「8」

693 139 20
                                    

Kembali lagi, yuta dan sicheng turun dari tebing. Tujuannya tentu saja untuk menyelamatkan kedua teman mereka; hendery dan xiaojun. Keduanya bisa saja egois, memilih tidak perduli dan berlari ke tepi pulau untuk menyelamatkan diri. Namun ikatan pertemanan membuat yuta maupun sicheng tak bisa melakukan itu. Terdampar bersama, harus keluar bersama juga.

Perjalanan yang akan ditempuh lebih jauh. Jika hari sebelumnya mereka hanya berada di sekitar tebing, maka hari ini—mereka akan pergi lumayan jauh. Dan tentunya, resiko berpapasan dengan kumpulan kanibal akan semakin besar, dan lagi, baik yuta maupun sicheng sama-sama tidak memiliki senjata.

"Yuta.."

"Hm?"

"Bagaimana jika kita menemukan mereka—tapi dalam keadaan sudah tak bernyawa?"

Yuta merespon pertanyaan kekasihnya dengan senyuman tipis. "Bagaimana lagi? Tentu saja kita kuburkan dengan layak." Itu benar, tak mungkin kan, jika menyimpan jasad mereka hingga membusuk?

Keduanya kembali melanjutkan perjalanan. Yuta mematahkan ranting kayu yang teksturnya cukup kuat. Jaga-jaga, jika bertemu dengan salah satu dari kanibal itu, maka ia akan memukul—atau mungkin mengarahkan ranting itu ke mulutnya. Terdengar sedikit kejam, namun itu adalah suatu bentuk pembelaan diri.

"Aahh!"

Teriakan sicheng membuat yuta menoleh. "Kenapa?! Kakimu tertusuk duri atau bagaimana?!" Suara yuta terdengar panik. Matanya menerawang serta tangannya meraba-raba tubuh kekasih manisnya.

"Tidak ada." Jawab sicheng terkekeh. "Aku berteriak karena mencium bau ketiakku. Baunya sangat asam." Lanjutnya dengan bibir yang dimajukan.

Wajah yuta berubah datar. Jika bukan kekasihnya, sudah ia layangkan pukulan pada wajah sicheng. Dasar, bikin panik saja—untung yuta sayang.

"Jangan memikirkan ketiakmu. Punyaku juga sama baunya, ayo!"

Yuta menarik lengan sicheng; mengajak kekasihnya itu untuk melanjutkan perjalanan. Perkataan itu sengaja yuta ucapkan agar sicheng tidak panik. Karena baru saja, yuta melihat bercak darah yang telah mengering. Entah itu darah siapa, yang jelas ia dan sicheng harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini.

---

Xiaojun terbangun dengan rasa panik yang luar biasa. Bagaimana tidak? Hendery yang terlelap disampingnya dalam keadaan tubuh yang sedikit dingin. Tubuh kekasihnya itu terlihat sangat lemas, sedangkan wajahnya terlihat pucat. Sepertinya robekan baju yang digunakannya untuk menutup luka di tangan hendery tidak berguna.

"Aheng.." Bisik xiaojun pelan seraya menggoyangkan tubuh kekasihnya. "Hiks, maafkan aku."  Oh tuhan, xiaojun benar-benar takut. Ini adalah salahnya—yang tidak bisa mengontrol diri, ia membiarkan sisi binatang menguasai dirinya.

Hendery hanya membalas dengan deheman pelan. Kedua matanya terpejam erat, nafasnya tak beraturan; menahan sakit yang kian menjadi. Dalam hatinya hendery berharap agar tuhan segera mencabut nyawanya. Percuma ia bertahan, dengan xiaojun yang sewaktu-waktu bisa melukainya lagi.

"Oh! Terima kasih tuhan!" Bukan main senangnya hati xiaojun. Hendery-nya masih hidup. Reflek ia memeluk tubuh lemah itu.

Pelukan itu melonggar. Sebelum turun, xiaojun menyempatkan diri untuk mengecup pipi pucat itu. "Bertahanlah aheng.. Aku akan mencari makanan dan obat-obatan untukmu."

Dibaringkannya hendery di dahan yang lebih luas, setelah itu xiaojun turun dari pohon. Entahlah, pulau ini seperti neraka, tak ada makanan ataupun tumbuhan obat-obatan yang xiaojun lihat saat pelariannya mencari tempat berlindung. Atau mungkin—karena terlalu panik, ia melewati salah satu dari tumbuh-tumbuhan itu.

Dengan busur dan anak panah yang tersisa satu, xiaojun siap berburu.

Bugh!

Suara keras itu membuat xiaojun menoleh, matanya terbelalak. "OH TUHAN!" Dengan cepat xiaojun menghampiri hendery yang telah tergeletak di tanah. Mulutnya terbuka; seperti ingin mengeluarkan erangan dari rasa sakit yang dirasakan pada tangannya.

"Kumohon aheng.. Bertahanlah.." Suara xiaojun bergetar menahan tangis. Sungguh, wajah hendery semakin pucat!

Tentu saja xiaojun tak bisa menggendong hendery dan membawa busur serta anak panah secara bersamaan. Dengan sedikit kesusahan, xiaojun menggendong hendery ala bridal. Busur yang ia bawa diletakkan di bawah pohon. Ya, xiaojun memutuskan untuk membawa anak panahnya saja.

Sungguh, pulau ini membuat xiaojun tersiksa; membawa musibah berulang-ulang pada dirinya dan hendery. Disaat seperti ini ia berharap bisa bertemu dengan yuta dan sicheng—atau mungkin harus berhenti berharap. Karena ia tidak tau, kedua temannya itu masih hidup atau tidak.

Srek! Srek!

"S-SIAPA DISANA?!" Dengan sebelah tangan yang bergetar, xiaojun mengarahkan anak panah yang dibawanya ke berbagai arah.

Astaga, cobaan apalagi ini?! Apakah suara itu ditimbulkan oleh salah satu kumpulan kanibal? Jika iya, maka xiaojun pasrah ditangkap dan dijadikan santapan. 

"Ku hitung sampai tiga! Jika kau tidak keluar maka panah ini akan!—"

"Hey! Hey! Ini kami.."

Dan seketika, tangis xiaojun pecah saat 2 orang yang ia harapkan muncul.

.

.

.

TBC

Starve ❮yuwin & henxiao❯Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang