Kegiatan belajar mengajar telah berakhir. Area parkir penuh sesak oleh ratusan siswa yang menghambur keluar kelas secepat kilat. Berbagai hal telah menanti mereka— mengisi perut yang mengadu keroncongan, mengerjakan tugas kelompok, apalagi nongkrong membuat mereka tak sabar untuk tancap gas keluar gerbang sekolah. Ada juga beberapa siswa yang sengaja masih berdiri di depan kelas. Entah menunggu komplotan, pengunci ruangan, hingga doi yang dinantikan. Hal yang sudah lazim terjadi di masa SMA. Tak terkecuali Violenka, yang telah sepakat menjalankan rencananya dengan Anneth sepulang sekolah.
Dari kejauhan, nampak Virzha Ericko berjalan kalem menuju kelas Violenka. Anneth sengaja tak menemani Violenka hari ini karena ia tak mau menjadi nyamuk mengenaskan.
"Ada tugas apa nih, Bu Osis?" sapa Virzha dengan senyum geli.
"Ihh dasar, masih aja pakai panggilan itu haha." Violenka tertawa kecil meninju lengan Virzha pelan. "Vir, gue lupa bawa paku buat praktikum. Padahal pengumpulan 10 menit lagi ..."
"Pak Harto pasti punya banyak stok paku di gudang penyimpanan," tanggap Virzha cepat seperti biasa.
"Nah itu masalahnya, gue pasti ga bakalan boleh minta paku itu buat kepentingan sendiri. Lo tahulah gimana Pak Harto," sindir Violenka kepada penjaga gudang sekolahnya itu.
Virzha yang peka akan keadaan langsung menarik tangan Violenka untuk ikut dengannya. Violenka menurut begitu saja. Karena ia yakin Virzha pasti sudah menemukan solusi yang tepat tanpa diminta. Menyadari waktu juga tinggal beberapa menit lagi, mereka tak punya alasan untuk membuang waktu.
Virzha berhenti di sebuah bangku panjang dekat gudang, memberi kode kepada Violenka untuk duduk menunggunya di situ saja. Virzha bergegas menemui Pak Harto. Tentu saja ia memiliki alasan yang sudah dibuat dengan matang. Berbekal sopan santun, menunjang orang lain untuk mempercayainya.
"Selamat siang Mas Har," sapa Virzha kepada bapak berusia 50-an itu yang memang lebih suka dipanggil 'Mas'.
"Hey, siang juga Mas Bro! Tumben kesini? Ada keperluan apa toh?" sambut Pak Harto senang melihat Virzha mengunjunginya.
"Hehe iya nih Mas Har, soalnya bu guru minta saya buat mengambil paku di gudang penyimpanan," jelas Virzha panjang lebar.
Agak tersirat rasa was-was jika penjaga gudang itu mencium kebohongannya. Penjaga itu dikenal interogatif dan tak mudah percaya begitu saja. Banyak siswa yang sering dibuat kewalahan jika harus mengambil barang di gudang. Harus disertai tanda tangan gurulah—inilah itulah. Hal itu dilakukan Pak Harto untuk mengantisipasi barang akan disalahgunakan oleh siswa yang nakal. Namun nampaknya berbeda jika Virzha yang meminta kali ini. Penjaga gudang itu bahkan memberi paku dengan sikap ramah tanpa ada prasangka buruk sedikitpun.
"Oalah ... ini pakunya, Mas Bro. Kalau butuh apa-apa lagi, jangan segan buat datang kesini ya." Pak Harto menyerahkan sekantong plastik kecil berisi paku.
"Siap Mas Har. Terima kasih banyak ya," balas Virzha sopan.
Sebenarnya sempat terbersit rasa bersalah saat Virzha berbohong tadi. Sudah menjadi rahasia umum kalau Virzha memang dekat dengan penjaga gudang itu. Telah nampak beberapa kali mereka membereskan gudang, makan, sampai mengobrol akrab bersama. Semua itu dilakukan Virzha semata-mata karena kasihan melihat umur Pak Harto yang sudah renta tapi masih harus bekerja. Sedangkan di rumah, ia hanya tinggal seorang diri, istrinya meninggal dan sepertinya tak memiliki seorang anak pun. Virzha seringkali memergoki Pak Harto menangis memegang figura perempuan di tangannya. Rasa simpatik mendorong Virzha untuk menemani Pak Harto. Sesekali ia datang bersama dua orang temannya, Dirgo dan Lio.
Virzha berjabat tangan dan memeluk penjaga gudang itu sebelum akhirnya ia keluar ruangan untuk menghampiri Violenka. Gadis itu melambaikan tangan senang saat melihat Virzha yang berhasil keluar cepat dengan membawa sebuah plastik berisi paku di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Lantai Laboratorium
HorrorLaboratorium itu tampak menyimpan misteri suram.Tak hanya sekali! Ini sudah kasus ke tiga atas menghilangnya seorang siswa di Laboratorium Kimia. Kasus kali ini pun tak jauh berbeda dengan kasus pertama saat 3 tahun lalu. Di tempat yang sama dengan...