Prolog

79 30 18
                                    

Sebelum membaca,klik dulu tanda bintang di sebelah kiri ya!
Jangan lupa komen juga!

***

Hana mengajak Khansa dan Bian ke rumah neneknya yang berada di Bandung.Bahri,suaminya tidak ikut karena ada pekerjaan di rumah sakit,sebagai Dokter.Diperjalanan pulang,suara Khansa lah yang mendominasi.Karena Khansa memiliki sifat ceria,berbanding terbalik dengan Bian yang perndiam.seperti Bahri,ayahnya.

"Bunda,nanti kalau Sasa udah besal,Sasa mau jadi Astronot." Ucap anak berusia lima tahun yang masih cadel.

Hana tersenyum mendengar itu. "Kenapa Sasa pengen jadi astronot?" Hana yang sedang menyetir mobil bertanya sesekali membenarkan kerudung yang Khansa pakai.Walaupun Khansa masih kecil,tetapi Hana sudah mengajarkannya untuk memakai jilbab sejak dini.Ya meski kadang-kadang Khansa melepaskan kerudungnya.Katanya,gerah.

Khansa nampak berfikir. "Sasa pengen lihat bintang,bunda."

"Jauh-jauh ke luar angkasa pengen lihat bintang.Dari rumah juga kelihatan."

Terdengar dari arah belakang,suara anak laki-laki yang baru saja bangun tidur.Dia bian,kakaknya Khansa hanya selisih satu tahun.Jika mereka berdua bertemu,pasti selalu ribut seperti kucing dan tikus.

Khansa menengok ke belakang,kesal. "Telselah Sasa dong," ucapnya dengan nada kesal.

"Bian pengen jadi tentara,bunda."

"Gak nanya." Khansa menjulurkan lidahnya mengejek Bian.

Hana yang mendengarnya pun sudah tidak aneh lagi.Adeknya senang mengerjai kakaknya,kakaknya senang bikin nangis adeknya.Begitulah mereka.

"Kenapa gak jadi dokter aja?" tanya Hana penasaran.

"Ayah kan dokter,tugasnya mengobati.Bian pengen jadi tentara biar kuat.Jadi bisa melindungi dan menjaga Bunda sama Sasa."

Hana terharu,perkataan Bian sangat menyentuh. "Aamiin."

"Bunda,Bian minta restunya yaa!"

Hana tertawa. "Kamu ini!emangnya mau nikah?" Ada-ada saja bian.

"Doain Bian.Itu maksud Bian,bunda."

"Sasa juga doain ya,bunda."

Hana tersenyum. "Sebelum kalian minta pun,bunda selalu bedoa untuk kalian.Semoga Bian bisa jadi tentara yang bertanggung jawab dan amanah.Untuk Sasa,semoga menjadi atronot?" tanya Hana Ragu yang diangguki Khansa. "Semoga Sasa bisa menjadi atronot yang tidak lupa jalan pulang."

"Aamiin." kata Bian sambil mengusap wajahnya.

Khansa yang melihat kakaknya pun mengikuti apa yang dilakukan Bian.

"Luar angkasa itu jauh loh,emang Sasa berani sendirian?" tanya Hana yang langsung diangguki oleh Khansa.

"Berani dong!kan Sasa harus mandiri.Itu kata bunda." Semangat Khansa sampai mengangkat tangannya ke udara.

"Nanti kalau udah disana,jangan lupa kirim pesan atau kabarin bunda."

Menyenangkam sekali mengajak ngobrol putrinya ini.Pertanyaan apapun,pasti Khansa akan menjawabnya,lucu.

Dengan polosnya Khansa bertanya. "Kan lual angkasa jauh banget,kalau pesannya gak kekilim gimana,bunda?"

"Sasa cukup kirim doa.Karena sejauh apapun jarak Sasa sama bunda,doa itu akan sampai.Walau sejauh apapun jaraknya.Sasa ngerti maksud bunda?"

Khansa mengangguk. "Ngelti,bunda."

Saat Hana akan menginjak rem,tiba-tiba rem nya tidak bisa berfungsi.Yang membuat Hana panik adalah Keselamatan anaknya,Khansa dan bian.Khansa yang takut akhirnya menangis kencang.

"Kenapa bunda?"

"Astagfirullah,remnya blong,Bian."

Dengan panik,Hana menyuruh Khansa untuk pindah ke jok belakang.

"Pakai sabuk pengaman kalian!"

Bian memeluk Khansa yang sedang menangis.Tidak ada pilihan lain,Hana harus menabrakan mobilnya agar berhenti dan tidak menabrak kendaraan yang ada di depan.

"Sasa,Bian.Bunda sayang kalian."

BRAKK

Mobil Hana menabrak jembatan yang di bawahnya sungai begitu deras.

Semua berawal dari sini.

Hadiah Dari KesabaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang