Story by: saskiafadillaaa
Happy Reading ♥
***
"Ada jarak yang terbentang, tak kasat mata. Akan sulit untuk mengikisnya, jika hati, ucapan dan tindakan sedang tidak berada di jalan yang sama."
Shagita meniup anak rambutnya yang jatuh ke wajah dengan keras-keras.
Dia beneran nggak mau minta maaf?
Tadi pagi Shagita hampir datang kesiangan karena terlalu lama menunggu bus. Saat dia tiba, upacara bendera sudah akan dimulai. Dia berdiri paling belakang, tepat di samping Angga karena cowok itu tidak pernah mau berdiri paling depan mengingat dia sangat tinggi dan keberadaannya selalu membuat barisan cewek kelas lain berisik.
Saat upacara berlangsung, Shagita mendongak sambil melindungi kepalanya dari terik matahari--karena lupa membawa topi--dia melihat cowok itu berdiri dengan pandangan lurus. Tidak terusik dengan dirinya yang beberapa kali berdehem. Kesal rasanya. Jika tidak tahan, Shagita ingin mencakar cakar wajah Angga.
Tidak sampai disitu. Karena Shagita melanggar peraturan, dia harus kembali ke kelas setelah menyapu halaman belakang. Dia tiba ke kelas dengan keadaan kacau yang tidak akan pernah mau dia bayangkan. Rambutnya acak-acakan, badannya keringatan. Angga peduli? Tidak sama sekali. Dia selalu tampak nyaman dengan posisi tidurnya di kursinya yang berada di pojok kelas.
Namun, tidak apa-apa. Sekali lagi, Shagita tidak akan membutuhkan Angga. Dia mandiri, dia tidak bergantung padanya.
Bahkan saat jam istirahat, Angga keluar kelas tanpa mengajaknya. Biasanya mereka berdua akan menghabiskan waktu istirahat di atas rooftop atau kantin, tapi lebih sering di rooftop. Mereka sama-sama tidak terlalu suka keramaian. Di rooftop mereka biasa berbagi bekal dan bercerita--Angga yang mendengarkan, tentu saja. Dan sekarang?
Shagita mendengkus. Dia tidak sempat membuat bekal. Ke kantin sendiri sama dengan bunuh diri. Dia tahu betul cewek-cewek di sekolahnya selalu membicarakannya karena 'selalu dengan Angga'. Sudah Shagita bilang, ini semua gara-gara Angga!
Membiarkan perutnya kosong, dia mengambil novel "HOPE" dari dalam tasnya. Sekarang dia di kelas seorang diri. Seperti apa yang dia baca tadi malam.
"Jadi, lo yang buat gue sama Angga gini?"
Di dalam novel dijelaskan bahwa Shagita dan Angga memang menjauh. Namun bukan karena masalah ini melainkan …
Shagita menegakkan tubuhnya, matanya melotot tidak percaya dan seketika dia tersedak udara.
"Masa Angga cemburu gue … sama Samudera?"
Memikirkan itu saja cukup membuatnya merinding. Itu tidak mungkin, kan? Namun di novel dikatakan demikian dan Shagita tentu sangat mempercayai novel itu lebih dari apapun. Novel itu membuat harapannya terwujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE [Terbit]
Teen FictionSUDAH TERBIT! SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS!! PEMESANAN BISA DILAKUKAN VIA SHOPEE ATAU DM KE INSTAGRAM @saskiafnrr . . . Siapa, sih, yang tidak mau masa SMA-nya diwarnai dengan kisah cinta ala-ala novel remaja? Shagita Kayla, 17 tahun. Seorang jomblo...