"Brengsek!"
Hanya sebuah umpatan singkat yang biasa dilontar oleh orang kebanyakan, tapi jika Namjoon yang melakukannya, aura disekelilingnya akan berubah puluhan kali lebih suram. Pria itu melompat turun ke lantai satu, sontak membuat Jimin dan Hoseok yang sedang memasak makan siang terkejut.
"Bos, Ya Tuhan, apa kau sudah kelaparan?" Hoseok tampaknya masih tidak melihat tanda bahaya yang muncul sementara Jimin sibuk mencicipi masakan.
Namjoon tak berniat untuk banyak berkata sekarang. Penerawangannya mengenai Kyung Soo beberapa waktu lalu membuat rahangnya terkatup rapat dan dia berbalik tepat didepan pintu,"sudah kubilang aku tidak mempercayainya, Jimin."
Lalu pergi begitu saja.
Tak butuh waktu lama bagi Hoseok dan Jimin untuk saling melempar pandangan sebelum akhirnya salah satu diantara mereka sadar akan sesuatu, kemudian Hoseok berkata, "waaahhhh.. si brengsek itu benar-benar!"
Jimin menatapnya keheranan, "hey, apa yang terjadi?"
"Kyung Soo pasti melakukan sesuatu pada si monster itu! Pantas saja ketika akan kutemani ia menolak setengah mati!"
"Terus sekarang bagaimana?Apa Kyung Soo sudah menghabisi si nona pembunuh kita?"
"Kenapa kamu menambahkan kata kita pada kalimatmu?"
"Karena dia mangsa kita bukan? Seharusnya Kyung Soo tidak bertindak gegabah."
"Kukira si brengsek itu tahu diri. Sekarang Namjoon pasti tidak akan mengampuninya. Iris telingaku kalau salah."
Jimin tertegun diantara asap masakan yang mengepul di udara, "padahal aku akan menyisakan sup ini untuk kuberikan pada nona pembunuh kita."
"He? Baik sekali?"
"Tapi sebelumnya kutambahkan dulu banyak merica supaya dia terserang diare."
Hoseok, adalah orang yang paling lelah menghadapi ketidakjelasan Jimin dibalik kelihaiannya melarikan diri dari manusia. Maka dia menghela napas frustasi seraya menjatuhkan kepala pada sofa.
"Kalau begitu Namjoon akan mengiris dua telinga orang hari ini, aku bertaruh."
**
Matanya yang setajam naga sigap memindai situasi untuk menemukan Kyung Soo. Namjoon berlari memasuki hutan dengan kecepatan serigala, melangkahi batang tumbang dan sumber air dibawah ranting yang saling menggenggam. Kakinya yang panjang memijak kokoh diatas tanah, dia terus bergerak mengikuti bau darah yang sedaritadi sudah menguar di udara.
Dari arah selatan, sebuah suara langkah kaki mengusik pendengarannya. Namjoon menghentikan langkah buru-buru dan berdiam sebentar untuk mendapatkan suara yang lebih jelas.
Seretan langkah itu terdengar lemah. Dibarengi dengan irama napas yang tak beraturan, menjelaskan kondisinya yang mungkin tengah sekarat. Namjoon berbalik dan mengikuti instingnya untuk menemukan sumber suara tersebut.
"T-tolong aku.."
Berbelok kearah kanan, Namjoon lalu menemukan seorang wanita dengan penampilan yang begitu mengerikan. Perempuan itu, Im Yoona, terseok didekat pohon yang tumbang tak berdaya. Satu lesatan cepat diambil Namjoon untuk menghampirinya dan dia menangkap tubuh Yoona tepat saat dirinya ambruk tidak sadarkan diri. Darah menetes pada pergelangan tangan Namjoon dari leher Yoona yang tersayat kasar.
Ini gila!
"Hey, kamu harus tetap sadar!"Namjoon menepuk pipinya sebelum dikejutkan oleh aroma yang berbeda dari tubuh Yoona. Dia hendak meneliti lebih jauh untuk meneliti, tetapi urung dilakukannya sebab Yoona akan mati jika Namjoon tidak menyelamatkannya sekarang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | Kim Namjoon x Im Yoona
Fanfiction"Ada harapan lain. Sebentar lagi werewolf tinggal legenda." _Im Yoona, penemu vaksin X09_ "Ada harga yang harus kau bayar jika kau mengacaukan suatu ekosistem." _Kim Namjoon, Alpha Werewolf_ (SEBAGIAN UNPUBLISHED KARENA SEDANG TAHAP REVISI. TERIMAK...