#18 CHENLE - MINJU

90 7 0
                                    

wonwoobee 🍵


"Sakit..." Entah telah berapa lama Minju merintih kesakitan berbaring diatas sofa. Bahkan karena rasa sakit ini, Minju harus rela tidak pergi ke kampus - guna mengikuti kelas.

Ini bukan kali pertama Minju mengalami rasa sakit seperti ini, toh rasa sakit ini memang selalu datang setiap bulan seperti ini. Rutin. Ya, biasa... masalah wanita. dan entah kenapa juga rasa sakit saat ini, jauh lebih sakit dari rasa sakit yang sebelum-sebelumnya.

Sakit.

Tak kuat menahan sakit lebih lama lagi, Minju pun segera meraih ponselnya dan menelepon satu nomor guna untuk meminta bantuan.

Chenle - sang kekasihlah yang saat ini ada di pikiran Minju.

Lama panggilan Minju tak diangkat oleh sang kekasih, hingga membuat gadis itu semakin kesal dalam rasa sakit yang sialnya semakin mendera. Tapi untunglah panggilan itu akhirnya terjawab juga.

"Iya sayang?" ucap sang pria diseberang sana.

"Perut aku sakit.." adu Minju berharap sang kekasih peka akan kode kecilnya itu. Toh, setiap bulan juga Minju selalu melemparkan kode ini.

Tapi pria tetaplah pria, seberapa sering kau melempar kode serupa - tapi tetap saja mereka tak langsung mengerti akan kode itu. dan ini juga berlaku bagi Chenle.

"Perutmu sakit? Kenapa? Kau salah makan lagi? Ah, tadi Nako bilang kau hari ini tak masuk kelas, Kenapa?" bukannya menenangkan sang kekasih yang tengah mengaduh kesakitan itu, Chenle malah memberikan banyak pertanyaan pada sang kekasih. Pertanyaan yang sialnya semakin membuat perut Minju melilit sakit.

"Sayang, dengar.. aku tak salah makan dan perutku sakit karena ini memanglah jadwalnya untuk perutku sakit. dan ya, hari ini aku tak masuk kelas,"

"Jadwalnya? Kenapa perutmu bisa memiliki jadwal untuk merasa sakit? aneh..." kembali kesabaran seorang Kim Minju diuji oleh sang kekasih. Kesabaran yang entah sampai kapan akan terus bertahan.

"Zhong Chenle.. aku serius!! Perutku sakit," jawab Minju masih mencoba sabar.

"Baiklah-baiklah, aku mengerti. Jadi apa yang harus aku lakukan? Aku tak mengerti," Sungguh - Chenle masih tak paham akan panggilan sang kekasihnya saat ini. Jika perut kekasihnya itu sakit, bukankah ia hanya perlu meminum obat lalu istirahat yang cukup, lalu apanya yang sulit?

Atau jangan bilang...

"Kau tak memiliki obat di rumah?" tebak Chenle setelah otak cerdasnya mencoba mencerna kode-kode kecil yang sebelumnya kekasih itu berikan.

Dalam panggilannya kini Chenle bisa menangkap suara helaan napas lega dari sang kekasih, "Akhirnya kau mengerti juga, Emm.. kau bisa belikan obat pereda rasa sakit untuk wanita haid bukan?"

"Haid? Kau.. Ah, baiklah. Aku akan segera belikan - tapi kenapa tidak kau bilang sejak awal? Kau membuatku takut bodoh.."

"Bodoh?" Minju takjub. "Siapa yang bodoh? Aku hany-"

"Baiklah-baiklah, sekarang aku akan belikan obat dan juga makanan untukmu, kau mau apa selain obat? Aku tebak, kau pasti belum sarapan bukan?"

"Hehe.." bukannya menjawab dengan jelas - Minju malah tertawa kecil sebelum menjawab, "Perutku sakit, bagaimana bisa makan,"

"Baiklah, jangan lupa kompres perutmu dengan air hangat.."

"Emm, cepatlah datang. Ah, aku juga ingin Ice Cream Vanilla," pinta Minju setelah ingat jika stock ice cream didalam kulkasnya telah habis.

"Oke, tunggu aku..."

"Terimakasih sayangnya Minju..."

"Emm, Love you.."

"Love you too.."


