60 Seconds

1K 68 0
                                    

Seorang lelaki duduk dimeja sebuah cafe yang saat itu sedang ramai pengunjung. Matanya menatap ke satu arah. Tatapan itu tidak lepas dari objek yang dilihatnya. Seorang gadis manis sambil tersenyum kepada para pengunjung. Ia tersenyum sembari memberikan daftar menu dan mencatat pesanan. Dengan keramahan yang dimilikinya, ia sanggup membius perhatian seorang lelaki yang saat ini sedang duduk di salah satu meja dan menatapnya dengan lekat. Setelah menghampiri meja semua pengunjung, kini tiba giliran meja si lelaki yang dihampiri oleh si gadis.

"Maaf, Mas. Mas mau pesan apa?" tanya si gadis.

Si lelaki hanya diam dan tersenyum sambil terus menatap lekat wajah si gadis. Bibir si gadis tetap menyunggingkan senyumannya.

"Mas," panggil si gadis lagi. Diam. Tidak ada jawaban. Tidak bergeming.

"Mas, kalau Mas-nya belum mau pesan sesuatu, saya permisi dulu." ucap si gadis seraya hendak pergi.

"Sebentar. Saya pesan Moccacino tanpa cream dan Strawberry cake tanpa cherry diatasnya," ujar si lelaki.

Deg... Kini mata si gadis yang menatap lekat si lelaki. Ia menatap si lelaki dari ujung rambut hingga kaki. Matanya tidak berkedip memperhatikan wajah si lelaki.

"Yuki," sebuah panggilan mengejutkan si gadis. Ia menoleh ke belakang dan melihat temannya sedang melambaikan tangan.

"Sebentar ya, Mas. Pesanannya akan segera saya antar," ujar Yuki. Si lelaki hanya menangguk dan tersenyum. Si lelaki tidak melepas pandangannya dari si gadis. Ia memperhatikan setiap langkah si gadis. Yuki pun menemui temannya.

"Ada apa?" tanya Yuki.

"Ada sesuatu yang pengen sampaikan sama kamu," ucap temannya dengan wajah serius. Yuki mengikuti temannya dari belakang. Mereka berdua berhenti tepat didepan loker milik Yuki.

"Kamu bawa kunci lokernya kan?"

"Bawa. Memangnya ada apa sih, Nin?" tanya Yuki yang merasa penasaran dengan sikap Nina.

Nina mengulurkan tangannya meminta kunci loker milik Yuki. Yuki pun memberikannya dengan rasa penasaran yang masih menyelimutinya. Nina membuka loker tersebut dan mengambil sebuah kotak berwarna merah yang berukuran sedang dari dalam loker.

"Ini... Udah saatnya kamu tahu," ucap Nina seraya memberikan kotak tersebut pada Yuki.

Dengan perasaan bingung bercampur penasaran, Yuki membuka kotak tersebut. Perlahan ia membukanya dan mengambil isinya. Sebuah amplop berwarna putih dan beberapa lembar foto. Yuki tercekat. Matanya menatap nanar lembaran foto yang sekarang berada ditangannya. Ia menatap lekat setiap lembaran foto-foto tersebut. Diantara foto-foto tersebut ada dirinya bersama seorang lelaki.

"Ini..."

"Namanya Stefan. Dia salah satu pengunjung cafe ini. Dia orang yang selalu mengantar dan menjemput kamu ke cafe setiap hari. Dia juga orang yang selalu betah berlama-lama ngobrol sama kamu. Dia orang yang..."

"Menanggung semua biaya operasi mata aku," potong Yuki lirih. Nina mengangguk pelan. Yuki membuka amplop berwarna putih itu dan membaca isi suratnya. Ia menarik napas pelan.

Dear Yuki,
Aku Stefan. Orang yang selalu membuat kamu merasa risih dengan kehadirannya. Orang yang selalu menghambat pekerjaan kamu karena terlalu seringnya aku mengajak kamu bicara. Mungkin aku adalah orang yang paling menyebalkan yang pernah kamu kenal selama hidup kamu.

Yuki, begitu banyak yang ingin aku ceritakan sama kamu. Begitu banyak hingga waktu yang ada tidak cukup untuk mengatakan semuanya. Tapi ada satu cerita yang harus aku ceritakan dan kamu harus tahu.

Yuki, seorang gadis manis yang aku kenal. Dia begitu menarik perhatianku hingga aku sulit untuk berpaling darinya. Cara dia tersenyum, cara dia bicara, cara dia menatap, hingga cara berjalannya pun sangat menarik perhatianku. Kalau ditanya mana diantaranya yang paling menarik, maka jawabannya... Tidak ada. Karena, bisa dikatakan apapun yang kamu lakukan selalu menarik perhatianku. Aku tahu saat ini pasti kamu sedang tersenyum manis, mendengar kata-kata dari orang yang paling menyebalkan ini. Eh, satu lagi dari orang yang paling ganteng. Hehehe....

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang