Return

4.7K 163 4
                                    

Orang bilang cinta pertama adalah cinta terakhir.

Aku rasa ada benarnya juga.

Bagiku dia adalah yang pertama dan terakhir yang pernah singgah dihatiku.

Januari, 2008
Aku berjalan menyusuri trotoar menuju ke sekolah. Menikmati suasana pagi yang sudah ramai dengan segala aktifitas orang-orang di Jakarta. Sesekali aku melihat pedagang asongan yang menawarkan barang dagangannya. Tiba-tiba mataku tertuju pada satu sudut jalanan yang lumayan sepi. Seorang gadis dan beberapa orang lelaki seumuranku. Aku berjalan mendekati mereka.

"Hanya banci yang menghajar seorang gadis." ujarku dingin saat salah satu dari mereka mengayunkan tangannya hendak memukul gadis itu. Lelaki itu menatapku tajam. Mungkin ia tidak senang dengan kalimatku tadi. Aku tersenyum miring. Dan balas menatapnya tajam. Menantang lelaki pengecut itu. Lelaki itu mendekat dan menarik kerah seragamku.

"Lo bilang apa tadi?" tanyanya tajam.

"Gue bilang lo banci! Beraninya sama cewek. Dasar pengecut!" desisku tajam. Lelaki itu melotot ke arahku. Ia pun mendaratkan pukulan tangannya tepat di pelipisku.

Arrgghh... Aku mengerang kesakitan. Aku tidak tinggal diam. Aku melepaskan diri dari cengkramannya. Lalu membalas pukulannya. Teman- temannya pun turut menghajarku. Tapi dengan sigap kutangkis semuanya. Mereka tersungkur satu per satu. Kutarik tangan gadis itu dan mengajaknya berlari. Kami berlari tanpa henti hingga di persimpangan jalan berakhir.

Kami berdua terengah-engah. Gadis itu tertawa kecil. Aku menatapnya bingung. Deg!! Seperti ada yang menepuk jantungku kuat. Seketika kurasakan semuanya berhenti saat ini juga. Senyum diwajahnya membuatku terpaku. Aku tidak yakin dia seorang manusia. Dia pasti seorang bidadari. Hahaha... Terdengar gelak tawa darinya. Aku memperhatikannya bingung.

"Kenapa lo ketawa?" tanyaku sambil mengatur napas. Gadis itu tersenyum padaku.

"Kita lari-lari gini persis kayak di film-film ya, hehe" ujarnya sambil terkekeh geli. Aku memperhatikannya lekat. Dia benar-benar gadis yang manis. Aku melihat seragam yang ia gunakan.

"Lo anak SMA Merah Putih juga?" tanyaku kemudian. Gadis itu mengangguk cepat. Aku memperhatikan wajahnya lekat. Apa benar dia anak SMA Merah Putih?

"Gue juga anak SMA Merah Putih, tapi gue ngga pernah liat lo." ujarku. "Ini hari pertama gue sekolah.
Oh ya, kenalin," ujar gadis itu seraya mengulurkan tangannya.

"Nama gue Yuki." Aku menerima uluran tangannya dan tersenyum.

"Nama gue Stefan." ujarku. Yuki tersenyum manis ke arahku.

Lalu kami memutuskan untuk berjalan bersama ke sekolah. Sepanjang perjalanan banyak hal yang kami bicarakan. Yuki, gadis itu pindah dari Ausie. Dia setahun lalu sempat tinggal di Jakarta, tapi kembali lagi ke Ausie. Dan sekarang ia memutuskan untuk kembali dan sekolah di Jakarta.

-----

Semuanya berjalan begitu saja.

Benar kata orang cinta dapat tumbuh karena selalu bersama.

Aku merasakan cinta karena kami selalu bersama.

Oktober, 2009
Aku dan Yuki pergi makan ke kantin bersama. Ada yang berbeda pagi ini. Tidak seperti biasanya Yuki menggunakan kacamata hitam. Aku berusaha mengintip ada apa dibalik kacamata itu. Yuki menahan kepalaku dengan meletakkan jari telunjuknya didahiku.

"Apa?" tanya Yuki pelan.

"Style baru?" tanyaku geli. Yuki hanya tertawa kecil mendengar ucapanku. Aku hendak melepas kacamatanya, tapi dengan sigap dia memegang tanganku.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang