BAB 2

424 82 18
                                    

Malam semakin larut, tapi kamu tidak dibiarkan dunia untuk beristirahat. Tidak seperti siswi kebanyakan yang menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga, kamu sekarang sedang berdiri di belakang meja kasir sebuah mini market sambil menunggu pengunjung.

Sebenarnya SMA One Piece tidak memperbolehkan muridnya untuk melakukan aru baito, tapi keadaan memaksamu untuk melakukannya. Sejak lima tahun lalu, kamu sudah harus bertarung melawan dunia tanpa kehadiran orang tua. Sejak saat itu lah kamu mulai berpindah-pindah tempat tinggal demi mencari lokasi dengan tunjangan hidup paling murah.

Siapa sangka, kamu mendapatkan beasiswa di SMA One Piece yang kebetulan terletak di pusat kota Tokyo. Hal itu membuatmu harus mengambil aru baito karena memang gaya hidup di kota mahal.

Malam ini tampaknya tidak ada yang datang. Pikiranmu melayang pada kejadian setahun lalu. Saat itu para preman masih suka menerobos toko sambil membawa arak di tangan. Namun, sejak Ace menghajar mereka untukmu di suatu malam, para preman itu tak pernah datang lagi.

Itu lah pertemuan pertama seorang (Y/N) dan Portgas D. Ace.

Kamu menguap lalu beralih menatap tas besar di sebelah kaki. Tas besar itu diletakkan di sebelah tas sekolahmu yang warnanya sudah luntur.

"Sehabis pulang kerja, aku harus mengantarkan ini semua ke apartemen Luffy," gumam (Y/N) sambil mengingat-ingat berapa banyak barang Ace yang harus diangkut ke apartemen.

Ya, sore tadi, dokter mengatakan kalau Ace boleh pulang. Tentu saja Luffy kaget, padahal pemuda itu sudah susah payah membawa barang-barang Ace ke rumah sakit. Alhasil, kamu pun mengajukan diri untuk membawa pulang barang pujaan hatimu itu, mengingat sahabatmuーLuffyーada kelas tambahan akibat kena remedial.

Tanpa sadar, senyum terbit di wajahmu. Meski pada nyatanya Ace melupakanmu, tapi kamu bertekad untuk membuat pemuda itu mengingatmu lagi dengan cara apa pun.

PING!

Sebuah pesan masuk dari Nami. Gadis bersurai oranye itu juga adalah sahabatmu. Dia lah satu-satunya orang yang tahu isi perasaanmu kepada Ace.

Gadis itu mengirimkan sebuah pamflet lewat LINE.

Nami
(Pamlet festival musim panas)

Kau harus mengajak Ace.

(Y/N)
Wah, kebetulan. Aku memang ingin membuatnya mengingat aku lagi.

Nami
Hei, sebenarnya aku tidak yakin dia akan membalas perasaanmu atau tidak, tapi aku tidak suka jika dia melupakanmu begitu.

(Y/N)
Terima kasih, Nami ;)

Nami
Ganbarou! (Y/N)-chan! °w°)9

Begitu lah malam itu berjalan. Kamu menghabiskan sisa waktu kerjamu dengan senyuman di wajah. Membayangkan dirimu berjalan di samping Ace sambil berpegangan tangan membuat dirimu ingin cepat-cepat menemui pemuda itu esok hari.

***

Rutinitas hari Minggumu adalah memasak di kediaman Luffy bersaudara. Tentu saja hal itu kamu lakukan karena kamu lah satu-satunya gadis di sekolah yang dianggap sebagai saudari oleh Luffy dan kedua kakakknya.

Pagi itu, kamu sengaja membuat sup miso meski Luffy merengek ingin makan daging.

"(Y/N)! Kenapa kamu mendengarkan Sabo?" rengek Luffy sambil menaruh dagu di atas meja makan.

"Yah, apa boleh buat. Kau juga harus makan sayur, Luffy-kun," balasmu tanpa sedikit pun menoleh ke arah si pemuda bertopi jerami. Sementara itu, tanganmu masih sibuk memotong daun bawang.

"(Y/N)! Pokoknya akuー"

"Gomen, Luーarg!" pekikmu saat tak sengaja pisau yang sedang kau gunakan sedikit mengiris ujung jari. Alhasil, darah pun mengucur dari sana.

"Yabai! (Y/N), kau tidak apa-apa?" Bukan Luffy yang bersuara, melainkan Ace. Dia yang sejak tadi hanya diam memperhatikan, akhirnya unjuk suara. Pemuda itu bangkit lantas menghampirimu. Sedangkan Luffy hanya mengamati dari kursinya.

"E-eh, tidak apaーssh...." Kamu memang tidak kuat menahan rasa sakit. Tanpa sadar, air matamu sudah menggenang di pelupuk mata.

Ace, meski ingatannya tentangmu hilang, dia tetap tidak suka melihatmu terluka. "Mana lukamu? Boleh kulihat?" tanyanya.

Kamu mengangguk lantas menujukkan jari telunjukmu yang berdarah. "Tidak s-sakit, kok," ujarmu bohong.

Ace menatap luka di ujung jarimu dengan tatapan datar. Lantas, ia mengambil sapu tangan dari dalam saku celana pendek selututnya dan membersihkan darah di lukamu. Sebenarnya kamu hendak protes. Kamu tahu betul, seharusnya pemuda itu membersihkan lukamu dengan air mengalir lalu mengoleskan alkohol di sana.

Namun, kamu hanya diam memperhatikan sambil menikmati debaran jantung yang semakin menggila.

"Apa tadi itu sakit?" tanya Ace polos.

Kamu menggeleng meski raut wajahmu mengatakan hal yang sebaliknya.

"Ah, pasti sakit," ujar Ace. Dan, tanpa bisa diduga, pemuda itu seketika mengecup ujung jarimu. Tentu saja darahmu langsung mendidih dibuatnya. Kamu ingin berteriak, tapi suaramu tak bisa keluar. Sementara itu, Luffy masih memperhatikan dengan tatapan polos.

Ace mengecup ujung telunjukmu lama, hingga akhirnya pintu apartemen dibuka oleh Sabo yang tampak membawa kantung belanjaan penuh dengan makanan ringan dan cola. Wajah pemuda bersurai pirang itu memerah padam begitu netranya menangkap apa yang sedang dilakukan Ace terhadapmu.

Kemudian, dengan bodohnya Sabo berteriak, "P-p-pelecehan seksual!!"

***

AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang