"Lif kantin yuk!" Ajak kak Putri selepas bel istirahat berbunyi.
"Maaf kak, aku udah punya janji sama Wulan." Tolakku.
Di sisi lain kulihat sorot mata kak Rizal yang mengintimidasi sejak saat kak Putri tadi berbincang denganku dan dengan sengaja aku mengabaikannya. Aku tak tahu maksud dari tatapan kak Rizal itu. Apakah dia cemburu padaku? Apakah kak Rizal naksir kak Putri? Entahlah biar jadi urusan dia saja. Toh dia salah jika cemburu padaku, karena aku sama sekali tak menyimpan rasa pada kak Putri!
Wajar aja kalau kak Rizal suka sama kak Putri, toh kak Putri orangnya cantik dan juga jadi primadona di sekolah ini. Lagi pula kak Putri sekretaris OSIS itu jadi partner terbaik kak Rizal sebagai ketuanya, jadi gak ada salahnya rasa itu tumbuh di dalam hati kak Rizal.
Di kantin
Dua gelas es teh manis tersaji diatas meja, aku dan Wulan duduk saling bersebrangan. Ku buka bekal yang dibawakan Ibu hari ini, ya memang setiap hari Ibu membawakanku bekal biar lebih irit uang jajanku, katanya.
Istirahat yang sangat sempurna, jauh dari kak Putri yang selalu mengganggu dan perbudakan yang masih merajalela. Harus sabar memang, toh ini salah satu kebiasaan yang sudah mendarah daging di negeri ini. Lagi pula sebentar lagi aku akan bebas dari yang namanya perbudakan dalam Masa Orientasi Sekolah ini.
Namun, istirahatku kini berubah. Selera makanku pun hilang, sirna sudah. Padahal bekalku tinggal setengahnya. Entah mengapa aku selalu dibicarakan akhir-akhir ini? Tak salah lagi ini semua ada hubungannya dengan kak Putri. Kejadian tadi pagi yang membuat ribuan mata tertuju padaku saat itu, dan kini aku harus jadi buah bibir akibat kejadian tadi pagi.
"Lu tau gak, tadi pagi ada anak baru yang berani-beraninya nolak si Putri!? Apa dia gak tau ya kalo si Putri primadona di sekolah ini?!" Kata seorang lelaki dalam segerombolan tukang gosip. Kok ada ya laki-laki doyan gosip? Aneh memang!
"Kalo gue yang jadi dia udah pasti gue terima lah! Kapan lagi coba bisa deket ama si Putri. Si Rizal aja yang naksir ama Putri dari dulu aja ditolak. Ini bocil malah nolak si Putri! Hadeuh." Sahut temannya.
Sudah muak aku dengan perkataan mereka, pengen sekali aku hajar mereka saat ini juga. Tapi aku sadar, aku kesini untuk belajar bukan untuk menjadi jagoan di sekolah ini.
"Udah Lif jangan dengerin mereka, mending lanjut makan aja!" Ucap Wulan menenangkanku, seolah tau kalau aku sedang menahan amarah kali ini.
Ku beranjak bangun dari tempat dudukku dan berlalu pergi sejauh-jauhnya dari sini daripada lama kelamaan bikin panas kuping dan lebih takutnya aku tersulut emosi. Kali ini aku pergi ke perpustakaan untuk meredam emosiku kali ini, tadinya aku mau ke kelas tapi toh sama saja berisik bagaimana aku bisa lebih tenang!
"Bu uangnya di meja." Teriak Wulan ke Ibu penjaga kantin.
Baru sadar kalau tadi aku bersama Wulan di kantin, ini gegara mereka semua yang membuat aku tersulut emosi dan pergi berlalu begitu saja darinya. Dan kini kulihat dia setengah berlari mengejarku, sudah pasti dia akan menenangkanku kali ini.
"Sorry Lan, aku pergi duluan daripada disana lama kelamaan aku panas kuping!" Pintaku setelah aku pergi begitu saja darinya.
"Gue ngerti kok, Lif. Mending lo tenangin diri dulu deh." Perhatiannya padaku yang membuat sedikit lebih tenang saat ini.
***
Lebih baik menunggu agak lama daripada harus ikut berdesakan untuk pulang, lagi pula rumahku dekat dari sekolah. Langkah kita beriringan meninggalkan kelas, namun Wulan kini tengah ke toilet dan mau tidak mau aku harus menunggunya.
Lenganku di cekal, tubuhku didorong dan dihimpit diantara kedua lengannya.
"Gausah deketin Putri! Atau lu tau sendiri akibatnya!" Ancamnya yang cemburu kepada diriku, aneh memang kak Rizal ini! Toh jelas-jelas yang ngedeketin tuh kak Putri bukan aku!
"Siapa yang ngedeketin dia lagian gue gak suka sama Putri!" Ku lepaskan himpitan tangannya ditubuhku
Sebuah pukulan dadakan menghantam wajahku, di sudut bibirku mengucur darah segar. "Lu jauhin Putri atau lu akan menerima lebih dari ini!"
Ku usap darahku, berharap darahku berhenti mengucur. Kak Rizal brengsek, karena cemburu buta ia menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan kak Putri. Ku harap saat ini Wulan tidak menyaksikan kejadian barusan, masalah akan tambah rumit kalau Wulan berani lapor ke BK.
"Lif, kak Rizal sudah keterlaluan kita harus ngadu ke BK!" Ucap Wulan seraya berlari ke arahku, sontak kaget karena Wulan menyaksikan kejadian barusan.
"Gausah, malah ribet nantinya! Aku bisa selesaikan sendiri! Aku juga gak mau kamu terlibat, Lan!" Sanggahku kali ini untuk meyakinkannya.
"Yaudah sini aku obatin!" Tawarnya.
Bersambung......
Hai readers. Gimana part ini? Semoga kalian suka ya🙏 Mohon maaf juga ini telat publishnya🙏
Oiya jangan lupa vote, comment dan sarannya juga ya. Supaya bisa lebih baik ke depannya. Jangan lupa juga follow ig aku ya @rridwan1601_ .
ありがとうございます。💙
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT
Teen FictionPersahabatan seorang introvert yang tak biasa, karena untuk meyakinkan dia untuk bisa menjadi sahabatnya sangatlah susah.