8. Upss! Ada Yang Ngintip!🍂

225 15 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim


🍂🍂🍂🍂🍂

"Hah beneran, Pa?"

Frans mengangguk mantab, jujur hatinya agak berat jika harus merelakan Airys sekolah di sekolah umum. Tapi apalah dayanya, apapun akan pria itu lakukan untuk kebahagiaan putri kesayangannya.

"Wah, Kak Airys bakal sekolah di mana nih, Pa? Besok kalo Aira udah SMA, Aira juga sekolah di tempat yang sama ya?" ujar Aira dengan penuh gembira.

"Belajar dulu yang bener!" seru Airys dengan nada mengejek.

"Yee ...." Aira memutar bola matanya kesal. Setelahnya ia dibuat tergelak oleh tingkah Airys yang dengan konyolnya meminum susu dalam botol sebelum membuka tutup botolnya. Seketika Frans dan Lyra ikut tergelak.

Dalam kehangatan makan malam bersama keluarganya, sekilas teringat sosok pria dalam foto yang ia temukan tadi siang. Rasanya aneh, karena sebelumnya Airys belum pernah melihat pria itu di manapun. Entah itu di acara keluarga ataupun di pertemuan  kolega-kolega Papanya. Jikalaupun itu adalah salah satu dari kolega papanya, apa untungnya menyimpan foto itu. Dan kenapa ada di tumpukan baju-baju mamanya?

"Airys?" Panggilan sang Mama seketika membuyarkan lamunan Airys, gadis itu terjengit kaget.

"Kenapa, Sayang?" lanjut Lyra lembut.

"Ha? Eh, enggak apa-apa kok, Ma. Lagi mikirin sesuatu aja, hehe," balas Airys gelagapan.

Gadis itu berusaha menormalkan keadaan dirinya yang sempat gugup menanggapi pertanyaan mamanya.

••🍂••

Di tempat Rayhan dan Ganesha berada. Mereka berdua disuguhi nasi padang dengan lauk lengkap yang dibawa oleh Radan. Ganesha makan dengan begitu lahap, membuat Ray mengulas senyumnya.

"Nesh, lo suka, apa laper sih? Lahap bener, " ucap Rayhan  tertawa cekikikan.

"Dua-duanya aja dah," jawab Ganesha yang dengan lahap memasukkan suap demi suap nasi ke dalam mulutnya.

Setelah candaan ringan terjadi di antara Rayhan dan Ganesha, keadaan kembali hening. Hanya suara denting sendok yang bergesekan dengan piring. Sampai akhirnya Rayhan membuka suara ....

"Gue nggak yakin, ujian kenaikan besok, gua dapet nilai sempurna," ujar Rayhan. Pandangannya kosong menghadap ke bawah.

Radan yang sedari tadi hanya mengulum senyum dengan tingkah konyol dua cecunguk di depannya, sambil memainkan ponsel, seketika melempar pandangan ke arah adiknya.

"Kenapa?" tanya Radan pada Rayhan.

"Gue udah nggak punya alasan lagi buat dapetin nilai terbaik." Rayhan semakin menundukkan kepalanya.

Ganesha yang asik melahap nasi padang pun menghentikan aktivitasnya. Ia memandang serius sahabat di sampingnya itu. "Han, kita alasan lu,"  ujarnya.

"Tanpa lo, mana mungkin kita bisa ngerti soal-soal gak ada akhlak begini. Lo sukses, juga buat masa depan lo. Buat orang yang bakal ada di masa depan lo. Gua tahu kok, alasan yang lo maksud. Banyak alasan lo, buat selalu dapetin nilai terbaik" Ganesha menepuk pundak Rayhan menguatkan.

Radan yang mendengarkan itu semerta merta menyunggingkan senyumnya. Ia tak salah menjatuhkan Rayhan ke dalam lingkup persahabatannya sekarang. Radan menaruh ponselnya ke dalam saku, dan berjalan mendekati Rayhan.

"Bener kata Ganesha, Ray. Kita berdua juga sama-sama tahu 'kan, Mama emang udah nggak peduli sama kamu, tapi itu bukan berarti kamu nggak punya alasan lain untuk maju, Ray. Kamu terlahir untuk jadi orang sukses. Jangan pernah pesimis, ataupun berpikir untuk berhenti berjalan," nasihat Radan pada adiknya. Ia tersenyum tulus tanda kasih sayangnya pada Rayhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RayhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang