「10」

639 136 25
                                    

Suasana hutan terlihat lebih menakutkan saat yuta dan xiaojun kembali masuk. Dua pria berbeda status itu terpaksa masuk dengan melawan rasa takut yang menyelimuti.

Mereka berdua akan mencari makan; sebagai bekal dalam perjalanan pulang nantinya. Sicheng berada di tepi pantai, tidak ikut. Ia ditugaskan untuk menjaga hendery, karena saat bangun tidur pria manis itu mengeluh tubuhnya sedikit sakit.

Berbicara tentang perjalanan pulang, rakit yang akan mengantar mereka baru setengah jadi. Mungkin—proses pembuatannya tidak akan memakan waktu lama, kurang lebih 5 hari rakit tersebut akan siap dikendarai. 

"Ada apa xiaojun?" Yuta bertanya dengan nada khawatir. Pasalnya, wajah xiaojun terlihat gelisah. "Kau sedang memikirkan sesuatu?"

Xiaojun menggeleng gusar. "Entahlah.. Perasaanku tidak enak yuta." Ucapnya lirih seraya menatap yuta. Xiaojun sendiri tak tau kenapa perasaannya tiba-tiba begitu. Hal ini membuatnya tidak tenang.

Yuta menyentuh bahu mungil xiaojun, lalu mengusapnya pelan. "Jika kau memikirkan hendery, dia pasti baik-baik saja. Aku yakin, kekasihmu itu kuat xiaojun. Dia pasti akan bertahan." Yuta mengukir senyum; guna menenangkan kegelisahan xiaojun.

Tersenyum, xiaojun mencoba tersenyum seraya melanjutkan perjalanan. Hendery begitu karena ulahnya, karena keegoisannya, dan karena sifat binatang yang tiba-tiba muncul. Sampai hendery sembuh pun xiaojun tak akan pernah memaafkan dirinya. Oh tuhan, apa yang akan ia katakan pada taeyeon saat kembali nanti? Jika mengatakan sejujurnya, wanita itu pasti memisahkan hendery darinya.

"Xiaojun?"

"Xiaojun!"

Suara yuta membuat xiaojun tersadar dari lamunan. "I-iya? Kenapa?"

Cengkraman kuat xiaojun rasakan pada pergelangan tangannya. Dilihatnya wajah yuta yang begitu panik. Membuat wajah xiaojun memasang raut yang sama. Sebelah tangannya yang membawa anak panah bergetar—mata rubahnya melirik ke segala arah.

Pertanda buruk. Samar-samar keduanya mendengar suara langkah kaki. Tidak, bukan hanya satu, terdengar lebih dari 2 orang yang menimbulkan langkah itu.

Dengan cepat mereka berlari menuju semak-semak; bersembunyi. Tubuh xiaojun bergetar, sementara nafas yuta terdengar tak beraturan. Sungguh, kejadian selanjutnya membuat keringat mengalir di pelipis mereka. 4 orang kanibal dengan wajah mengerikan muncul di balik pepohonan—yang sialnya, seperti berpatroli di tempat itu.

"Aku tidak mau mati." Suara xiaojun terdengar sangat pelan. Suara itu bergetar menahan tangis.

Yuta diam. Ia terus memutar otak; mencari cara untuk melarikan diri. Lalu matanya melirik kebawah, mengambil batu berukuran sedang.

"Dengar," yuta mendekatkan wajahnya ke telinga xiaojun. "Setelah mereka terpancing, aku mohon! Kau jangan membuat masalah lagi." Pintanya pada xiaojun. Yuta masih kesal saat kaki xiaojun menginjak ranting. Yang membuat kanibal itu mengejar mereka.

Xiaojun membalasnya dengan cengiran lebar, lalu mengangguk.

Setelah itu, mata yuta kembali mengarah pada 4 kanibal yang sedang berpatroli. Saat situasi dirasa tepat, tangan yuta setengah terangkat. Batu itu ia lempar, hingga mengenai sebuah pohon besar. Batu itu menimbulkan suara yang cukup keras, yang membuat 4 kanibal itu terpancing.

"Mahkluk bodoh." Ucap yuta seraya tersenyum puas. "Ayo xiaojun, kita pergi dengan langkah pelan terlebih dahulu."

Keduanya melangkah mundur dengan perlahan; meninggalkan tempat itu. Barulah saat jarak dengan kanibal itu agak jauh, yuta dan xiaojun berlari menuju tepi pantai, tanpa makanan satupun.

---

Beruntunglah, yuta dan xiaojun masih mengingat jalan pulang. Keduanya tiba di tepi pantai dengan nafas terengah. Ada rasa senang di hati keduanya karena kembali dengan selamat.

Namun perlahan rasa senang itu berubah, saat melihat wajah sicheng. Tubuh hendery seolah menjawab ekspresi sicheng. Pria manis itu menatap sendu keduanya.

Hanya yuta yang bereaksi. Ia berjalan mendekati hendery yang terbaring diatas pasir. Tenggorokan yuta tercekat, seperti ada sesuatu yang akan keluar dari mulutnya. Wajah hendery sangat pucat, tak ada hembusan nafas saat telunjuk yuta menempel di hidung pria itu.

Sementara xiaojun—merasakan kedua kakinya lemas. Matanya masih menatap tubuh kaku kekasihnya. Tubuh mungil itu merosot, seolah tak memiliki tenaga untuk menahan berat tubuhnya. Untungnya sicheng segera menahan xiaojun agar tidak menyentuh pasir.

"Aheng.." Cairan bening perlahan turun melalui pipinya.

"AHEENNGGGG!" Jerit xiaojun di pelukan sicheng. Ia menangis keras, merasa kehilangan dan juga bersalah. Jika bukan karenanya hendery pasti masih bernafas, hendery pasti masih bersamanya.

"Ini salahku.. SALAHKU!"

Xiaojun meracau. Pikirannya kacau. Orang yang dicintainya telah pergi; dan itu karena ulahnya sendiri. Anak panah yang ia bawa di arahkan pada leher, xiaojun ingin menancapkan benda itu pada lehernya.

"JANGAN BODOH!"

Sayangnya, tenaga xiaojun kalah. Dengan cepat sicheng menepis anak panah itu hingga terlempar agak jauh.

"Dengar," sicheng menghadapkan tubuh xiaojun agar menatapnya. "Ini memang ulahmu—tapi sekarang lupakan! Ikhlaskan hendery. Biarkan dia tenang, biarkan dia bebas dari penderitaan."

"Sicheng benar." Yuta ikut bergabung setelah ia menutup jasad hendery menggunakan beberapa daun kelapa. "Jangan melakukan hal bodoh xiaojun. Kita kuburkan hendery baik-baik disini, dan setelah itu.. Kita bertiga akan keluar dari pulau ini."

Ya, tak mungkin kan membawa jasad hendery ke dalam rakit. Akan ada banyak masalah jika hal itu dilakukan.

Xiaojun terdiam. Airmata masih mengalir di pipinya. Jika ia berhasil keluar dari pulau ini, apa yang akan ia katakan nanti pada taeyeon?

.

.

.

TBC

Starve ❮yuwin & henxiao❯Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang