Aku tidak tahu bahwa ucapannya hari itu akan menjadi kenyataan dan merubah seluruh hidupku~
•••
23Mei2019
Berhari-hari Veve terus memikirkan ucapan Abrian. Memangnya apa yang akan terjadi?
Saat Veve sedang asik menulis diary terdengar suara berbisik-bisik diluar. Semakin lama bisikan itu semakin terdengar jelas.
Dor dor dor Suara pistol saling bersahutan.
"Apa itu." Ucap Veve pelan.
Dengan berani Veve keluar kamar dan turun ke lantai dasar.
Dilantai bawah Veve mendengar semuanya,
"Bebaskan anak-anak yang tidak bersalah!" Ucap seorang pria
"Tidak bisa!" Seru ketua Jack
"Oke,itu pilihanmu" ucap si pria tadi
Dor
Dor
Dor
Aksi tembak menembak pun tidak terelakkan."Siapa mereka?" Gumam Veve dibalik tempatnya bersembunyi
Srek Bajunya ditarik oleh seseorang.
Veve berusaha berteriak, namun mulutnya sudah disumpal terlebih dahulu.
"Ssstt tenanglah," Ucap orang itu dengan suara familiar
"Ini aku, Abrian!" Lanjutnya
Mendengar itu membuat Veve sedikit tenang. Setidaknya orang yang membawanya pergi adalah Abrian, orang yang dikenalnya dan juga orang yang dipercaya untuk saat ini.
Semakin lama, semakin jauh mereka pergi, dan semakin jauh pula sumber suara-suara tadi.
"Ada apa ini?" Tanya Veve setelah Abrian melepaskannya
"Penyelamatan" Jawab Abrian ambigu
"Ha?" Tanya Veve bingung
"Mereka semua yang datang karena menyelamatkan kita dan anak-anak yang beruntung lainnya" Jelas Abrian
"Menyelamatkan dari apa?" Tanya Veve masih bingung
"Begini, rumah atau tempat tinggal yang kau tinggali selama ini adalah tempat para terorisme" Jelas Abrian lagi.
"Ha? Kamu tahu darimana?" Tanya Veve
Belum sempat mendengarkan jawaban Abrian, pandangan Veve menggelap dan Brak Veve terjatuh tak sadarkan diri.
"Maaf"
"Semoga saat bertemu nanti, kamu bisa mengingatku"
Flashback off
|||
"Hei you!" Tegur senior Veve
"Eh?!, maaf" Ucap Veve
"Jangan kebanyakan melamun karena itu akan membahayakan orang-orang disekitarmu" Ucap senior dengan ketus.
Veve menatap sang senior yang pergi tanpa mendengarkan alasannya. Veve juga merasa pernah kenal atau familiar dengan sang senior tadi.
"Hai! Are you oke? Are you sick?" Tegur temannya, Zero.
"No, I am fine."
"Yakin? Wajahmu nampak pucat and kau terlihat tidak baik-baik saja!"
Veve terdiam, merasa tersindir atas ucapan teman baiknya.
"Hello? Apakah aku berbicara dengan patung?!" Ucap Zero kesal. Veve masih diam memandang lurus kearah perginya sang senior tadi.
"Folge mir"
Translate: "ikuti aku"Zero menarik tangan Veve ke ruang kesehatan yang tersedia.
Setibanya diruang kesehatan, Zero menyuruh Veve untuk duduk diatasnya tempat tidur.
"Tell me, is something bothering you?"
"Apa yang terus kau pikirkan?"
"Apakah masalah tadi pagi? Ayolah, jangan pikirkan masalah itu, lagian itu hanya sebuah kecelakaan"
Zero dengan sabar memancing dan menunggu agar temannya bercerita.
"Hey! Veve! Aku berbicara denganmu!" Seru Zero dengan lembut
"Aku cuman kecapean kok!" Sahut Veve
Zero menatap Veve, meski tahu Veve berbohong namun Zero tetap menganggukkan kepalanya.
'ada apa denganmu' batin Zero bertanya-tanya.
"Oke.. jadi kau ingin istirahat dulu? Masih ada waktu satu jam lebih sebelum seleksi"
"No! Aku ingin mencari udara segar!" Tegas Veve
"Ya, terserah dirimu sajalah, kalau ada apa-apa kasih tahu aku ya" Ucap Zero membuat Veve tersenyum.
"Okey, boleh kau tinggalkan aku sendiri?" Usir Veve dengan halus. Saat ini dia butuh waktu sendiri.
Meskipun ragu, Zero akhirnya meninggalkan Veve seorang diri didalam ruang kesehatan.
"Siapa aku? Kenapa aku merasa kehilangan sebagian diriku?" Batin Veve mengulangi kalimat yang sama berulang kali.
Veve memutuskan untuk berbaring sejenak. Namun baru akan merebahkan diri ke atas kasur, Veve melihat ada bayangan orang yang menggunakan pakaian serba hitam. Merasa penasaran, Veve berjalan mendekati objek.
Saat hampir mendekati tempat orang misterius itu, tiba-tiba orang misterius itu menghilang dengan cepat.
"Hei! Tunggu!" Ucap Veve sambil berusaha mengejar, namun ia kalah cepat.
"Siapa dia? Apakah mata-mata?" Tanya Veve kepada dirinya sendiri.
Veve mengamati keadaan sekitarnya yang nampak sepi, saat akan berbalik pergi, ia menemukan sebuah gelang berbandul Galaksi.
"Gelang? Apakah punya orang tadi?" Gumam Veve sambil memperhatikan gelang yang ada digenggamnya.
"Cantik." Ucap Veve menilai gelang yang menarik perhatiannya.
"Siapapun kamu, aku berharap kamu bukan orang jahat" Ucap Veve sambil tersenyum menatap gelang digenggamnya.
"Senang melihatmu kembali" Ucap seseorang yang menatap Veve dari kejauhan.
Yuk bantu dukung cerita ini dengan vote and komentar dari kalian setelah membaca yaa 😇.
Serta jangan lupa follow Instagram aku @rrrrrr.ka and @kyririalsya_
KAMU SEDANG MEMBACA
VZ'S
Science Fiction[Ranuculus's Story] Cerita ini bertema sci-fi, tentang kisah seorang agen perempuan yg menulis kisahnya didalam sebuah diary lalu dengan sukarela ia menceritakan ulang kisahnya kepada kita. Kisah ini juga tentang dia, agen perempuan satu-satunya sek...