Elen kali ini akan berlari-lari mengelilingi komplek perumahannya dan berlanjut ke taman yang biasanya digunakan untuk jogging, termasuk tempat pacaran. Mungkin kalau biasanya Elen tidak akan merasa seperti anak kucing kehilangan induknya, tapi pengecualian untuk hari ini. Pasalnya hari ini Raka tidak menemani gadis beriris coklat itu, dikarenakan urusan ke luar kota yang membuat Elen harus sendirian di rumah, baiklah Elen sekarang tidak sendiri, masih banyak makhluk halus di rumah itu. Sepertinya menyewa pembantu bukan hal buruk.
Elen, gadis itu berlari-lari kecil sembari memasangkan headshet di kedua telinganya dan menancapkannya di handphone berlogo apel gigit, lalu mengalunkan lagu dari Shawn Mendes ft. Camila Cabello - Senorita.
Sesampainya di taman, Elen berhenti. Mengamati sekitar. Ternyata banyak juga makhluk halus yang berkeliaran di pagi hari. Yang lebih menarik adalah saat Elen melihat orang ketiga di tengah-tengah orang yang sedang berpacaran.
Elen tersenyum lucu.
"Kalau gila jangan di tengah jalan! "
Merasa diajak bicara seseorang, Elen melepaskan headshet yang sebelumnya dikenakannya dan memasukkannya ke dalam saku hoodie biru yang dipakainya. Gadis itu menoleh.
Elen menaikkan sebelah alisnya. Bertemu dengan Fino di pagi hari hanya memperburuk keadaan. Namun, Fino tidak sendiri.
"Hai Elen! " sapa Dafa dengan semangat.
Senyum Elen merekah, responnya sungguh positif, "hai too, Dafa. " berbanding terbalik saat Fino menegurnya.
"Hai, gue Keira. Salken, El! Dafa udah cerita banyak loh tentang lo. " ucap Keira memperkenalkan dirinya.
"Oh ya? Aku Elen. Salken too, Keira. " balas Elen dengan senyum canggung. Saat ini hanya Dafa yang sedikit akrab dengan Elen. Elen tipikal gadis yang tidak mudah menjalin hubungan pertemanan dengan orang yang baru dikenalnya.
"Gue Miko. Panjangnya Mikooooooo, Miko itu pake O ya, El! " seru Miko dengan renyah.
Sebenarnya Elen dan Miko sudah saling tahu nama, tapi entahlah mengapa laki-laki itu mengenalkan dirinya lagi, "Mikoooooooo pake O, aku Elen. " tiru Elen dengan tertawa.
"Terakhir orang paling ganteng seantreo bumi, Faro. " singkat Faro dengan senyuman manisnya.
Elen mengangguk, "Elen. " singkat gadis itu seraya tersenyum.
Fino yang sedari tadi menjadi penonton, memutar bola matanya malas.
"Lo, ikut gue! " perintah Fino dengan menyeret tangan Elen.
Elen mencoba melepaskan, tapi cekalan Fino terlalu sulit untuk ukuran gadis sepertinya, "Lepasin nggak! "
"Ikut dulu! "
"Kemana? "
"Bawel! Tinggal jalan pake dua kaki lo, apa susahnya?! "
Menyebalkan! Baiklah, tinggal berjalan bukan?
Sepeninggalan Elen dan Fino, Dafa dkk hanya tersenyum dan kemudian melanjutkan jogging yang sempat tertunda.
Disinilah sekarang, Elen ditarik Fino di sudut taman. Elen diam. Fino diam. Tidak ada yang mulai percakapan disini. Bukankah sudah Elen bilang berkali-kali? Diam itu tidak menarik, hanya membuang-buang waktu.
Mata Elen tertuju pada seorang anak yang berada di tengah jalan, dari arah berlawanan sebuah motor bergerak dengan kecepatan tinggi, orang tua anak itu tetap mengawasi putrinya, tapi ada makhluk yang menutup penglihatan orang tua itu agar tidak melihat motor yang sedang melaju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Indigo!
Teen FictionGenre: Horror-teenfiction-school Up: 1 minggu 1 kali (Senin) ===================================== "Melihat kalian itu bagai mimpi buruk dalam tidurku, andai ini memang mimpi, maka bangun adalah solusi. Namun, aku sadar ini nyata. I can see you! " ...