O4.

293 72 22
                                    

Menunduk dan menangis. Seorang wanita paruh baya berlutut sembari terus mengelus sebuah batu nisan dan memeluk bingkai foto seseorang. Di belakangnya seorang pria paruh baya --- suaminya terus berusaha menenangkan. Taburan bunga melati yang masih segar pertanda bunga itu baru saja di taburkan beberapa saat yang lalu di atas tumpukan tanah --- makam seseroang.

Orang orang disana terlihat serasi memakai pakaian serba hitam, disertai mata sembab mereka. Tak terkecuali ketiga pemuda yang terus berusaha menahan tangis agar tak meledak meskipun air mata tetap saja berhasil lolos. Ketiganya saling berpegangan dan memejam kuat, rasanya tak sanggup untuk melihat pemandangan yang menyayat hati di hadapan mereka.

Seseorang berjalan menghampiri kerumunan. Cukup terkejut saat melihat beberapa orang yang sangat ia kenali tengah menangis di makam seseorang. Melihat sepasang suami istri yang tengah menangis di dekat makam, semua seperti kalut dalam kesedihan mereka.

Ia memaku netranya pada nama yang tertera di atas batu nisan. Nafasnya tercekat, tubuhnya mematung beberapa saat. Hatinya hancur bahkan lebih dari hancur. Ia menerobos masuk kedalam kerumunan dan berlutut di samping makam itu. Di elusnya pelan batu nisan disana dengan mata yang mulai memburam karna berair. "Kang Taehyun..."

Disaat itulah Soobin benar-benar meledak. Ia menangis sejadi jadinya sambil terus mengelus batu nisan bertuliskan nama Kang Taehyun disana.

"I-ini sungguh tidak lucu Taehyun-aa ... kau menghukum ku kan? Ini semua hanya rencana mu u-untuk membuatku menyesal, i-iyakan? B-baiklah aku menyesal sekarang, a-aku aku sudah gagal setelah ini hukum aku semaumu. Tapi, tolong sekarang kau sudahi semua ini ... i-ini terlalu kejam Taehyun..."

Soobin beralih menatap ketiga temannya yang tengah menangis. Yeonjun tengah memeluk Beomgyu yang sudah menangis sesegukan dan tangan satunya sedang mengelus pelan pundak Hueningkai yang juga turut menangis. Dia sendiri juga bersedih, merasa kehilangan tentu saja. Tapi sebagai yang tertua, ia harus bisa menenagkan adik adiknya terlebih dahulu.

Soobin menghampiri mereka, menatap sendu ketiganya. "Maafkan aku ... aku telah gagal. Maafkan aku Kak Yeonjun ... aku tidak bisa menjadi kakak yang baik, yang bisa melindungi kalian. Beomgyu, Kai .. maafkan aku karna sudah membuat kalian kehilangan sahabat kalian. Ini semua ..."

Pandangannya teralihkan ketika melihat siluet seseorang tengah berdiri tak jauh di belakang kerumunan. Sadar Soobin menatapnya, sosok itu berbalik dan mulai melangkahkan kakinya menjauh.

Namun, Soobin mengejarnya dan berhasil mencegat sosok berjubah itu sebelum pergi lebih jauh. Berbeda dari pada di makam tadi, tatapan Soobin kini terlihat lebih nyalang. Rahangnya mengeras. "Kamu yang membunuh Taehyun. Kenapa?! Kenapa kamu terus datang padaku dan mencelakai teman temanku setelahnya?!"

Sosok berjubah itu menghempas tangan Soobin yang mencengkramnya kasar. Senyuman remeh terpampang diwajahnya meski Soobin tak dapat melihat seluruh wajahnya karna tertutup oleh topi jubah yang sosok itu kenakan. "Kamu tau teman-temanmu akan celaka, tapi kenapa kamu masih payah dalam menjaga mereka?"

"Jika kamu menganggap aku hanyalah sebuah bunga tidur dan mencoba melupakannya, kurasa kamu sudah siap untuk kehilangan teman temanmu."

"Mau tau siapa selanjutnya?" Kini Soobin menatap serius kearah sosok itu. Pikirannya kalut, tak bisa berpikir jernih saat sosok itu ternyata masih menargetkan teman temannya yang lain.

"Soobin-aa!"

Soobin menoleh. Mendapati sosok Yeonjun yang sudah berada di belakangnya dengan dandanan yang berbeda. Dia masih memakai baju sekolah, dan bahkan wajahnya baik baik saja. Tidak sembab seperti sebelumnya. Dan... Tunggu.

THE DREAM || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang