"Sekarang buka buku halaman seratus, kita lanjutkan pelajaran yang kemarin," ujar Pak Maman sambil menatap para murid."Hai cowok kulkas, nama aku Pelangi." selembar kertas Pelangi sodorkan pada El. Sedangkan El hanya menaikkan satu alisnya.
Setelah El membaca kertas itu, El menatap Pelangi, sedangkan yang ditatap menghadap ke depan memerhatikan Pak Maman Sukirman yang sedang menjelaskan.
"Dibales dong, cowok." Satu kertas lagi berhasil mengenai tangan El. El yang merasa ada benda di tangannya langsung mengambil benda itu dan dilempar ke sembarang arah.
"Kenapa harus dibuang sih!" teriak Pelangi dan berhasil membuat teman satu kelas serta Pak Maman memandang Pelangi dengan tatapan heran.
"Kenapa teriak Pelangi? Ini bukan hutan. Kalau gak suka sama pelajaran saya diam! Jangan teriak!"
"Hehehe, bukan begitu Pak, tadi saya cuma kaget doang kok, iya kaget," ujar Pelangi sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Jangan teriak lagi!"
"Iya Pak Maman Sukirman."
"Gara-gara lo ni kulkas!" sarkas Pelangi, sedangkan El hanya menatap datar ke arah Pelangi.
"Oke, anak-anak sebelum saya akhiri pembelajaran kali ini, ada yang mau bertanya?"
"Saya Pak."
"Iya Pelangi kamu mau tanya apa?"
"Saya mau tanya kenapa Bapak gampang marah?"
"Pelangi! Pertanyaan macam apa itu?"
"Loh, tadi katanya suruh tanya. Kan Bapak gak nentuin harus pelajaran Bapak yang ditanyakan. Bener gak teman-teman?"
"Bener banget!" teriak semua murid. Pak Maman hanya bisa mengelus dada karena sifat Pelangi yang membuatnya harus menyetok obat pusing kepala setiap harinya.
"Saya marah itu karena kamu," ujar Pak Maman sambil memijit pelipisnya yang mulai nyut-nyutan.
"Kok salah saya?" tanya Pelangi yang tidak terima dengan jawaban Pak Maman.
"Karena kamu buat saya darah tinggi setiap hari Pelangi Cinta Maheswara!"
"Ya, kalau Bapak marah wajarlah namanya juga manusia. Kalau Bapak gak marah tandanya Bapak itu ada masalah dan gangguan gitu aja masak Bapak tidak tahu."
"Pelangi! Sudahlah sekian pelajaran hari ini. Selamat siang." Kemudian Pak Maman pergi meninggalkan ruang kelas Pelangi sambil membanting pintu.
Brak!
"Marah tu kayaknya, bodoamatlah," ujar Pelangi sambil tersenyum.
"Woi Pelangi! Pintar juga lo ngusir Pak Maman dengan cara halus. Padahal kurang lima belas menit lagi hahahaha," ujar Siska sambil bersedekap dada.
"Dasar Pelangi," timpal Wulan sambil tersenyum.
"Pelangi gituloh."
"Gak usah percaya diri," ujar El yang tiba-tiba saja menyahut pembicaraan Pelangi dan kedua sahabatnya.
"Apa? Gue gak salah dengar kan? Lo bicara?"
"Dasar cewek aneh," ujar El kemudian beralih menatap buku yang dibacanya.
"Yaampun oksigen woi! Gue sesek napas."
"Alai," timpal El dengan nada datarnya.
Tet! Tet! Tet!
Tak terasa kini waktu istirahat. Banyak murid yang berhamburan keluar kelas untuk mengisi perutnya yang sudah berbunyi. El langsung beranjak dari tempat duduknya menuju kantin sedangkan Pelangi dan kedua sahabatnya masih asik mengobrol tentang dunia pergibahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Untuk El ( Sudah Terbit )
Dla nastolatkówMenceritakan kisah Pelangi dan El. Pelangi yang memiliki sifat absurd, periang, dan petakilan berusaha mendekati El yang memiliki sifat dingin dan cuek. Segala cara Pelangi lakukan agar bisa dekat dengan El, tapi El justru membenci Pelangi tanpa se...