[ Author POV ]
Terhitung sudah 10 bulan hubungan antara Jeongyeon dan Sana terjalin, dan 1 bulan lagi, acara pernikahan mereka akan segera diselenggarakan.
Kita semua tahu bahwa di Indonesia, pernikahan sejenis masih belum bebas dilaksanakan. Oleh karena itu Jeongyeon dan Sana perlu menyusun rencana matang-matang.
"Di Bali aja. Kalo di New Zealand kejauhan ga sih Ma?" kata Jeongyeon.
Kini Jeongyeon dan Sana sedang berunding untuk rencana pernikahan mereka.
Mereka tak hanya berdua. Mereka didampingi Jihyo, sahabat Sana yang bekerja sebagai Wedding Organizer, serta Seulgi dan Irene yang berpengalaman.
"setuju Bun. Anak-anak juga pada gabisa bolos sekolah lama-lama. Apalagi Ryujin yang udah kelas 3 SMA." jawab Sana.
"kalo mau di Bali, minta saran tempat sama Seulgi Irene tuh. Dulu nikahan di Bali juga kan?" kata Jihyo yang menyarankan.
Jeongyeon mengangguk semangat dan bertanya-tanya dengan Seulgi, sohibnya sejak jaman SMA dulu.
"dulu gue di Ayana Villa and Resort sih. Wedding packagenya ga sampe 50 juta. Kita waktu itu ngundang 200 orang apa ya?" jawab Seulgi sambil makan biskuit roma kelapa.
"iya Yang. Besok rencananya mau ngundang berapa kepala?" tanya Irene.
Jeongyeon dan Sana sudah membahas ini semalam. Bahkan dibantu Ryujin dan Yuna untuk membuat list tamu undangan.
"50 undangan, ya berarti sekitar 100 orang. Satu undangan buat 2 orang." jawab Jeongyeon.
"tapi nanti tetep dilebihin kok. Kita nyiapin untuk 150 orang." kata Sana yang sudah mempertimbangkan.
"yaudah fiks ya. Kalian udah fitting baju juga kan? Beli cincin segala macem," tanya Jihyo yang sibuk dengan Ipadnya, menulis hasil diskusi hari itu.
"udah donggg." jawab Jeongyeon dan Sana bebarengan.
Rapat telah usai. Tinggal menunggu waktu saja untuk menyebar undangan. Yang diundang oun bukan orang sembarangan. Hanya orang terdekat dari kedua belah pihak saja yang boleh menghadiri acara itu.
Baik Jeongyeon maupun Sana tak sabar untuk segera mengikat janji satu sama lain.
Diam-diam tak hanya mereka yang menanti-nanti hari itu. Tetapi Ryujin juga.
Ryujin tak sabar menanti hari bahagia itu. Hari dimana keluarganya akan jadi utuh kembali.
***
[ Ryujin POV ]
"Nyet, nih titipan buat Tante-Tante," H-15 pernikahan, gue diutus Bunda sama Mama untuk jadi tukang nyebar undangan.
Disinilah gue, tempat nongkrong anak-anak kalo kelar sekolah.
"ANJAAAAAAY LIBURAN KE BALIIII!!!" Yeji sama Hyunjin tos absurd.
"besok tiket pesawat sama hotel udah disediain Bunda gue." lanjut gue.
Yeji ngedeket ke gue. Dia peluk gue.
"selamat ya Ryujin, sob gue," Ryujin ngelus pundak gue. Gue bales peluk dia.
"belom hari-h udah ngasih selamat aja lo." canda gue. Hyunjin juga ikutan pelukan.
"gue duluan ya. Masih banyak nih undangannya. Kasian juga Yuna kelamaan nunggu di Mobil." gue nengok Yuna yang di dalem mobil. Malu katanya.
Yeji Hyunjin ngangguk.
"oke tiati bos!!" gue pamit dan masuk mobil.
Oh iya. BTW ini mobil Bunda. Gue belum punya mobil sendiri. Tapi udah bisa nyetir. Bunda sama Mama sih udah janji bakal beliin gue mobil abis acara nikahan mereka.