat dengan banyak gadis?" tanya Nami lagi.

Untuk yang kesekian kalinya (Y/N) mengangguk. Kemudian, tak lama muncul pop up di ponsel (Y/N). Pengirimnya adalah Luffy. Lewat pesan pop up itu, netra (Y/N) menjelajah kata demi kata hingga ia tiba di satu kesimpulan.

BRAK!

Tubuh mungil itu terjatuh ke lantai. Sontak saja Nami terkejut. Dia kebingungan. Kemudian, dengan tangan gemetar, Nami membuka ponsel milik (Y/N). Di pop up pesan dari Luffy tertulis:

(Y/N), ini gawat! Kakakku kecelakaan. Kepalanya terbentur dan sekarang dia ada di rumah sakit!

***

AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang