T.15

1.7K 107 28
                                    

Jisung melangkah menuju pintu keluar rumah yang menjadi saksi 

"MAMA" Jiho berlari mengejar ibunya dengan air mata yang turun dengan derasnya, membuat mata bulat turunan Jisung sembab

Jisung menghentikan langkahnya, berbalik untuk melihat Jiho. Jiho menuruni  tangga dengan tangis yang semakin deras

Grep

Jiho memeluk erat kaki ibunya, membuat jisung mengusp surai hitam legam itu. surai halus turunan minho di usap dengan penuh sayang.

"mama jangan pergi hiks" isakan Jiho membuat Jisung  duduk dilantai karena perutnya jika dibuat membungkuk menjadi susah

"Mama bukan ibu yang baik buat jiho, mama bukan ibu yang ada saat jiho susah, mama bukan istri yang baik buat papa, mama bukan ibu dan istri yang bisa membahagiakan kalian. Jika jiho benci mama, mama iklas mama berhak dibenci oleh jiho. Mama sangat berhak dan pantas dibenci, mama tidak pantas hidup, hidup mama hanya untuk Jiho dan papa. Jika salah satu atau bahkan kalian berdua tidak menerima mama maka mama harus pergi untuk selamanya. maafin mama ya hiks. Sampaikan salam terakhir mama, mama sayang kalian" Jisung mencium wajah anaknya dan memandangnya begitu lama, dia ingin mengingat Wajah Anaknya 

BRAK

 Pintu depan di buka kasar, ada teman-temannya serta suaminya yang menatap Jisung tajam

"Seungmin bawa  jiho, Yeonjun dan Hyunjin bawa jisung masuk kekamar dan kunci bersama minho!" perintah mutlak Chan membuat kedua orang bertubuh bongsor itu menurutinya

Mereka gendong tubuh Jisung menuju kamar Yang berisi Miho didalamnya. 

Ceklek

dibukanya pintu oleh yeonjun mereka lihat Minho yang menatap mereka tajam, hyunjin menurunkan jisung setelah itu dia dan eonjun keluar

Blam

klek

klek

Jisung menggedor pintunya, dia sungguh takut dengan tatapan Minho. 

"kenapa mereka membawamu kesini?" suara minho terkesan dingin dan menusuk ulu hati Jisung

"m-maaf" lirih jisung

Minho enggan menjawab dan sibuk memainkan ponselnya yang lebih terlihat menarik dari jisung. Lelaki Manis dengan pipi gembil itu meremat jaket tebal yang dikenakan, pandangan lelaki itu terlihat gelisah tepat saat matanya melihat pintu balkon yang  terbuka pandangan itu menjadi semaki gelisah

" apa aku harus loncat? jika aku dan adek mati bagaimana?" batin jisung menatap balkon dan minho bergantian

Ah persetan dengan mati, Jisung sudah siap mati. Toh minho pasti minho membiarkannya pergi untuk selamanya

gerak-ferik jisung dilihat oleh Minho, setiap langkah dan tatapan, Minho melempar ponselnya dan berjalan menuju jisung yang mulai berjalan menuju balkon

srek

BRAK

Tangan kiri minho menarik tangan jisung sedangkan tangan kanan menutup kasar pintu balkon kamar itu. 

"lepas" jisung mencoba melepaskan cengkraman kuat minho ditangan kanannya

"Apa yang kamu fikirkan hah?! kenapa kau berjalan menuju balkon?!" emosi minho meledak

"KARENA AKU INGIN MATI! TOH AKU HIDUP JUGA KAKAK NGGAK MAU LAGI SAMA AKU! AKU DILAHIRKAN UNTUK MENJADI ISTRI KAKAK DAN IBU DARI ANAK-ANAK KAKAK. TERUS JIKA KAKAK TIDAK MENGHARAPKANKU UNTUK ADA DISINI ITU SAMA SAJA AKAN MEMBUAT AKU MATI SECARA PERLAHAN!" teriakan frustasi Jisung membuat Minho kaget

TAKDIR (MINSUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang