Beberapa bulan setelah kejadian di Macy's itu, hubungan gue dan Ryan semakin serius dan jarang sekali ada pertengkaran diantara kita. Gue mulai merasa tenang dan percaya kepada Ryan. Walau Ryan tetap tidak mengubah kebiasaannya setiap akhir minggu untuk ke Macy's..
"Ahhhh!!" teriak gue dari dapur, "babeeeee! Kamu kenapa? Ya Tuhan tangan kamu berdarah, tunggu disini" jawab Ryan yang kemudian berlari cepat mengambil kotak P3K, "kamu hati hati dong sayang kan jadi keiris tuh jati nya aduh" ucap Ryan lalu dengan lembut ia menghisap darah dari jari gue, tatapan matanya teduh, iya..Ryan terlihat khawatir. "aku gapapa kok sayang, cuma kaget aja tadi keiris gitu, udah ini gasakit kok" balas gue, namun Ryan tetap mencoba untuk menghisap sisa darah yang keluar tanpa henti, "Ry udah, kamu vampire yah? Kok serem sih suka darah aku" ujar gue berusaha mencairkan rasa khawatirnya, "galucu bego, aku khawatir takut kamu kenapa kenapa" , "tapi buktinya aku gapapa kan?" , "ck ahhh yaudah iya sini aku mau pakein hansaplast", ia pun mencium kening gue lembut setelah semua nya beres.
"Babe, kamu beneran gapapa?", "i'm okay, you can stop asking now" jawab gue dingin, ya gue tau dia khawatir, but it's been 5 hours after that incident. Anyway hari ini adalah hari sabtu, iya jadwal terbang Ryan dan temen temennya, gue agak kesal dan garela untuk mengizinkan Ryan pergi dengan para pemabuk itu. Adam, Ian, Hendry, Syander, Alvino, Nandez, yaa mereka adalah temen temennya Ryan.
*bheep bheep* "Ry, honey, handphone kamu bunyi tuh" ucap gue seraya menarik selimut, ini jam 5 sore dan waktu gue sama Ryan untuk cuddle bareng. "Hmm, brother hood ngeline nih" ujarnya pelan, brother hood adalah nama gengnya yang disingkat Bros, a little but childish but well what can i say?
"Yeah, Macy's lagi?", "no baby, hari ini mereka ngajak ke Hookah, mau shisha doang kok", "really? Ga ke Macy's? Jam berapa kamu pergi?", "jam 9 perginya", "bisa ga sih kamu dan geng kamu itu pergi jam 7 atau 8? Seriously, aku capek kamu pulang subuh mabuk dan ngomel ngomel gajelas, kalo mau pergi jam 9 gausah pulang ke rumah, aku kunciin" gue pun marah, "jangan marah sayang nanti jam 12 aku udah dirumah dengan keadaan sober, okay?", "yeah whatever" lalu gue pun tidur dalam pelukkan Ryan.
"Hey babe, aku pergi yaa, udah kamu tidur aja sayang, aku sampe rumah jam 12 aku janji" lalu Ryan mencium kening gue dan pergi. Gue gabales dia karna gue udah muak sama kebiasaannya ini, tapi gue hari ini hati gue memaksa gue untuk bangun dan pergi ke Hookah.
Hookah cukup jauh dari rumah gue, jadi mau gamau gue harus bawa mobil kesana. Dengan mata ngantuk gue memaksakan diri untuk turun dari mobil dan beranjak masuk ke Hookah.
Gue ngeliat Ryan dengan Bros, gue memutuskan untuk diam diam duduk tepat di belakang table mereka. Untungnya gaada yang sadar. Gue memesan minuman supaya gue bisa duduk agak lama disana, tanpa sengaja gue mendengar ucapan Syander. "Cewek lo tuh ribet Ry, udah sih putusin aja, lo jadi susah hang out bareng Bros gara gara Kenzie", "iya bener kata Syander, nih Ry gue kasih tau, sekarang lo ga asik, jarang hang out, jarang make cewek bareng kita yahhhh ga seru hidup lo" ucap Hendry, "tapi dia nerima gue apa adanya, dan tetep setia sama gue disaat gue main sama cewek lain dibelakang, kapan lagi ada cewek kayak Kenzie?" Balas Ryan, "ya tapi prinsip kita itu kan bebas, buat apa punya cewek? Mau sex? Tarik aja cewek mabok di club, sewa aja bareng bareng, apa yang lo pusingin sih?" Alvino pun mengeluarkan suaranya, "ikutin kata hati lo Ry, emang cewek lo ribet tapi pikirin baik baik" ucap Ian berusaha menenangkan keadaan. "Gue sayang sama dia, udah lo semua gausah banyak komentar" tegas Ryan.
Hati gue tenang mendengar ucapan Ryan, namun gue masih kesal, rasanya gue mau tampar mereka semua yang dengan seenaknya ngomongin gue kayak gitu. Mereka aja cuma ada buat Ryan disaat seneng, dimana mereka saat Ryan jatuh? Dasar brengsek.
"Heyyy maaf lama nunggu" teriak suara perempuan dari belakang, gue menoleh sedikit dan melihat ada banyak perempuan berpakaian vulgar dan langsung menghampiri mereka satu persatu. Teganya Ryan melakukan kesalahan yang sama. Gue pun mengirim pesan kepada Ryan, 'Ryan aku di Hookah. Aku liat kamu. Pulang sekarang, aku tunggu. Ada yang mau aku omongin. Penting.'
Gue pun bergegas pulang dan 1 jam setelah gue sampai dirumah kemudian Ryan pun sampai. Dia langsung memeluk gue dan berusaha menahan amarah gue. "Ryan lo bisa liat ga gue lagi packing barang? Please jangan ganggu." Ucap gue dingin, "babe, aku gabisa ngomong apa apa lagi. Ini semua bukan aku yang mau, mereka semua sewa cewek cewek itu, kenzie kamu percaya sama aku kan?", "aku pun gabisa ngomong apa apa lagi Ry, aku udah buang jauh jauh kepercayaan aku ke kamu. Aku udah, muak. Ry kita sampai disini aja, kamu boleh tinggal dirumah ku ini, aku akan tinggal di apartment, jangan hubungin aku, jangan berusaha cari aku.", "kenzie aku mohon, aku gabisa hidup tanpa kamu" Ryan menangis dan memegangi kaki gue, "lepasin Ry", "aku gaakan pernah lepasin kamu Kenzie!", "dengerin aku, aku masih kasih kamu kesempatan. Aku kayak gini bukan karna aku gasayang tapi aku gamau hidup sama pembohong dan pengkhianat kayak kamu. Kamu bisa balik sama aku, tapi setelah kamu berhenti bergaul dengan Bros, setelah kamu berhenti ke club, setelah kamu sukses dan yang terpenting, setelah kamu bisa tegasin perasaan kamu. Aku sayang kamu Ry, maafin aku"
Setelah gue pergi, gue pun berusaha untuk ngelupain semuanya, ngelupain kenangan manis kita, ngelupain tiap detik yang gue habiskan bareng dia. Ini adalah keputusan terberat yang gue ambil, one step ahead..gue harus bisa lebih serius ke karir gue nantinya. Mungkin ini adalah sebuah pelajaran buat gue, mungkin ini adalah yang terbaik..
Masih ada final partnta nihhh tetep stay tune sama story nya yaa!! Maaf banget kalo jelek, maklum masih baru hehe, leave comment ya, sangat berterima kasih atas aspirasi kalian yes. Happy reading, xoxo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodoh
RomanceAku sudah sangat terbiasa dengan sikap kasar, mulut manis, dan rayuan gombal milik Ryan. Tapi berapa lama lagi aku harus bersabar menahan sakit ini?