*****


Butuh waktu sekitar tiga puluh menit sebelum sang kekasih - Chenle akhirnya tiba dengan beberapa paper bag yang tentunya berisi obat, makanan dan juga makanan lagi.

Minju yang saat ini sedang duduk manis di sofa dengan kompresan air hangat di perutnya pun, tak bisa menahan rasa senangnya sesaat ia melihat sang kekasih akhirnya datang.

"Sayang....." panggil Minju lega.

Chenle seketika berjalan mendekati sang kekasih, dan menaruh semua bawaannya diatas meja. Chenle menatap sang kekasih khawatir.

"Kau sudah baikan?" tanya Chenle seraya telapak tangannya dengan lembut menghapus buliran keringat di kening sang kekasih.

Minju menggeleng, "Masih sakit, padahal udah aku kompres.."

Chenle mengangguk, "Baiklah sekarang kita sarapan dulu lalu kau minum obat". Dengan telaten Chenle mengeluarkan semua makanan yang ia beli dari dalam paper bag, dan menatanya dengan rapi diatas meja.

Minju takjub melihat kelakuan sang kekasih yang semakin hari semakin mandiri. Minju tahu, sepanjang hidup Chenle - kekasihnya itu tak pernah melayani orang lain - sebaliknya Chenle selalu dilayani. Tapi sekarang lihatlah...

"Bisa makan sendiri? Atau mau aku suapin?" tanya Chenle setelah selesai menata sarapan mereka.

Untuk sarapan hari ini, Chenle lebih memilih menu sarapan ala western. Sandwich dan kawan-kawan. Dengan telaten Chenle memotong sandwich untuk sang kekasih lalu menyuapinya.

Minju tentu saja menerima suapan itu dengan senang hati. Senyum yang sejak pagi tak ada di wajah Minju karena sejak pagi sudah menahan rasa sakit yang seakan menyiksa pun,  kini lambat laun mulai kembali.

"Enak?" tanya Chenle memastikan.

"Emm, ini enak. Kau juga makan.." kali ini giliran Minju lah yang menyuapi sang kekasih dan tanpa banyak bicara Chenle dengan senang hati menerima suapan itu.

"Setelah ini kau minum obatnya. Ah, apa setiap bulan kau selalu sakit seperti ini?" tanya Chenle mulai khawatir. Bagaimanapun, jika setiap bulan sang kekasih merasa sakit seperti ini, bukankah itu berarti ada yang salah?

Minju mengangguk ditengah aksi mengunyahnya. "Emm, tapi cuma satu hari. Hanya di hari pertama saja, sisanya aku tak apa," jelas Minju sejujurnya.

"Benarkah? Kau tidak bohong bukan?"

"Untuk apa juga aku berbohong,"

"Baiklah.." Chenle kembali menyuapi sang kekasih dengan potongan sandwich yang lain.

"Ahh, kau mau ganti kompresanmu?" tanya Chenle setelah tangannya tak sengaja menyentuh alat kompres. Hangat.

"Tidak perlu, aku baru menggantinya beberapa menit lalu. Aku mau ice cream.."

Mata Chenle melotot, "Kau bahkan belum menghabiskan sarapanmu, dan minum obat. Tidak - Kau boleh makan ice cream setelah kau selesai sarapan, minum obat dan juga tidur siang.."

Ya, saat ini waktu telah menunjukkan tepat jam 11 siang, waktu yang terlalu siang untuk memulai sarapan. Tapi mau bagaimana lagi, kekasihnya ini baru menghubunginya tepat jam 10 - jadi tak salah bukan, jika Chenle datang agak siang.

"Sayang..." rengek Minju tak setuju.

"Sekali tidak tetap tidak sayang. Pokoknya kau baru boleh makan ice cream setelah kau menghabiskan sarapanmu, minum obat lalu tidur. Bagaimanapun kau sedang sakit," omel Chenle yang rasa-rasanya tak mau dibantah.

"Tapi.."

"Setelah kita tidur, kau baru boleh makan ice cream mu," sanggahan Minju yang sebelumnya ingin gadis itu lontarkan - seketika menguap setelah telinga Minju dengan jelas mendengar kata tidur dan kata kita tersusun dalam satu kalimat utuh.

NCT & WayV' Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang