Baswara Cake

134 40 191
                                    

Rashka bangun pada pukul lima pagi dengan satu tujuan utama: membuka toko kue mungilnya, Baswara Cake, lalu membuat rainbow cake untuk Alifa. Agenda ini sangat menyenangkan baginya, dia bisa bertemu kembali dengan Alifa setelah seminggu lamanya hanya bertukar kabar lewat ponsel. Bukan karena keduanya sama-sama sibuk, tapi Alifa sedang tidak mood untuk keluar rumah. Rashka juga tahu, perempuan tembam itu cukup lelah mengurus rumah. Belum lagi jika dia harus kejar tayang membuat artikel.

Karena itulah, lima belas menit kemudian, Rashka meninggalkan rumahnya di Kompleks Costa Rica dengan motor matic kuning kesayangannya-umurnya sudah enam tahun, menuju toko kuenya yang terletak di Gang Cougatte, tiga kilometer dari Costa Rica.

Setibanya di Baswara Cake, Rashka langsung menyetel lagu Me Too dari Meghan Trainor pada ponselnya. Kemudian, dia menyambungkan kabel yang terpasang di speaker ke lubang kecil pada ponselnya. Lagu yang energik itu langsung memenuhi pantry Baswara Cake. Sembari menggeleng-geleng dan mengetuk-ngetukkan kakinya di lantai, Rashka mengambil beberapa bahan pokok pembuatan rainbow cake dari lemari: enam jenis pewarna, minyak goreng, santan instan, susu bubuk, tepung terigu, maizena, dan beberapa bahan lainnya. Kemudian, dia segera mengadoninya hingga olahan siap dikukus.

"Seharusnya aku yang membuat rainbow cake itu, Mas," ucap seseorang dari belakang Rashka.

"Kamu sudah datang?" Lelaki jangkung itu menoleh mendengar suara Chiara, karyawannya. "Biar aku saja, ini untuk sahabat terbaikku," sambungnya.

"Untuk Mbak Alifa?" tanya Chiara ragu. Perempuan dua puluh tiga tahun itu merapikan pakaiannya sebelum menata ulang beragam kue ke dalam cake showcase. Chiara akan mengaturnya hingga terkesan eye chatching saat dipandang.

"Selamat, tebakanmu benar!" Rashka terkekeh. "Dia bilang pengin rainbow cake. Memang sudah lama sih, aku nggak mengirimkan kue ini ke rumahnya."

"Memang biasanya Mas Rashka yang kirim?"

"Kalau dia nggak sempat main ke sini, ya aku harus kirim ke rumahnya. Dia itu sugar adict. Tapi seminggu ini dia lagi berusaha mati-matian buat nggak makan manis."

"Segitu sukanya, ya, Mbak Alifa sama rainbow cake?"

"Lebih tepatnya, dia hanya suka rainbow cake buatanku," koreksi Rashka. "Tapi kalau untuk kue manis lainnya, dia suka pesan sembarang, kok. Nggak harus dari aku."

"Oh, begitu. Sepertinya Mas Rashka paham banget sama Mbak Alifa."

"Iya dong. Kita kan, sudah berteman sejak SMK," jelas Rashka sembari memoleskan butter cream berwarna biru muda pada rainbow cake yang sudah matang.

"Oh begitu ternyata. Ya sudah, Chia mau urus cake showcase dulu!" pamitnya.

Perasaan Chiara seperti tercabik-cabik. Dia mengerti konsekuensi dari rasa penasarannya adalah sakit hati. Namun, dia tidak bisa menolak keinginannya untuk menggali informasi tentang Alifa.

Sekali lagi Chiara menatap case showcase yang sudah dipenuhi dengan black forest, puding, kue basah dan tart. "Sudah cukup menarik." Kemudian, perempuan langsing itu segera mengambil posisi duduk di bagian kasir.

Baswara Cake milik Rashka memang belum terlalu besar. Sehingga dia tidak mempekerjakan banyak karyawan dan memilih untuk membuat berbagai jenis kue sendirian, atau sesekali bersama Chiara. Karena itulah dia selalu datang lebih pagi untuk mempersiapkan segala keperluan toko kuenya.

"Permisi!" sapa seorang perempuan berponi miring yang baru saja membuka pintu. "Rashka-nya ada?"

Secara spontan Chiara mengangguk. Kemudian, jari telunjuknya refleks menunjuk ke arah pantry.

Ada Hati yang Terluka (TERBIT Di Redaksi HYDRA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang