O5.

323 64 23
                                    

Rasa sakit seakan tak henti hentinya menyerang ulu hati. Menangispun rasanya percuma, tak akan mengembalikan senyuman itu, bahkan jiwa itu.

Malam dimana Taehyun terbaring kaku diatas ranjang rumah sakit dan dinyatakan tidak selamat, seakan turut membuat jiwa keempat temannya disana mati. Berlutut pasrah diatas ubin yang dingin, bersandar pada dinding rumah sakit, menatap tak percaya dibalik jendela UGD dan berharap keajaiban terjadi. Menangis dalam diam, menjerit dalam hati, Yeonjun mencoba untuk menenangkan adik adiknya yang tengah menangis sambil terus meneriaki nama anak muda yang terbujur kaku disana. Kang Taehyun.

Keempatnya pulang dengan kesedihan masing masing. Memory kebersamaan mereka dengan Taehyun seakan terputar secara otomatis.

Kang Taehyun.

Seseorang yang cerdas dan pandai dalam segala hal. Selalu memiliki solusi di setiap permasalahan yang mereka hadapi. Menjadi orang yang sangat terpercaya bagi Yeonjun. Menenangkan dan memeluk Soobin ketika dalam kesulitan. Yang dengan sigap melindungi Beomgyu dan menemaninya. Dan menjadi sahabat terbaik yang pernah Hueningkai punya.

Bagaimanapun, 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Bagaimana mereka bertemu dengan seorang anak yang tengah menyendiri sambil membaca bukunya di taman, untuk pertama kalinya menatap mata besar itu lalu menyetujui untuk saling melindungi.

"Kak Yeonjun! Aku lolos untuk bisa mengikuti kontes bernyanyi. Guru club bilang kemampuanku meningkat banyak, terimakasih kak sudah mengajariku banyak!"

Sebuah panah seakan kembali menusuk hati. Dari semua orang yang bersedih, nyatanya Yeonjun yang paling terpuruk. Bagaimana dirinya melihat jelas tubuh Taehyun terjun bebas tepat di depan matanya. Melihat cairan merah kental mengalir dari balik kepalanya dengan mata yang sudah terpejam rapat. Taehyun pasti sangat merasa kesakitan, hingga akhirnya jiwa anak itu benar benar dibawa. Dan yang bisa Yeonjun lakukan hanyalah menyaksikan.

"Aku belum memenuhi keinginanmu untuk makan teokbokki bersama, tapi kenapa kau malah pergi, Taehyun? Kau marah ya?" Sambil terisak, Hueningkai mengelus foto polaroidnya bersama Taehyun saat mereka sedang makan bingsoo.

"Dasar pembohong. Kau bilang besok akan menemaniku ke toko alat musik." Beomgyu yang sedari tadi menangis dalam diampun ikut bergumam sambil melihat lihat kembali fotonya bersama Taehyun di ponsel.

Soobin kembali meremas sapu tangan yang sedari tadi dipegangnya. Dibanding melihat foto kebersamaannya dengan Taehyun, ia memilih menyendiri di kamarnya. Mengingat kembali bagaimana Taehyun tersenyum dan berjalan dengan santai meninggalkan kantin.

"Kau hanya terlalu khawatir tentang mimpi itu sehingga membuatmu berhalusinasi, Kak"

"Apakah ini juga termasuk halusinasiku, Tae?" Monolognya. Menyesal atas kepercayaannya pada ucapan Taehyun hari itu. Jika saja dia tetap diam dan mempercayai bunga tidurnya, mungkin bukan seperti ini jadinya.

"Arghh sial!!"

'PRANG!'

Soobin tertegun ketika mendengar seseorang bertiak disertai suara pecahan sesuatu di luar kamarnya. Dengan segera ia bangkit dan keluar dari kamarnya dengan tak santai. Mendapati serpihan gelas kaca berserakan dilantai dengan Beomgyu yang tengah mencengkram kerah baju Yeonjun. "Kembalikan TAEHYUN!"

"Gyu, s-sadarlah jangan seperti ini, a-apa kau pikir hanya kau yang bersedih sekarang? Aku juga merasa--"

"KENAPA?! Kenapa kakak hanya diam saja hari itu? KENAPA KAKAK MEMBUNUH TEMANKU!"

"YAK! CHOI BEOMGYU!"

"ARGHH SIALAN" Pemuda itu meledak. Beomgyu melepaskan cengkramannya pada kerah Yeonjun dan beralih meninju dinding dengan brutal. Berteriak tak terima diiringi tangisan dan rasa sesak yang tak ada habisnya. "Kembalikan Taehyun... kumohon..."

THE DREAM || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang