"You know what to do."
-
Lucunya adalah meskipun aku tidak yakin akan bertemu dengan Mingyu lagi, aku justru bertemu dengannya nyaris setiap hari. Entah itu saat dijalan, minimarket ataupun tempat random lainnya. Yang berakhir dengan Mingyu meminta nomor ponselku dan berkomunikasi cukup intens selama dua minggu. Ketika aku berpikir bahwa Mingyu hanya bertahan beberapa hari disini untuk menghadiri Seminar Internasionalnya tapi justru ia berada disini untuk waktu yang lebih dari seminggu.
Mingyu sering mengajakku hangout dan aku tidak sampai hati menganggapnya sebagai kencan karena dia sudah mempunyai tunangan. Dia sering mengajakku makan siang ataupun makan malam bersama, berjalan-jalan mengelilingi Montreal di akhir Minggu, piknik di salah satu taman kota ataupun pergi ke taman hiburan atau hanya sekedar mampir ke apartemenku dan menonton serial Netflix bersama.
Sesuatu yang sering orang berpacaran lakukan. Membuatku beberapa kali bingung atas apa yang sebenarnya kami lakukan.
"Kamu tidak akan kembali?" Tanyaku disela-sela kunyahan Mac n Cheese yang Mingyu buat. Ah, mungkin aku lupa menceritakan tapi pria itu sangat ahli dalam memasak atau mungkin skill nya melebihiku. Seringkali di waktu random, Mingyu membuatkanku bekal dan mengantarnya ke Universitas tempatku mengajar. Sempat membuat rekan kerjaku salah paham dan menganggap Mingyu sebagai pacarku.
"Masih ada beberapa hal yang harus aku kerjakan disini. Kenapa? Kamu terlihat seperti mengusirku? Apa aku membuatmu risih dan tidak nyaman?"
Mingyu secara otomatis menatapku yang justru membuatku panik, "Berhenti menduga-duga, Mingyu. Demi tuhan, bukan itu maksudku."
Mingyu tertawa, "Oke oke, maaf. Kamu lucu sekali."
"Belum pernah aku pukul, ya?"
Mingyu kembali menatap kearah layar televisi yang menampilkan salah satu serial favorit kami berdua, tapi tidak membuatku mengalihkan pandangan darinya. Sempat beberapa kali terlintas dalam pikiranku untuk menanyakan kepadanya.
"Ada apa? Kamu ingin mengatakan sesuatu?"
"Mingyu—"
Kita ini apa sebenarnya?
"—tidak. Hanya kamu terlalu fokus menatap televisi."
"Apa seharusnya aku tidak fokus?"
Aku hanya tersenyum menanggapi lalu beralih pada televisi dengan jantung berdegub kencang. Menyalahkan pikiranku yang berkelana tidak jelas.
Ayolah, Kwon Rue! Kamu hanyalah seseorang yang dia kenal. Mingyu adalah pria yang ramah dan mungkin dia hanya ingin menjalankan pertemanan denganmu. Lagipun, Mingyu sudah bertunangan.
Simpan itu di dalam otakmu.
Setelah menyelesaikan tiga episode, Mingyu memutuskan untuk pulang. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam yang berarti Mingyu sudah menghabiskan waktu selama kurang lebih lima jam di apartemenku.
"Aku harus pulang, malam semakin larut dan tidak baik untuk manusia berlawan jenis seperti kita." Ungkapnya saat berada di luar pintu apartemenku.
"Kenapa? Kamu mengatakan itu seperti kamu akan melakukan hal aneh kepadaku."
"Aku pria dewasa, oke? Aku hanya berusaha menahan diri. Kamu perempuan dan kamu baik."
Aku tertawa, "Bukankah biasanya pria akan mengatakan kamu perempuan dan kamu cantik? Apa karena aku tidak cantik?"
"Tidak! Bukan begitu, anu, tidak bukan, astaga. Maksudku, ya. Ya kamu cantik tapi aku lebih menyukai kepribadian seseorang dibandingkan penampilannya."
"Apa?"
Mingyu terlihat menggaruk tengkuknya dan telinganya memerah, sedangkan aku justru bingung dengan ucapannya. Kenapa tiba-tiba dia mengatakan seperti itu? Suasana di sekitar kami pun terasa aneh dan canggung.
"Hei, aku hanya bercanda. Seperti kataku tadi, jangan suka menduga-duga."
"A-Ah. Ya. Aku harus pulang, selamat malam, Rue. Sampai bertemu lagi, besok mungkin?"
Aku mengangguk pelan dan sebuah tangan mengusrak pelan puncak kepalaku. Aku menahan nafas, terlebih ketika tangan itu turun kearah pipiku dan mengusapnya.
"Selamat malam." Ujarnya pamit dengan senyum gigi taringnya seperti biasa yang membuat detak jantungku menjadi tidak karuan.
"Ya, Selamat malam, Mingyu. Hati-hati."
Lie Again.
Raven Kim.