"Cinta itu sederhana. Hanya tiga kata. Wo Ai Ni. Aku cinta kamu. I Love You. Dan lo juga punya dua jawaban yang sederhana pula. Ya atau tidak. Hanya itu. Kenapa sampe sekarang lo belum ngasih jawabannya ke gue,"
"Stefan, cinta itu ngga sesederhana yang lo pikir. Cinta itu kasih sayang. Kebencian. Menghargai. Cemburu. Bahagia. Iri. Pengorbanan. Semua akan lo temuin dalam cinta itu sendiri. Gimana bisa lo bilang cinta itu sederhana,"
"Yuki, cinta menurut pandangan lo itu terlalu rumit. Karena elo mengartikannya seperti itu. Coba lo hanya memikirkan satu kata dari cinta. Bahagia. Maka cinta itu akan bahagia." Yuki tersenyum.
"Cinta itu keegoisan dan waktu. Ehmm... gue pergi dulu. Jawaban atas pernyataan lo kemaren gue tunda sampe minggu depan." ujar Yuki seraya berlalu.
"Cinta itu elo, Ki. Kenapa sulit sih tinggal bilang iya aja," gerutu Stefan sembari merapikan buku-buku yang berserakan di lapangan.
=====
Stefan Alfary William, cowok yang menjadi idola para cewek disekolahnya. Namun tidak ada satu pun cewek yang berhasil menarik perhatiannya, kecuali satu orang. Yuki Reinzy Kato, cewek yang ia kejar selama 3 tahun ini tidak pernah menanggapinya dengan serius. Yuki selalu berpikir kalau perasaan Stefan hanya main-main saja terhadapnya. Sampai akhirnya kejadian dilapangan basket kemarin.
Disana, ditengah lapangan basket, ditengah pertandingan yang sedang berlangsung, Stefan dengan lantang menyatakan cintanya pada Yuki. Jelas saja semua orang meneriakinya. Memaksa Yuki menerima cinta Stefan. Selama ini Yuki hanya tahu kalau Stefan adalah tipe orang yang suka bercanda. Tidak pernah serius. Makanya hari itu ia menganggap semua hanya lelucan. Hingga tadi siang, sepulang sekolah, Stefan memburu Yuki untuk meminta jawaban atas pernyataannya kemarin.
Sebenarnya Yuki sudah tahu jawaban apa yang akan ia berikan untuk Stefan. Namun ia tidak sanggup mengatakannya. Setelah ia meninggalkan Stefan dilapangan, Yuki sebenarnya masih ada disana, dibalik pohon. Memperhatikan Stefan lekat dengan jarak lumayan jauh. Sesekali ia tersenyum kecil saat melihat tingkah Stefan yang kesulitan menyusun lembaran soal.
"Gue suka sama Stefan... Lo mau kan bantuin gue ngedapetin dia,"
Yuki mendesah pelan saat ia mengingat permintaan sahabatnya itu, Nasya Zatya Marcella. Sahabat yang rela memberikan apapun untuk dirinya. Sahabat yang menjadi saudara. Yuki berhutang budi pada Nasya. Orangtua Nasya sudah membiayai sekolah Yuki selama ini. Dari ia kecil hingga 17 tahun, Yuki hidup dari biaya orangtua Nasya.
Terlahir sebagai anak yatim piatu bukanlah keinginan Yuki. Namun itulah kenyataan yang harus Yuki terima. Hidup di panti asuhan ditengah orang-orang asing. Saat itulah orangtua Nasya merentangkan kedua tangan mereka untuk menerima Yuki dan mengangkat Yuki sebagai anaknya. Bagaimana lagi cara Yuki membalas kebaikan itu, selain mengorbankan apa yang bisa ia berikan. Termasuk cintanya.
=====
"Yuki, semuanya udah Papa siapin di Inggris. Jadi, setelah kelulusan kamu langsung berangkat aja," ujar Papa Nasya yang sudah menjadi ayah Yuki selama belasan tahun.
"Iya, Pa." ujar Yuki. Selain iya, apa lagi yang harus ia katakan.
Segala sesuatunya memang telah dipersiapkan dengan matang. Inggris menjadi tempat pelarian Yuki. Tempat ia menyembunyikan diri. Tempat ia membuang perasaan cintanya. Yuki tersenyum kecil saat melihat fotonya bersama Stefan, Nasya, dan sahabat-sahabatnya. Mereka adalah sahabat. Tapi karena cinta, Stefan membuang kata sahabat menjadi cinta. Dan saat itu, Nasya benar-benar terluka. Karena tidak ingin melihat Nasya menderita, kalimat itu begitu saja keluar.
"Gue akan bantuin lo dengan Stefan."
=====
"Malam ini di Cafe Muses. Pukul 7 malam."
![](https://img.wattpad.com/cover/30236944-288-k504336.jpg)