Chapter 67

1.6K 109 19
                                    

"Kau seriusan masih merajuk padaku, Seth?" tanya Devlin heran tetapi bibirnya masih mengulas senyuman.

Seth membuang wajah, enggan melirik adiknya. "Biasa saja."

"Benarkah?" Devlin memicingkan matanya. Kemudian ia merogoh sesuatu dari saku celana, memainkan benda ditangannya dihadapan wajah Seth. "Padahal kemarin aku ingin memberi Supra itu padamu."

"Apa?!" Mendengarnya membuat Seth menoleh dengan mata berbinar. Ekspresi muramnya sirna begitu saja. "Kau serius?!!"

"Tentu saja tetapi..." Gadis berusia 18 tahun itu mengangkat bahunya seraya menurunkan kembali kunci mobil tersebut. "kemarin kau bahkan tidak menghiraukanku. Jadi kupikir kau tidak mau mobil itu."

Seth meneguk salivanya saat menatap kunci di tangan Devlin. "Aku mau.." cicitnya.

Terkekeh, Devlin memberikan kunci mobil tersebut kepada Seth. "Mobil ini sekarang untukmu. Baik-baik menjaganya, ok?"

"Sudah pasti!" teriak Seth girang dan memeluk Devlin dengan erat.

Semua yang melihatnya tertawa. Kemarin jelas-jelas Seth menangis tak karuan di halaman rumah gara-gara Devlin dan Dave pergi dengan mobil berwarna biru itu.

Setelah Seth menepi dengan wajah girang, Mark maju menghadap putri bungsunya. Ia memeluk Devlin. "Berhati-hatilah, sayang. Johnson akan melindungimu."

"Tentu saja Dad." Devlin membalas pelukan ayahnya.

Usai berpelukan perpisahan, Devlin masuk ke dalam mobil yang di kendarai oleh Cello. Sebelum menutup kaca mobil, tatapan Devlin jatuh pada sosok Paul. Gadis itu mengangguk kepada Paul lalu mobil pun melaju meninggalkan pekarangan mansion.

Paul ditugaskan oleh Devlin untuk mengawasi gerak-gerik Valeria dan Justin.

Ketika terbangun dalam keadaan minum di ruang utama, Devlin buru-buru pergi ke kamar dan menyuntikkan obat bius ke Justin. Ia sengaja karena tidak ingin lelaki itu melihat kepergiannya.

Karena demi apapun, Devlin memiliki firasat buruk akan kepergiannya hari ini. Dan ia tidak sanggup mengingat wajah Justin untuk terakhir kalinya.

Maka pilihannya adalah Justin tidak melakukan pelukan perpisahan padanya.

Cello fokus mengendarai meski sesekali melirik Devlin. Setelah beberapa lamanya tidak ada di mansion karena sibuk dengan firma hukumnya, Cello mendapat kabar tentang kepergian nona terakhir di keluarga Millanez tersebut.

Satu jam kemudian, mobil yang dikendarai tiba di bandara John F. Kennedy. Devlin turun, begitupula dengan Cello yang mengambil koper gadis itu dari bagasi.

"Berhati-hatilah, nona." kata Cello sopan.

Devlin menoleh dan tersenyum tipis. Ia memakai kacamata hitamnya dan berlalu pergi seraya menyeret kopernya.

***

Kepalanya terasa pusing. Tubuhnya sedikit lemas. Lelaki berambut acak-acakan itu terduduk, menetralisirkan penglihatannya. Ia melirik ke samping, tidak ada gadis itu.

Lalu netra cokelatnya tertuju pada jam weker diatas nakas. Pukul 9. Justin menangkap sebuah kertas di samping jam. Tangan panjangnya meraih kertas itu dengan mudah.

Hanya ada beberapa kata sederhana tetapi begitu dalam bagi Justin.

I love you, my bdygrd.

Dev.

Jantungnya berdetak kencang. Justin bangkit dari ranjang, dengan buru-buru memakai pakaiannya.

Perasaannya tidak enak. Hari ini adalah kepergian gadisnya ke Argentina. Tetapi ia malah bangun begitu lama?!

"Sial!" umpatnya kasar. Ia membuka pintu kamar dan melihat sosok Valeria berdiri tak jauh dari pembatas.

The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang