DEVINA

707 38 17
                                    

Devina hanya merenung di parkiran memikirkan waktu kemarin ia menerima permintaan manusia es jadi pacarnya, itu tidak ada di buku menurutnya gagal jadi jomblo abadi untuk hal seperti ini.

"Oh my good, apa yang lo lakuin Vina!." Devina merutuki dirinya sendiri sambil mengetuk jidatnya pake tangannya.

"Lo kenapa Dek? Kurang obat ya?." ucap Devano mengajak adeknya yang sedari tadi menjadi pribadi yang kusut seperti orang gila.

"Lo tau semua orang menatap gue, gara-gara kejadian kemarin? Seperti orang yang seakan nerkam gue." racau Devina tak henti-hentinya.

"Udah kali Dek, nggak usah di liatain." ujarnya menenangkan adiknya.

"Cih dasar cewek kegatelan udah jadi pacar Dika malah deket-deket sama Devano."

"Iya padahal nggak cantik-cantik amat deh."

Cibiran para siswi yang sedang berada di parkiran mobil sekolah, sambil mendelik sebal kearah Devina. Pasalnya semua di sekolah tidak tau perihal Devano adalah Kakak kembarnya Devina, karena mereka beda kelas jadi semua orang mengira mereka tidak ada hubungan keluarga.

"Tuhkan Bang, udah adem-adem gue di sekolah. Sekarang malah jadi bahan gosip, tadinya gue nggak mau bareng lo tapi sayang ongkos gue." ucap Devina sambil menghentak-hentakan kaki di aspal.

"Udah jangan di dengerin Dek, yey dasar medit bilang aja nggak mau negeluarin uang dasar."

"Ih bukanya nolongin kek kasih solusi kek apa kek? Abang laknat!."

"Bodo nggak denger! Dasar adek durhaka!." ujar Devano berlalu pergi dari Devina yang sedang menahan kesal.

Devina pun berlalu menuju kelas dengan kesal, sedari tadi ia berjalan selalu aja ada gosip yang nggak jelas di omongin?.

"Rasanya ingin gue balas tapi malas ribut? Ujung-ujungnya masuk ruang BK ih nyebelin salahnya gue kenapa gue harus terima dia, ah dasar bodoh lo Vin?." dumelnya di dalam hati sambil mengetuk-ngetuk jidatnya.

Pas masuk kelas, sama aja selalu di tatap yang bikin ribut kecuali teman-temannya yang tersenyum.

"Sabar ya Vina, pati lo bisa semangat." Batinnya menyemangati

☆☆☆

"Sekarang kalian boleh buka buku LKSnya dari halaman 160 sampai 162 kerjakan soal-soalnya dan jangan ribut." ucap Ibu Guru Lia.

"Iya Bu." ucap serempak murid X IPA 2.

Tidak semua murid mengerjakan tugas dari sang Guru, pasti aja ada keributan yang dibuat oleh mereka.

"Ibu mau ke ruang guru dulu Bentar, kalian jangan ribut kerjakan tugasnya ya sampai jam istirahat. Paham?" ujara Bu  Ratna selaku guru yang mengajar PAI (pendidikan agama Islam).

"Paham Bu..." serempak Murid X IPA 2.

Bu Ratna pun pergi meninggalkan ryang kelas, setelah tidak kelihatan baru lah sang siswa berulah.

"Eh anjirrrr kerjain bereng dong, gue nggak ngerti soal beginian." ucap Meisya kepada teman-temannya.

"Lah lo islam bukan? Wah ketauan lo anak gojin ya." sambar Pitri dengan cengiran.

"Islam menurut KTP siswa hehe___ Lah bukan dong mit amit deh." ujar Meisya dengan bergeridik ngeri.

"Shuttt____ jangan berisik napa." ucap Devina dengan masih fokus mengerjakan tugasnya di buku yang hampir selesai beberapa nomber lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Benci Menjadi Cinta.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang