That Man

1.1K 78 0
                                    

Story ini terinspirasi dari lagu nya Hyun Bin - That Man.
Happy Reading :)

-----

One man loves you
That man loves you wholeheartedly
He follows you around like a shadow
That man is laughing and crying

-----

Aku memperhatikan gadis itu lagi. Gadis yang selama 5 tahun ini membuatku sulit memejamkan mata, karena bayangannya selalu ada disetiap pandanganku. Gadis yang memiliki senyum indah, senyum yang mampu menenangkanku. Gadis itu, gadis yang kucintai. Gadis yang selalu membuatku tertawa sekaligus menangis dalam waktu yang bersamaan. Aku memandang wajahnya yang hampir tidak pernah menunjukkan kesedihan. Selalu ada senyum dan tawa tercipta di wajah manisnya.

"Yuki..." seseorang memanggilnya.

Yuki pun tersenyum seraya melambaikan tangannya. Seorang lelaki kini berbicara padanya. Aku menjadi kesal, karena tubuh lelaki itu menutupi dengan sempurna tubuh Yuki. Itu membuat aku tidak bisa melihatnya dengan leluasa. Aku mendengus kesal saat lelaki itu mulai mengajak Yuki pergi. Aku pun mengikuti jejak langkah kaki Yuki. Entah kemana gadis ini akan pergi. Tapi aku terus berjalan mengikutinya seperti bayangan.

-----

Just how much, how much more
Do I have to gaze at you alone
This love that came like the wind, this beggar-like love
If I continue this way, will you love me?
-----

Langkahku terhenti saat kulihat Yuki memasuki kelasnya. Aku hanya bisa melihatnya masuk tanpa bisa mengikutinya lagi.

"Stefan, ngapain lo disini? Bukannya anak kedokteran di atas, ya?" tanya Kevin, lelaki paling usil sekampus. Meskipun begitu, dia tetap sahabatku.

"Ini juga baru mau naik ke atas," ujarku yang membuat Kevin tersenyum geli. Aku bisa melihat ide jahil dibalik senyuman itu. Kevin menatapku jahil.

"Apa?" tanyaku pendek.

"Sampe kapan lo akan jadi pengikut setia Yuki, heh? Dia ngga akan pernah tahu kalo lo ngga bilang," ujar Kevin. Aku menatapnya dengan wajah bingung yang ku buat-buat.

"Jangan memasang wajah yang mengekspresikan lo ngga tahu apa-apa," ujar Kevin kesal. Aku tertawa geli, karena berhasil membuat Kevin kesal pagi ini.

"Belum saatnya," ujarku pelan.

"Kapan saatnya? Dia gadis paling cantik yang super dengan segala kebaikan dan keramahan nya. Ngga hanya lo yang berharap milikin dia. Masih banyak, Stef. Bahkan yang lebih dari lo. Gue sebagai sahabat cuma bisa kasih saran, Do it now. Or you're get nothing." perkataan Kevin membuat aku terhenyak. Benar, kalau tidak sekarang, kapan lagi. Selama ini aku hanya memperhatikannya dari jauh. Melihat senyumnya diam-diam. Memberinya hadiah di loker tanpa memberikan identitas diri. Bagaimana dia akan tahu perasaanku selama ini.

-----

Just come a little nearer, a little more
If I take one step close to you, then you take two steps back
I who love you am next to you now
That man is crying

-----

Usai kelas terakhir aku segera turun dan berlari menuju kelas Yuki. Syukur, kelasnya belum bubar. Aku menunggu Yuki di depan kelasnya sambil sesekali mengintip kedalam. 15 menit kemudian kelas bubar, Yuki pun keluar. Senyum itu. Senyum yang membuatku selalu ingin berada di dekatnya. Yuki berjalan pelan sambil sesekali tertawa ramah dan tersenyum manis pada temannya. Aku pun tersenyum kecil ke arahnya.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang