Seharusnya acara makan siang bersama Nayeon akan membuat perasaan berbunga dan juga hati yang berdebar karena saking senangnya. Namun Taehyung tidak mengerti mengapa hati dan pikirannya tidak berada di tempat itu. Ia hanya menanggapi Nayeon dengan singkat, bahkan ia berharap bisa segera menyelesaikan makan siangnya dan kembali ke apartement.
“Aku tak menyangka jika kau ternyata berteman dengan Seulgi, sudah berapa lama kalian berteman?” Nayeon mengawali obrolan mereka,
“Sekitar sebulan terakhir” jawab Taehyung dengan senyum samarnya, mengingat bagaimana awal dari pertemanannya dengan Seulgi
“Benarkah? Mengapa kalian bisa saling mengenal? Bukankah jurusan serta klub kalian berbeda?” Nayeon masih kepo, ia benar-benar merasa penasaran dengan hubungan Taehyung dan Seulgi, karena banyak rumor yang mengatakan kalau hubungan mereka itu terlalu dekat untuk disebut sebagai pertemanan.
“Eum, itu karena Seulgi tinggal disebelah apartemenku” Taehyung memberi alasan yang terdengar masuk akal, padahal alasan utama pertemanan mereka bukanlah itu.
Pesanan mereka sudah sampai, dan Taehyung langsung menerimanya dan meletakkan pesanan Nayeon didepan seniornya itu
“Ya ampun kebetulan yang unik sekali. Kau tahu Seulgi sampai bertengkar hebat dengan orangtuanya karena memutuskan untuk tinggal sendiri. Bahkan kartu kredit serta mobil Seulgi langsung ditarik, dia hanya mendapat uang bulanan yang sangat pas-pasan”
Taehyung terkejut mendengar fakta ini, jadi harga yang harus dibayar Seulgi karena memilih tinggal sendiri adalah kehilangan fasilitasnya? Tapi mengapa gadis itu terlihat biasa saja dan tidak mengeluh dengan kehidupannya sekarang?.
“Maaf sunbae, kalau boleh tahu mengapa orangtua Seulgi melarangnya tinggal sendiri? Bukankah bagus jika anak seusianya belajar mandiri?” tanya Taehyung hati-hati, mencoba mencari tahu tentang kehidupan orang lain bukanlah hal yang mudah diucapkan.
“Itu karena Seulgi punya daya tahan tubuh yang lemah, dia mudah sakit bahkan ketika hanya terkena air hujan. Seulgi adalah anak tunggal, jadi orangtuanya begitu protektif padanya”
Mendengar penjelasan Nayeon membuat Taehyung semakin bingung, Seulgi tidak pernah bersikap seolah dia anak yang lemah. Gadis itu selalu bersemangat dalam menjalani hidupnya, bahkan jika orang lain tak memberitahu kalau Seulgi anak orang kaya, ia akan menduga kalau Seulgi anak dari keluarga biasa.
“Tapi Seulgi tak terlihat seperti anak manja, penampilan dan gaya hidupnya benar-benar sederhana”
Nayeon mengangguk membenarkan.
“Kau benar, dia memang seperti itu. Setiap kali aku mengajak shopping dia akan menolak karena berpikir itu hanya tindakan boros yang buang-buang uang. Aku tak mengerti mengapa dia bersikap begitu, padahal orangtuanya itu pemilik perusahaan properti dan sangat kaya”
“Dia memang seperti itu” gumam Taehyung sangat lirih kepada dirinya sendiri, setelah mengetahui fakta ini ia merasakan rasa kagum yang begitu besar pada Seulgi.
Nayeon menatap Taehyung dengan malu-malu, sejujurnya ia sering melakukan chat dengan Seulgi dan tetangganya itu selalu mengatakan hal baik tentang Taehyung, hingga membuatnya sangat penasaran akan sosok didepannya ini.
“Taehyung-ssi, bolehkah aku tahu lebih banyak hal tentangmu? Waktu aku bertemu Seulgi dia menceritakan hal tentangmu, dia begitu memujimu hingga aku menjadi penasaran tentangmu”
Taehyung tergelak, ia tak menyangka Nayeon akan secepat ini meresponnya,
“Aku tidak punya banyak hal yang bisa diceritakan” ucap Taehyung sedikit tak nyaman.
Nayeon tersenyum kecil, ternyata Taehyung memang sangat pemalu, “Kau ini pemalu sekali, aku adalah sunbaemu jadi jangan terlalu kaku”
Taehyung mengangguk mengiyakan.
“Taehyung-ssi, kurasa aku mulai tertarik padamu. Aku ingin mengenalmu, dan aku ingin kau juga mengenalku lebih dalam”
“Tentu saja sunbae, kita bisa coba pelan-pelan”
Apa ini hal yang benar? Taehyung sendiri tak tahu, memberikan kesempatan pada Nayeon untuk mengenalnya adalah hal yang tak pernah ia pikirkan, yang jelas saat ini ia begitu ingin bicara dengan Seulgi.
*
Malam itu begitu dingin, salju pertama telah turun dan Seoul resmi memasuki musim dingin. Taehyung berdiri bersandar di pagar balkon apartemennya, mengabaikan hawa dingin yang begitu menusuk hingga ke tulang.
Matanya tak lepas menatap arah samping apartemennya, tepatnya apartemen milik Seulgi. Lampu di kamar Seulgi mati sejak tadi, tandanya sang penghuni sedang tidak berada di dalam. Sejenak rasa khawatir begitu terasa di hati Taehyung, tidak biasanya Seulgi akan pulang terlambat, dan sekarang sudah jam sembilan malam.
Ingatannya berkelana kepada kejadian pagi tadi saat Seulgi menginap di kamarnya.
Flashback
Taehyung terbangun ketika jam menunjukkan pukul enam, ia mengernyit saat menengok ke arah jendela ternyata hujan belum reda sejak semalam. Matanya melirik kearah samping, sosok Seulgi masih terlelap dengan nyaman di ranjang Taehyung.
Taehyung tersenyum kecil, Seulgi benar-benar tidur dengan berantakan. Bagaimana mungkin seorang gadis tidur dengan pose tak karuan seperti itu?. selimut tersingkap kemana-mana, bantal jatuh ke lantai, bahkan kepala Seulgi berada di pinggir ranjang dan jika ia bergerak sedikit saja bisa jadi gadis itu akan terjatuh ke lantai
Melihat hal itu, Taehyung ber inisiatif untuk membenarkan posisi tidur Seulgi. Terlebih cuaca sangat dingin, dan selimut gadis itu tidak terpasang dengan benar.
Dengan hati-hati Taehyung mendekati Seulgi dan mengangkat tubuh gadis itu ke tengah ranjang. Selimut yang tersingkap ia betulkan agar menutupi tubuh Seulgi dengan sempurna.
Namun tiba-tiba, Seulgi bergerak dalam tidurnya, tangan gadis itu bergerak mengenai punggung Taehyung dengan keras, membuat pemuda itu terkejut dan keseimbangannya terganggu. Disanalah kecelakaan itu terjadi, Taehyung terkejut saat menemukan wajahnya mengenai wajah Seulgi, dan lebih parahnya bibir mereka bersentuhan satu sama lain.
Sejenak Taehyung terpaku, jantungnya berdetak sangat keras. Wajah damai Seulgi saat tertidur membuat hati Taehyung lebih panas. Dengan segera ia memundurkan wajahnya, ia menatap Seulgi syok atas apa yang terjadi barusan.
Ia langsung berlari menuju balkon untuk menenangkan diri, tangannya gemetar tanpa ia sadari. Bahkan ketika Seulgi terbangun dan menghampirinya, ia masih belum bisa menghentikan perasaan gugupnya.
Wajah polos Seulgi membuat Taehyung kembali teringat kejadian tadi, dan ia tak sanggup lama-lama berada didepan gadis itu. Dengan secepat kilat ia berlari menuju kamar mandi setelah berpamitan pada Seulgi.
Benar, itu hanya kecelakaan, tidak bisa dihitung sebagai ciuman. Selagi gadis itu tidak tahu apa yang terjadi maka tidak masalah, ia akan menyimpan rahasia itu sampai mati. Taehyung terus memberi sugesti pada otaknya agar tidak berlarut-larut memikirkan ciuman itu, ia tak boleh terlihat seperti orang aneh didepan Seulgi, atau gadis itu akan curiga padanya.
Flashback end
Taehyung menghela nafas karena kembali teringat kejadian pagi tadi, seharusnya ia melupakan hal itu, namun hati dan pikirannya menolak melakukannya.
Dengan gamang ia memilih menunggu Seulgi di depan kamarnya, agar perasaan khawatir itu menghilang.
Setengah jam menunggu dengan gelisah, akhirnya sosok gadis yang menghantui pikirannya itu muncul juga, terlihat Seulgi membawa tas besar yang membuat Taehyung penasaran apa isinya.
“Taehyung apa yang kau lakukan didepan kamarku?” tanya Seulgi heran, dari jauh ia sudah melihat Taehyung yang sedang mondar-mandir di lorong apartemen mereka.
Taehyung menggaruk kepalanya yang tak gatal, mencoba bersikap biasa.
“Eum, aku menunggumu, kau lama sekali kembalinya”
Seulgi tersenyum kecil, “Ah, aku baru saja kembali dari rumahku untuk mengambil barang-barang”
Taehyung melirik tas besar ditangan Seulgi “Sepertinya tasmu terlihat berat, apa saja isinya?”
“Baju-baju wanita, tas dan sepatu wanita yang jarang ku pakai, aku akan mulai mengubah penampilanku mulai sekarang” jawab Seulgi sembari menunjukkan tasnya.
Mendengar penjelasan Seulgi, membuat Taehyung terdiam dan matanya menampilkan sorot tidak suka.
“Kau serius ingin berubah demi Jimin?”
Seulgi mengangguk dengan yakin “Tentu saja, bukankah aku pernah bilang cinta itu butuh pengorbanan? Aku akan melakukannya pelan-pelan”
“Tapi itu bukan gayamu, kau ini punya jiwa bebas, kau bahkan ingin menjadi pilot dan melihat dunia” Taehyung mencoba mengingatkan Seulgi akan jati dirinya dan juga mimpi yang selama ini ingin Seulgi wujudkan.
“Taehyung-ah, kita sekarang berada di dunia nyata. Sudah saatnya aku terbangun dari mimpiku dan memperjuangkan hal yang nyata didepanku,”
“Tapi mimpimu begitu indah hingga rasanya aku ingin berada disampingmu saat kau terbang”
Wajah Seulgi perlahan menjadi muram, ia tak pernah mendengar seseorang ingin berada disampingnya dan Taehyung adalah orang pertama yang memperlakukannya begini.
“Jika kau terbang bersamaku, mungkin ada yang akan cemburu”
Taehyung tak bisa berkata-kata, ia diam seribu bahasa dan hatinya berdenyut miris. Benar, bahkan ketika dirinya sendiri belum bisa menegaskan apa yang sebenarnya hatinya inginkan, bisa-bisanya ia mengkritik orang lain.
***
Siang itu Seulgi tiba-tiba mendatangi Taehyung dengan wajah ceria dan semangat yang membara. Ia mengatakan kalau Jimin mengirim chat dan mengajaknya jalan-jalan di menara namsan.
Memang setelah Seulgi mengubah penampilannya habis-habisan, hubungannya dengan Jimin mengalami kemajuan yang pesat. Tentu hal ini tak lepas dari peran Taehyung yang berusaha membantu Seulgi menemukan momen agar bisa mendekati Jimin.
Seulgi berdandan sangat cantik, bahkan menggunakan make up dan aksesoris yang begitu indah. Gadis itu terlihat sangat cantik, hanya saja Taehyung merasa senyum yang dilihatkan Seulgi bukanlah senyum bahagia, ia tahu kalau Seulgi tidak nyaman dengan penampilannya kini.
“Kau yakin mau berpenampilan seperti ini? Sekarang musim dingin dan kau malah memakai rok pendek” tegur Taehyung saat melihat penampilan Seulgi.
Gadis ini sama sekali tidak menjadi diri sendiri, Taehyung sama sekali tidak mengerti dengan pemikiran Seulgi yang terlalu menganggap rasa cinta akan muncul jika kau cantik atau tampan.
“Tidak masalah, selama salju tidak turun aku baik-baik saja dengan penampilan ini”
Palsu, mana mungkin Taehyung tak tahu kalau jawaban Seulgi adalah sebuah kebohongan. Namun ia memilih diam saja tak mau menyela dan membuat Seulgi tersinggung.
“Baiklah, lalu apa Jimin akan menjemputmu disini?” tanya Taehyung berusaha mengalihkan pembicaraan mengenai penampilan Seulgi.
“Aniya, kami akan bertemu di menara namsan”
Taehyung terdiam, ia memandang langit yang cerah, ramalan cuaca juga menunjukkan kalau hari ini tidak akan turun salju. Tapi entah mengapa ia merasa khawatir pada Seulgi, terlebih melihat pakaian yang dipakai gadis itu begitu tipis.
“Hati-hati di jalan” ucap Taehyung pada akhirnya
“Gomawo Taehyung-ah, kau sudah membantuku sejauh ini.”
“Aku merasa tidak melakukan apapun, perjuanganmu yang luar biasa”
Seulgi tersenyum kecut, jika tidak ada Taehyung mana mungkin ia bisa melangkah sejauh ini?. Taehyung bukan hanya sebagai patner dalam kerja sama mereka, melainkan adalah sahabat yang selalu membuat Seulgi kuat dalam menjalani hari.
“Aku pergi Taehyung-ah”
“Kau mau aku mengantarmu?”
“Tidak perlu, aku sudah memesan taksi,”
Dan setelah itu Seulgi langsung keluar dari apartemen Taehyung menyisakan sunyi dan perasaan aneh yang tiba-tiba menguar dari hati seorang Kim Taehyung
*
Walau kuliah sedang libur, namun Taehyung tetap datang ke kampusnya untuk menyelesaikan proyek fotografi bersama dengan teman-teman satu klubnya. Ia sibuk memotret hampir disemua sudut kampus, hingga matanya tak sengaja melihat sosok Jimin sedang berlatih basket di lapangan outdoor kampus.
Taehyung bingung, bukankah seharusnya Jimin sekarang sedang bersama Seulgi di menara namsan? Mengapa pria itu malah berada disini?. berbagai pertanyaan diotaknya memaksa Taehyung untuk mendekati Jimin dan menanyakan semuanya.
“Jimin-ah!”
Taehyung berteriak dan mendekati Jimin dengan kamera dilehernya. Yang dipanggil menoleh dan tersenyum melihat sahabat baiknya.
“Tumben sekali kau disini? Bukankah sekarang kuliah sedang libur?” tanya Jimin heran melihat sahabatnya berada di kampus pada hari libur.
“Aku sedang menyelesaikan proyek fotografi untuk acara festival seni kampus. Kau sendiri kenapa ada disini? Bukankah seharusnya kau berada di menara namsan dengan Kang Seulgi”
“Aku membatalkan janjiku dengannya, tiba-tiba klub basket mengadakan latihan di hari libur. Kau tahu kan pertandingan antar kampus akan dilaksanakan dalam waktu dekat”
Taehyung terperangah, ia tak menyangka Jimin akan membatalkan janji itu sedangkan Seulgi begitu bersemangat untuk bertemu dengannya.
“Kau membatalkan janjimu? Apa Seulgi tahu?”
“Aku sudah mengirim chat padanya kalau aku tidak bisa datang, tapi dia tidak membalas chatku sejak tadi”
Mendengar jawaban Jimin, hati Taehyung langsung panas. Rasa khawatir menumpuk dalam hatinya, terlebih saat ia lihat salju mulai turun dan teringat betapa tipisnya pakaian yang dikenakan oleh Seulgi.
“Kau gila! Kenapa kau tidak menemuinya di menara namsan, dan memberitahunya? Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?” desis Taehyung kesal sekali dengan ketidakpekaan temannya ini.
“kau ini kenapa? Dia sudah dewasa untuk tahu jalan pulang” ucap Jimin tak terima disalahkan.
Taehyung makin emosi, ia menatap Jimin marah
“Park Jimin! Kau tak tahu apa-apa!”
Dengan tergesa, Taehyung langsung berlari meninggalkan kampus. Ia benar-benar khawatir pada Seulgi, terlebih phonsel gadis itu sama sekali tidak aktif. Ia menuju menara namsan menggunakan taksi agar bisa lebih cepat sampai.
Salju turun dengan lebatnya, ramalan cuaca benar-benar salah dalam memprediksi cuaca hari ini. Menara namsan nampak sepi karena salju yang turun dengan lebat, orang-orang lebih memilih tinggal di rumah mereka bersama penghangat dan makanan ringan.
Taehyung terus mencari keberadaan Seulgi, tak memperdulikan tubuhnya yang mulai menggigil. Ditengah keputusasaannya karena tak berhasil menemukan Seulgi, ia melihat sosok yang dikenalnya itu sedang meringkuk kedinginan dibawah teras toko yang sudah tutup.
Mata Taehyung memanas, hatinya sakit sekali melihat Seulgi yang terlihat pucat tak berdaya. Tanpa ragu ia langsung berlari mendekati Seulgi, dan mengecek kondisinya.
“Kang Seulgi, kau baik-baik saja?” Taehyung memegang kedua bahu Seulgi memastikan kalau Seulgi tidak pingsan.
“Taehyung?” gumam Seulgi lemah, hawa dingin ditambah daya tahan tubuhnya yang lemah membuatnya tak berdaya, kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang.
“Ne, ini aku”
“Aku masih menunggu Jimin, dia janji akan datang” ucap Seulgi sedikit merintih karena kepalanya nyeri.
Taehyung menatap Seulgi kesal campur khawatir, mengapa ada orang sebodoh Seulgi di dunia ini.
“Kau bodoh atau apa, menunggu empat jam tanpa kepastian. Kau tahu? Jimin sudah membatalkan janji kalian, dia mengirim chat padamu tapi kau tak membalasnya”
Seulgi tertegun, jadi Jimin membatalkan janjinya? Mengapa ia bisa sebodoh ini menunggu Jimin selama itu?
“Phonselku rusak, tadi terjatuh saat turun dari taksi”
Taehyung tak ingin memperpanjang hal ini, ia melepaskan jaketnya dan memakaikannya di badan Seulgi, berusaha membawanya kembali ke apartemen
"Sudahlah, aku akan membawamu pulang”
Dengan sigap Taehyung membelakangi Seulgi dan berusaha membawa gadis itu di punggungnya.
Seulgi memeluk leher Taehyung erat, dan tak terasa air matanya mengalir melihat Taehyung yang begitu peduli padanya.
“Taehyung gomawo..” lirih Seulgi dengan suara yang tersendat.
“Tidak ada kata terima kasih dalam sebuah pertemanan, ini adalah kewajibanku sebagai temanmu”
Seulgi memejamkan matanya, dan pikirannya melayang jauh. Andai saja boleh, bisakah ia menginginkan Taehyung selalu berada disisinya?.
Tapi Seulgi takut jika perasaannya pada Taehyung akan berkembang jauh hingga ke tahap dimana ia memberikan hatinya untuk pemuda itu. Dengan semua kebaikan Taehyung padanya, membuat Seulgi bertanya-tanya sampai kapan hatinya bisa bertahan menganggap Taehyung hanya sebagai sahabatnya?.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Days (Vseul)
Fiksi PenggemarKehidupan tenang Taehyung tiba-tiba terusik dengan kedatangan yeoja aneh yang menawarkan kerja sama padanya. gadis itu bersedia membantunya mendekati Nayeon senior Taehyung di fakultas hukum asalkan Taehyung mau membantunya mendekati Jimin. berbagai...