BAGIAN DUA

111 19 6
                                    

"Arghhh! Jen pelan - pelan.. sakit.."

Tangan Jeno dengan telaten membersihkan luka - luka pada lengan gadis di depannya. "Setan itu ngapain lo lagi sih?!"

Ara sekarang berada di kediaman Lee Jeno, sahabatnya. Jangan salah, penghuni laut juga punya rumah seperti manusia. Apalagi Cursea merupakan kerajaan besar jadi pekembangannya juga sudah lumayan.

Jeno yang kaget karena tiba - tiba Ara berada di depan pintu rumahnya dengan keadaan babak belur pun membawanya ke dalam untuk diobati.

Sebenarnya nggak cuma sekali ini Ara tiba - tiba datang ke rumah Jeno dengan keadaan 'tidak baik'. Lumayan sering. Tapi hari ini terbilang yang cukup parah.

"Biasa," kata gadis itu lirih sambil menunduk.

Jeno yang semula sedang mengobati luka di tangan Ara seketika berhenti. Ia menatap gadis di depannya lekat. Merasa iba.

"Dimana - mana itu kakak yang jagain adeknya. Emang dia punya kelainan apa sampe harus lo jagain setengah mati gini? Manja banget!"

"Bunda selalu bilang kalo kak Yoora itu berarti banget buat dia."

"Ck.." Jeno berdecih sinis,

"Disini nyawa lo seakan bisa ilang kapan aja, Ra." kata Jeno seraya beranjak pergi.

Ara paham. Jeno yang biasanya tidak banyak omong bisa semarah ini karena khawatir padanya. Diam - diam Ara bersyukur karena dikaruniai sahabat sebaik Lee Jeno. Satu - satunya yang peduli kepadanya.

Ara dan Jeno sudah selalu bersama sejak masih kecil.

Ara tidak punya teman lain selain Jeno karena Yoora selalu saja merebut siapapun yang berusaha mendekatinya.

Kalau soal Jeno, Yoora angkat tangan. Jeno sama sekali tidak tertarik pada perempuan caper seperti Yoora. Segala cara sudah Yoora coba untuk menyingkirkan Jeno dari sisi Ara tapi mereka sudah telanjur lengket sulit dipisahkan.

Yoora pun menyerah dan membiarkan Ara berteman dengan Jeno, setidaknya hanya punya satu.

Jeno pergi ke sudut ruangan. Di sana ada rak yang terdapat botol - botol ramuan beraneka bentuk dan warna.

Jeno mengambil satu botol kecil yang berisi cairan berwarna hijau.

"Ra, minum. Ini buat mempercepat penyembuhan luka lo."

"Makas- Ahh.." Ara ingin mengambil ramuan obat dari tangan Jeno tapi sepertinya tangannya sudah mati rasa karena efek setruman yang diberikan volta tadi begitu besar. Dia tidak bisa menggerakkan tangannya untuk sementara waktu.

Jeno yang bingung beralih duduk di samping Ara "Ra, tangan lo kenapa?"

"E-eh, gak papa Jen. Mungkin tadi dipukulnya kekencengan aja hehe,"

Sempet - sempetnya ketawa padahal badan lo bonyok gini, Ra.

"Serius cuma dipukulin doang lo?"

"Yaelah iya, santai aja kali."

Nggak. Jeno nggak percaya gitu aja. Ara itu terlalu baik kalo sama keluarganya. Dikasarin kaya gimanapun Ara bakal tetep sayang sama mereka. Jeno jadi curiga kayaknya Ara udah disantet sama mereka.

Jeno pun membantu meminumkan ramuan itu ke Ara. Setelah selesai menghabiskannya, Jeno tidak sengaja melihat bekas goresan memanjang yang khas di lengan Ara yang tidak bisa digerakkan tadi.

"Ra?"

"Hmm?"

"Lo habis disetrum?"

"Enggak kata siapa."

TACENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang