DISCLAIMER:
so, this is basically my dating report number XXX after countless date in which this time I feel kinda special yet cheesy yet memorable.
hilih, bilang aja bapersetelah membaca ini, kusarankan banget untuk baca cerita selanjutnya di Universe yang sama berjudul "kilometers"
.mars.
*
Never in a million times, I would ever date the guy my friend recommend me.
Pertama, akan ada perasaan aneh serta sungkan apabila si pria ini tidak memenuhi ekspektasiku.
Kedua, akan ada rasa bersalah luar biasa apabila aku yang tidak memenuhi ekspektasi si pria mengingat beberapa temanku sebelimnya terlalu menjual diriku sebagai high quality single blablabla meanwhile I'm a potato.
Ketiga, because I knew this guy, aku tau setelah temanku sengaja mengatur pertemuan aku dengannya di acara nongkrong cantik kami. And he's kinda cute from the fist sight, yet his style kinda screams softboy and womanizer all over the place. The smile. The sweet smooth talk. The gaze. Oh. My. God.
Girls, you actually have known a trouble from the very first yet you're still...
Tapi tenang saja, ini bukan kisah klise gadis remaja polos jatuh cinta pada badboy lalu si badboy berubah deminya.
Jadi aku mencoba ramah ketika ia mengunjungi kolom pesan privat media sosialku dan menanyakan hal-hal standar ala sejoli yang berusaha dekat. Klise. Dan tentu saja aku tidak tertarik. Kalau kata anak sekarang, typingnya gak ganteng.
Dan untuk mempercepat fase, aku mengajaknya bertemu agar bisa segera kuputuskan bahwa kami tidak cocok sehingga tidak perlu berlama melanjutkan chat basi semacam itu. Karena jujur, aku capek.
Setelah berkali mencocokkan jadwal, akhirnya diputuskan weekend itu, di pagi atau sore hari kami akan bertemu. H min 8 jam bahkan aku masih belum tau mau kemana dan sebaiknya kami bertemu jam berapa karena pilihannya terlalu tidak menarik untuk kuturuti. Menonton. Ngobrol di cafe. Ah sudah kubilang aku bosan kan.
Bahkan malam harinya sebelum date itu aku masih sempat ber TGIF di cafe kekinian till drop. Dan berpikir apa aku pergi ke salon dulu paginya untuk merefresh diri dari pekerjaan yang belakangan padatnya gak ada obat, kemudian bertemu dia di siang menjelang sore, to make it short and concise sehingga aku ngga ada beban ktika temanku bertanya "Gimana sama si itu? Udah jalan?"
Tapi jiwa impulsifku memang selalu keterlaluan, terakhir saja aku sempat membeli tiket pulang pergi ke Kalimantan Timur demi bisa melihat orang utan. Karena patah hati kemudian berlibur ke destinasi wisata terlalu biasa saja, jiwa impulsifku dulu memilih untuk menjadi pecinta alam dan orang utan demi mengingat para mantan yang sedikit mirip mereka. Haha.
Oke. Long story short aku impulsif ingin pergi ke taman impian, ingin mencoba menikmati kencan romantis di taman bermain ala drama korea jepang atau film romantis barat. Karena yah, lagi-lagi demi mengingat kenangan manis para mantan. Yah toh pada akhirnya dateku di taman bermain selalu berakhir menjadi mantan, kalau ngga pasti aku tidak kencan dengan rekomendasi temanku kan?
Pagi harinya aku baru bilang ingin ke Dreamland, sebutlah sebuah taman bermain di ibukota yang cukup ternama. Ia bahkan ngga menjemput karena katanya dekat dari tempatnya, menambah rasa engganku untuk tidak melanjutkan segala tahapan PDKT dengannya, kami hanya bertemu di satu titik kemudian ia menjemputku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYDATE [Short Story - 1]
Romance"It takes a date to know why should I marry you." Never in a million times, I would ever date the guy my friend recommend me. Pertama, akan ada perasaan aneh serta sungkan apabila si pria ini tidak memenuhi ekspektasiku. Kedua, akan ada rasa bersal...