Chapter 4 Akhir

53 9 3
                                    

Pada tahun kesepuluh Young Ge, kaisar sakit parah, ia menunjuk Tai Hao, putra Pangeran Si sebagai Putra Mahkota.

Melihat para penyihir itu dengan rewel melantunkan mantra di sisinya, aku hanya ingin melampiaskan kejengkelanku. Para Pendeta Tao ini, yang tidak lebih dari penipu, para mistikus yang mencoba berperan sebagai dewa, aku sungguh-sungguh berharap aku bisa mengungkapkan wujud asliku dan menakuti mereka semua sampai mati.

Dia telah lama terbaring sakit di kasur, tubuhnya telah mengurus hingga hanya menyisakan tulang berbalut kulit, cekungan di bawah matanya kian lama kian mendalam, namun tiap para Pendeta Tao ini datang, ia akan berusaha menjaga kesadarannya, melihat mereka menyelesaikan ritual aneh mereka.

Masalah kekaisaran telah sepenuhnya di tangani oleh Putra Mahkota. Karena Zi Wu tidak memiliki satupun selir, ia juga tak memiliki seorang putra, maka secara otomatis ia memilih putra kakaknya untuk menjadi penerusnya. Untunglah sang Putra Mahkota sangat menghargainya.

Ritual aneh ini akhirnya sampai pada akhir, para pendeta Tao itu meminta undur diri. Ia telah amat kelelahan, dan akhirnya menutup matanya untuk istirahat.

Aku duduk di sisinya, menunduk melihat wajahnya, aku tak bisa lagi menahan rasa asam yang menghujam hatiku.

Zi Wu..... Zi Wu, mengapa kamu harus mengalami penderitaan semacam ini?

Kehormatan apa yang Shang Ge miliki hingga layak kau rindukan seperti ini?

Kehormatan apa yang Sang Ge miliki, menerima kerinduan seperti itu darimu........

"Yang Mulia." Seorang kasim senior dengan sangat ringan memanggilnya, "Yang Mulia, Putra Mahkota ada di sini."

Dia sedikit membuka matanya, mengangguk ringan. Kasim itu mengundang Putra Mahkota masuk.

"Paman kaisar, apakah kau sudah merasa lebih baik?"

Zi Wu menggelengkan kepalanya, dengan lemah tersenyum kepada Putra Mahkota: "Bukankah ini sudah biasa, bagaimana dengan urusan kekaisaran?"

"Semuanya baik-baik saja seperti seharusnya, hari ini Hao-er datang berkunjung, dan membawa kabar besar untuk paman." Zi Wu menjadi semakin tertarik, ia membuka matanya untuk menatapnya. Tai Ho pelan-pelan berkata, "Beberapa waktu yang lalu, ketika sekretaris kekaisaran Xiao Zi berada di Tachun, di luar ibukota, ia bertemu dengan Pendeta Tai Xu. Xiao Yi kemudian mengundang Pendeta ke kediamannya sebagai tamu. Orang ini hanyalah ahli metafisika, haruskah kita mengundangnya kemari, maka paman Anda......"

Zi Wu melambaikan tangannya (menolak), ia tersenyum sembari berkata, "Pendeta Agung apa lagi? Sudah berapa banyak Pendeta Agung yang datang ke istana ini, tapi adakah satu pun yang menemukan bahkan sedikit petunjuk? Semua itu hanya omong kosong, tak lebih dari kebohongan belaka, menipu dengan kedok kemampuan mistis mereka untuk bermain layaknya Tuhan. Hao-er, kamu tidak boleh mempercayai mereka."

Tai Hao terpaku: "Tapi apakah paman tidak mempercayainya?"

"Percaya?" Ziwu tertawa, namun di ikuti rentetan batuk yang menyakitkan. Membuat orang-orang di sekitarnya cemas dan berebut memberinya air. Setelah agak lama, akhirnya ia tenang. Matanya menatap jauh keluar jendela seraya berkata, "Itu hanyalah cahaya obsesi yang tak bisa padam. Ketakutan ketika kelak waktuku tiba, ia telah enggan untuk menungguku. Hingga kini aku selalu menanti untuk dapat sedikit melihatnya, dengan demikian setidaknya hatiku bisa tenang."

Tai Hao tak sabar untuk berbicara: "Jadi apakah kita harus mengundang Pendeta Agung Tai Xu atau tidak paman?"

Zi Wu setelah diam beberapa saat: "Undang dia."

Hari berikutnya aku melihat Pendeta Agung Tai Xu ini. Keilahianya tampak begitu kuat, yang lebih penting adalah aku dapat merasakan adanya aura yang kuat yang aneh memancar darinya, menimbulkan rasa takut dalam diriku hingga aku memilih untuk menjauh. Begitu ia tiba di aula, aku hanya bisa merasakan adanya kekuatan yang besar menekanku, menekanku hingga aku sulit bernapas. Aku tak punya pilihan lain selain bersembunyi di luar. Aku hanya bisa memperhatikan mereka melalui jendela.

Pendeta Agung Xu tidak mempersembahkan penghormatan agung kepada Zi Wu, ia hanya mengangguk ringan sebagai penghormatan. Zi Wu juga tidak terlalu mempermasalahkannya dan membiarkannya saja. Ia menyuruh para kasim dan pelayan perempuan untuk pergi ke ruangan lain.

"Pendeta tua ini telah mendengar berita bahwa Yang Mulia sangat tertarik dengan Penyihir Tao beberapa tahun belakangan ini."

Bibir Zi Wu menyunggingkan senyum lemah: "tapi hanya untuk mendamba satu orang."

Pendeta Agung itu mengusap janggut abu-abu panjangnya: "Sang Ratu?" Mata Zi Wu langsung berkilat menatap pendeta itu. Sang pendeta hanya tersenyum sembari berkata: "Itu pastinya Sang Ratu, dia ada di sini." Ketika ia berkata demikian, ia melemparkan senyum padaku.

Hatiku kaku, tapi melihat ekspresi putus asa Zi Wu, wajahnya penuh dengan kegugupan, ia tak dapat melihatku.

"Kau melihatnya? Kau melihatnya?" Zi Wu terus bertanya, "Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia tetap menungguku? Apakah dia.... Dia...." Semakin ia bertanya kegelisahan dan kekalutan semakin terpapar jelas di tiap pertanyaanya, hingga ia sendiri kehilangan kata-katanya.

Mataku dipenuhi dengan rasa sakit yang tajam mampukah aku untuk melimpahkan air mataku, andai saja aku mampu aku sudah sesenggukan menangis tersedu-sedu.

Pendeta tua itu melihatku, sambil berkata: "Ratu telah terikat dengan ikatan yang kuat, hingga ia menjadi hantu. Jika dia tidak membebaskan jiwanya dan bereinkarnasi, aku khawatir dia akan terkurung di alam manusia dan berubah menjadi roh jahat."

Ikatan yang kuat...?

Sejak kapan aku memiliki sebuah ikatan yang kuat? Tatapanku berpindah ke Zi Wu, tersadar akan sebuah kenyataan yang baruku sadari, jadi ini bukan seperti aku memiliki beban keinginan atau ikatan atau semacamnya. Aku telah melewatkan suatu yang amat penting. Melekat pada Zi Wu dan dengan teguh menunggunya. Menunggunya menua, berada di sisinya, memperhatikannya setiap waktu.

Zi Wu membeku mendengar perkataan Pendeta Agung Tai Xu: "Bagaimana cara membebaskannya?"

"Tanpa adanya tanggungannya, tanpa adanya ikatannya, tanpa adanya bebannya, ia bisa bebas dan bereinkarnasi."

"Apa beban yang menghalangi Sang Ge?"

"Untuk itu, Yang Mulia harus menanyakannya pada diri Anda sendiri."

Zi Wu sekali lagi membeku, bibirnya bergumam pelan "ikatan yang kuat, tanggungan. Tiba-tiba dengan mengejutkan: "Dia menungguku, tentu saja dia menungguku." Kegembiraan dan kebahagiaan tergambar jelas di tiap kalimat yang ia ucapkan.

Pendeta Agung Tai Xu meninggalkannya dengan senyuman.

Malam itu, tak ada satupun yang menjaga kamar Zi Wu. Aku berdiri di bawah pohon plum di halaman, berdiri mematung memandangi bulan yang ditutupi awan.

Napas orang di dalam kamar perlahan berubah menjadi lebih berat, aku menengok ke belakang, dan melihatnya bersandar di jendela. Raut wajahnya menyunggingkan sebuah senyuman yang hangat. Seperti pertemuan pertama kami, di kota kecil Jiangnan yang berkabut, di antara rinai gerimis.

Aku seorang penyanyi wanita yang tidak terkenal, dia seorang marquis yang keren, begitu indah seperti pertemuan pertama dalam mimpi.

Bunga prem di belakang mekar penuh, kelopak bunga yang berguguran seperti salju merah muda yang menyelimuti tanah.

"Sang Ge." Dia berkata, "Aku sudah pulang."

Pada bulan ketiga tahun kesepuluh Yong Ge, kaisar meninggal dunia.

-selesai-

Big thanks to my editor yunda_7

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MULBERRY SONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang