#menuju keputusan

134 7 0
                                    

"Kau harus mondok nak. Ibu sama ayah ingin kau pandai dalam urusan agama agar kelak jika ibu dan ayah di neraka engkau yang akan menyelamatkan kami" ucap ibu panjang lebar dan sedikit membentak karena mungkin beliau sudah sangat capek melihat aku yang selalu menolak

"Bu, nara ingin melanjutkan sekolah ke SMA model migas bu. Nara gak mau mondok" ucapku berkali kali menolak

"Nak pikirkan lagi keputusanmu itu jangan gegabah. Pondok pesantren yang terbaik untukmu. Ibu cuma pengen kamu bisa ngabdi untuk agama nak" ucap ibu lalu melenggang masuk ke kamar dengan meneteskan air mata. Aku hanya diam

Aku bingung. Aku ingin sekali melanjutkan sekolah di SMA model migas tapi orang tuaku menginginkan aku untuk melanjutkan ke pondok. Aku harus gimana ini

Setelah bergelut dengan pikiranku aku pun masuk ke kamar. Pusing sekali rasanya untuk memikirkan hal ini

Ahh enak ya sita bisa masuk sekolah Model migas. Aku juga ingin tapi orang tuaku ahh. Ya Allah aku bingung...

Setelah perdebatan panjang tadi siang aku dan ibu belum mau membuka suara satu sama lain. Biarlah diam dulu. Aku capek harus nanggapin bagaimana lagi aku pusing aku belum siap kalau harus hidup jauh dari ibu dan ayah.

Hari ini seperti hari terpanjang bagiku. Aku hanya terdiam memikirkan keputusanku. Kalau aku mondok lalu bagaimana dengan impianku?? Udah lama aku menanti saat ini tapi setelah penantian panjang pupus juga impian itu.

Malam pun tiba tapi aku belum bisa memejamkan mataku. Lagi lagi kata kata ibu tadi siang terngiang di pikiranku. Dan lagi lagi aku harus memikirkan keputusanku. Ah bagaimana ini aku harus apa? Apakah aku harus mengalah lagi aku harus mengikuti permintaan kedua orang tuaku? Sungguh aku benar benar letih memikirkan ini aku bingung...

Jika ini terbaik untukku baiklah aku akan menuruti tapi bagaimana impianku untuk masuk sekolah SMA model migas?? Haruskah aku memendam lagi impian itu?? Ataukah impian itu hanya akan menjadi kenangan di masa depan tanpa harus tercapai?? Betahkah aku mondok?? Hidup jauh dari orang tua ku?? Bisa kah aku beradaptasi  di lingkungan yang belum pernah ku rasakan sebelumnya?? Semua pertanyaan itu berkecamuk di pikiranku.

Malam pun berganti pagi lagi hari ini aku akan memutuskan bagaimana keputusan ku ini. Setelah malam tadi tidak dapat tidur dan hanya memikirkan ini akhirnya aku memiliki keputusan yang dimana keputusan ini sebenarnya tak ku inginkan

"Ibu ayah, nara sudah mempunyai keputusan dan hasil keputusan nara adalah... hufffftttt nara mengikuti permintaan ibu dan ayah untuk belajar di pondok pesantren pilihan ibu dan ayah" ucapku dengan yakin. Hanya mulut yang yakin tapi hatiku masih tetap sama, hatiku masih enggan menerima.

"Alhamdulillah" ucap ibu dan ayah berbarengan aku hanya tersenyum tipis. Lalu mengambil nasi dari baskom di depan ku. Saat ini aku, ibu, dan ayah memang sedang berada di meja makan untuk sarapan.

"Baiklah nak besok kamu akan di antar ibu ya, ayah gak bisa ikut ngantar karena ada urusan maafin ayah" ucap ayah meminta maaf, aku berhenti menyendokkan nasi kemulut lalu menatap ayahku

"Tak apa ayah, makasih ya ayah udah jadi ayah yang terbaik untuk nara dan ibu. Ayah adalah pahlawan kami. Semangat terus ayah kerjanya, nara janji nara akan membahagiakan ayah ibu" ucapku dengan ku akhiri senyum manis untuk menepis rasa kecewa ku ini. Hati ku masih belum menerima kenyataan ini tapi bagaimanapun juga aku harus bisa melupakan impian ini demi membuat ayah dan ibuku bahagia. Ya aku harus bisa harus bisa...

Bersambung...

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh kawan kawan hehe. Maafkan ceritaku yang super duper absurd ini ya hehe. Makasih udah mau mampir tunggu lanjutannya ya

Cinta Di Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang