Ada Cerita

28 6 0
                                    

"Itu semua gara-gara kamu, kak!"

Kehadiran Wulan kini membuat aku dan kak Putri tersontak kaget. Dia bicara dengan seenaknya, dia tidak tahu bagaimana aku sangat berhati-hati dalam berbicara takut akan tersakiti hatinya.

"Maksud lu apaan hah? Apa salah gue?" Suaranya meninggi tanda tak terima.

"Kamu liat nggak kak? Liat nggak luka Alif hah?! Asal kamu tahu kak, Alif kaya gini gara-gara kamu kak! Coba ...." Suara Wulan tak mau kalah tingginya dari kak Putri kali ini.

"Lan udah, ma..." Ucapku melerai namun Wulan memotong pembicaraanku.

"Kamu diem aja Lif! Biar dia tahu kalo kamu kaya gini gara-gara dihajar kak Rizal yang suka ama dia. Biar dia mikir klo kehadiran dia jadi masalah buat kamu, Lif." Entah kenapa Wulan kali ini meluapkan emosinya dengan menggebu hingga jarinya pun ikut berbicara menunjuk menuduh kak Putri.

Saat ini banyak mata tertuju pada kami, seolah menyaksikan drama televisi secara live. Ku berdiri ku raih dan ku tarik lengan Wulan untuk pergi menjauh dari kantin. Bukan mau lari dari masalah, tapi lebih baik pergi dari pada menambah masalah baru apalagi kalau sampai masuk ruang BK.

*****

"Lan kamu tuh gimana si? Malu tau ah diliatin banyak orang tadi!" Gerutuku yang mengingat kejadian tadi di kantin.

"Ya maaf, Lif. Aku juga lama-lama kesel ama tu orang, gegara dia kamu dapet masalah kan?"

"Ya tapi gak gitu juga Lan. Gimana perasaan dia digituin di tempat umum?" Ucapku tenang.

"Ooo... gitu, jangan jangan kamu udah ada rasa ama dia? Atau kamu emang seneng deket ama dia?" Tanyanya mengintimidasi tanpa tahu kebenaran akan hal itu.

"Terserah kamu mau ngomong apa Lan!" Ucapku kesal dan pergi ke rak lain mencari novel yang bagus untuk ku baca nanti.

Maksud Wulan apa sih? Ngapain dia bilang kaya gitu di kantin? Apa dia mau satu sekolahan tahu kalau kak Putri suka kepadaku? Terus ngapain juga dia marah sama kak Putri? Ngapain dia nyangka kalau aku udah naruh rasa sama kak Putri, padahal dia tahu karena aku udah bilang ke dia kalo aku gak punya rasa ama dia!

Males banget sekarang kalo Wulan sikapnya nyebelin kaya gini, dia tahu aku gak suka ama kak Putri tapi dia masih menerka-nerka kalo aku sudah mulai suka. Mending aku nyari novel di perpus kali ini buat di pinjam. Lagian toh sekarang bebas dari yang namanya perbudakan.

Ku ambil satu buku yang menarik perhatian pandangan mataku, buku yang menurutku bagus untuk ku baca nanti. Sebuah novel karya Pramoedya Ananta Toer dengan judul 'Bumi Manusia'. Sebuah kisah cinta seorang pria Pribumi kepada gadis Indo-Eropa. Ku baca kali ini di tempat paling nyaman yang ada di perpustakaan ini, entah aku tak tahu Wulan kemana dan aku gak mau tahu juga dia mau kemana untuk saat ini!

Ku coba resapi dan pahami alur dari cerita yang disajikan novel yang berkelas ini, seorang gadis Indo-Eropa yang ingin menjadi Jowo seperti Mamanya. Berbeda dengan kakak kandungnya yang lebih tak menerima kalau dia juga berdarah Jowo dari Ibu kandungnya sendiri. Dan karena asiknya aku membaca, aku tak sadar kalau Wulan sudah duduk berada di sampingku, menatapku dan memperhatikanku.

"Apa sih Lan, aku masih kesel ama kamu. Sana pergi deh jangan deket-deket!" Gerutuku kesal karena kehadirannya kali ini.

"Kalo aku gamau gimana?" Tanyanya menjengkelkan.

"Kalo kamu gamau pergi biar aku yang pergi!" Jawabku sambil beranjak bangun dan hendak pergi menjauh darinya.

Tapi, lenganku di cekal olehnya. Dia berusaha membujuk rupanya, tapi dia kayanya tidak bisa membujukku. Namun tebakanku salah kali ini, dia tahu membuat mood-ku menjadi baik. Dia sodorkan sebatang cokelat, dia masih saja tahu makanan favouritku membalikkan mood.

"Kamu yakin masih mau marah?" Ejeknya kini dengan senyum menyeringai puas.

Ku coba meraih cokelat yang di sodorkan Wulan, tapi dia rupanya sedang mempermainkan mood-ku sekarang. Dia ambil balik cokelat yang disodorkannya. "Kalo gak ikhlas gausah pamer lo, Lan!" Rutukku kesal.

"Aku ikhlas kok Lif, asal kamu maafin aku. Udah itu aja." Jawabnya santai dengan menyunggingkan senyum kemenangan karena dia tahu aku tak bisa melepaskan diri dari cokelat favouritku.

"Itu namanya gak ikhlas sayang, kalau kamu masih minta imbalannya!" Sahutku sembari ku cubit hidungnya dan di saat itu ku rebut paksa cokelat dalam genggamannya dan aku pergi meninggalkan dia membalas perlakuannya tadi yang mempermainkanku. Rasakan balas dendamku, Wulan!

"Alif awas kamu ya!" Teriak Wulan yang tak tahu adab di dalam perpustakaan.

"Tolong jangan berisik, ini perpustakaan!" Teriak ibu penjaga perpustakaan yang mencoba menjaga kondusifitas suasana.

*****

"Lif, bagi dong cokelatnya. Gue juga pengen cokelatnya!" Mintanya memelas.

"Mau? Sini mangap!" Ini saatnya aku ngerjain Wulan. Rasakan bales dendam yang kedua kalinya.

Wulan sudah mangap menantikan cokelat datang ke mulutnya, namun aku yang memakannya. Dia nampak kesal dan dia memukulku bahwa dia juga ingin makan cokelat juga.

"Lu mah gitu Lif, aku udah mangap eh malah di makan sendiri!" Rutuknya kesal.

"Yaudah mangap lagi. Aaaa." Kali ini aku sudah puas mengerjainnya dan saat ini aku menyuapi Wulan. Memang kita sudah terbiasa dari kecil.

"Oke untuk siswa baru Masa Orientasi telah selesai. Dan nanti besok akan diadakan Penerimaan Tamu Ambalan yang di pandu oleh PRAMUKA, jadi kalian silahkan memilih regu untuk acara besok!" Kata salah satu panitia yang sedang memberi arahan di lapangan. Memberikan arahan di lapangan? Berarti saat ini aku dan Wulan telat dan pastinya bakalan dapet regu sisa dari yang lain, sungguh menjengkelkan.



Bersambung......




Hai ges, semoga kalian suka part ini. Jangan lupa ya Comment, Vote, kritik dan sarannya yang bisa membuat saya lebih baik dalam berkarya. Boleh lewat dm instragram atau comment disini ya.

📣📣📣📣📣

Jangan lupa simpan di playlist bacaan dan jangan lupa share dan rekomendasiin kepada temen-temen kalian buat baca cerita ini. Supaya lebih semangat dalam mengerjakan dan publish kedepannya.

ありがとうございます。💙

INTROVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang