"Life changes."
-
Sudah genap berhari-hari kemudian aku menghindar dari Mingyu. Lebih tepatnya untuk menatap perasaanku sendiri. Ia masih sering berusaha menghubungiku, mengirimiku pesan, menelfonku, dan bahkan datang ke apartemenku yang tidak aku jawab apapun. Pesan dan telfonnya aku abaikan juga ketika ia datang mengetuk pintu apartemenku yang aku lakukan hanyalah menatapnya lalu duduk bersandar pada pintu hingga akhirnya ia pergi, mungkin mengira bahwa aku tidak ada.
Perkataan Seokmin masih melekat pada otakku, membuatku berkali-kali merencanakan sesuatu yang berakhir gagal.
Pertama, karena aku belum siap atas dampak apapun yang akan aku buat. Entah dia menjauh dariku, membenciku hingga tidak ingin melihatku lagi atau skenario terburuknya, aku menghancurkan pertunangan mereka karena Mingyu kasihan padaku.
Kedua, aku mungkin akan menyakitinya suatu saat nanti jika ia membalas perasaanku. Mengingat bahwa record keluargaku yang tidak berjalan baik yang mungkin berpengaruh pada diriku.
Ketiga, kami akan berakhir saling menyakiti. Entah saat ini atau suatu hari nanti.
Tapi disisi lain, aku ingin mengatakan padanya, mengungkapkan padanya seberapa besar aku menyukainya atau bahkan mencintainya juga aku tidak ingin menyesal suatu saat nanti karena perasaanku tidak tersampaikan.
Usahaku menghindar darinya sia-sia hari ini. Melihat Mingyu yang berdiri tak jauh dariku dengan kedua tangannya ia masukan kedalam saku serta matanya yang tajam menatapku. Sempat membuatku berpikir untuk berlari menghindar, berjalan menghampirinya atau diam ditempat.
Sepertinya opsi terakhir sebagai jawaban karena Mingyu justru melangkahkan kakinya duluan mendekatiku. Beberapa mahasiswa ataupun rekan kerjaku terlihat melirik kearah kami berdua penasaran. Sepertinya Mingyu peka dan berakhir menggenggam tanganku serta menarikku masuk ke dalam mobilnya.
Mingyu mengendarai mobilnya dengan kecepatan standar lalu menghentikannya di pinggir jalan dekat taman kota.
"Apa aku ada salah sesuatu, Rue?"
"Tidak."
"Kenapa kamu terlihat menghindariku?"
Aku tersenyum tipis dan berbohong menjadi jawabanku.
"Aku hanya sedang sibuk dan stress akhir-akhir ini. Aku tidak mau kamu terkena semburan naik turunnya moodku."
"Setidaknya balas pesanku dan katakan padaku. Kamu tidak suka aku menduga-duga tapi kamu alasanku paling sering menduga."
"Lalu apa? Aku akan membalas pesanmu dan mengatakan maaf Mingyu moodku sedang buruk lalu besikap tidak sopan padamu?"
Mingyu menggeleng pelan, "Setidaknya aku bisa menghiburmu."
"Aku tau kamu sibuk bekerja juga, Mingyu."
"Aku bisa mengerjakan pekerjaanku dimanapun atau aku bisa mengerjakannya setelah kita pulang."
"Dan mengorbankan waktu istirahatmu? Tidak, terima kasih."
Mingyu terkekeh geli, "Kamu mengkhawatirkanku?"
"Kamu pikir aku akan baik-baik saja saat tau kamu membuang waktu berhargamu untukku?"
"Justru waktu bersama denganmu lebih berharga asal kamu tau, waktu healing bersamamu berarti healing untukku juga. Cha, kamu ada kegiatan setelah ini?"
"Tidak, aku sudah selesai. Kenapa?"
"Baiklah, mari bersenang-senang!"
"Apa?! Ya! Kim Mingyu!"
Lie Again.
Raven Kim.