Senyum Raven adalah pertanda baik. Bibir tipis dan kemerahan itu melengkung naik. Hal itu yang Alifa suka walaupun jantungnya serasa berdentam setiap kali melihat suaminya yang super ceking itu berseri-seri. Padahal, mereka sudah hidup serumah lebih dari dua tahun.
Perempuan berkacamata bulat jumbo itu bergerak mendekat, menggamit lengan Raven. "Sudah siap, Mas?" tanya Alifa, menatap suaminya.
Raven mengangguk. "Senyummu manis," pujinya. "Oh iya, kamu harus tunjukkan itu pada semua rekanku, supaya mereka tau kalau kamu itu memang bahagia bersamaku," lanjutnya, sambil merangkul bahu Alifa.
Kaki Alifa goyah oleh haru, kebahagiaannya bertambah. Tubuhnya yang semula terasa dingin tersapu oleh kehangatan dari tubuh Raven. Semua pasti akan lancar seperti yang sudah mereka bayangkan.
"Yuk langsung berangkat! Lebih baik datang lebih awal daripada membuat orang lain menunggu." Raven memimpin langkah dengan tetap bergandengan. Keduanya menuju mobil BMW berwarna hitam yang terparkir di halaman.
Alifa mengangguk paham, rasa tersekat seolah-olah menyerap kemampuan bicaranya. Dia hanya menurut ketika Raven buru-buru mengajak keluar. Meskipun, sebenarnya dia ingin mengabadikan momen itu dengan berswafoto sebelum berangkat. Sudahlah. Dia tidak ingin memikirkannya lagi. Terutama karena suaminya itu memang seorang perfeksionis. Karena itu pula Alifa sudah siap sejak setengah jam lalu untuk menghindari keterlambatan yang mungkin saja terjadi.
Beberapa menit kemudian, mereka meninggalkan rumahnya di Kompleks Arabika dan menuju tempat pertemuan, Barriecito Coffee Shop, yang terletak tidak jauh dari rumah. Meskipun begitu, Raven tetap kukuh untuk mengendarai mobil dibandingkan motor, dengan alasan yang masih sama: tidak ingin istrinya terkena angin malam. Sangat tidak masalah selama semua itu adalah untuk kebaikan. Alifa juga menyukainya, walaupun terkadang merasa itu berlebihan.
Setelah sampai di Barriecito Coffee Shop, Raven segera menggamit lengan istrinya. Mereka berjalan pelan dengan sesekali membalas senyuman dari orang-orang di sekitar yang menyapa. Dan gara-gara itu, sekarang wajah Alifa jadi menghangat dan bersemu merah. Dia begitu gugup. "Mas, ini nggak apa-apa? Banyak yang melihat ke arah kita," tanyanya.
Raven spontan menjawil dagu Alifa. "Kamu itu istriku, kenapa pakai tanya begitu segala, sih?" Raven balik bertanya. "Biarkan mereka melihat, orang cantik memang cocok jadi pusat perhatian," pujinya. Rasa bangga kini menggumpal dalam benaknya.
Menjadi tokoh publik itu memang selalu menjadi pusat perhatian. Semua orang tahu itu, termasuk Alifa. Untuk itu dia berusaha tetap rileks agar tidak mempermalukan suaminya yang sedang naik daun. Meskipun, sekarang jantungnya terasa berdegup lebih kencang. Dia masih sulit percaya jika Raven bisa bersikap sangat manis.
Barriecito Coffee Shop tidak terlalu luas, tapi cukup untuk menampung banyak orang yang ingin bersantai menikmati kafein. Bagian luar ruangan terdapat tangga yang biasa digunakan orang-orang jika sekadar ingin duduk tanpa meja dan menikmati pemandangan kota di malam hari. Ruangan dengan pernak-pernik dari kayu itu juga memberi kesan natural, membuat siapa pun merasa betah. Dan Raven mengajak Alifa duduk di bagian tengah ruangan. Dengan begitu, teman-temannya nanti akan lebih mudah menemukannya.
"Jangan gugup, Sayang! Kamu tidak perlu tertekan, rileks!" Raven menyentuh punggung tangan Alifa, menyalurkan rasa percaya diri melalui usapannya. Senyum pada bibir Raven semakin mengembang, terlebih ketika wajah teman-temannya telah terlihat.
"Halo, Iren, Aldi," sambutnya ramah saat mereka tiba. "Silakan duduk dulu! Mungkin Pak Danu dan Paul kena macet," jelasnya.
"Halo, Mas Raven dan Mbak ... siapa namanya? Aku lupa," tanya Iren-teman seprofesi Raven, dengan canggung.
![](https://img.wattpad.com/cover/237657803-288-k373419.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Hati yang Terluka (TERBIT Di Redaksi HYDRA)
RomanceAlifa sangat membenci seorang pengkhianat. Ingatan tentang peristiwa menyakitkan pada masa kecilnya seolah tak pernah mati. Karena itulah Alifa tidak ingin pernikahannya ternodai dengan hal yang sama. Dia selalu berusaha untuk menjadi seorang istri...