Hidden | 1

14 0 0
                                    

Gadis itu menenteng tasnya menuju kelas di ujung gedung. Banyak pasang mata yang menatapnya aneh. Sejak dua tahun lamanya ia bersekolah disini, ia bahkan tak memiliki teman walau seorang. Kebiasaannya berbicara sendiri membuat orang-orang enggak mendekat.

Seperti sekarang ini, gadis itu terlihat tertawa sendiri dengan angin kosong di sampingnya. Itu yang mereka lihat. Namun, berbeda dengan gadis itu, ia justru tengah berbincang ria dengan Anton, hantu penjaga Uks yang sudah menjadi sahabatnya belakangan ini.

"Aneh!"

"Kenapa sekolah kita bisa menampung orang gila macam dia?!"

"Jangan dekat-dekat nanti gilanya ketularan,"

Itulah kiranya kata-kata yang hampir setiap hari diterima Mela. Yah, dia Imelda Aghnia Pranada, gadis yang tahun ini baru menginjak angka tujuh belas tahun.

Sekarang, gadis itu terlihat pamit dengan angin kosong disampingnya sebelum benar-benar meninggalkan koridor sekolah menuju kelasnya. Mereka yang menyaksikan hanya mengindikkan bahunya ngeri.

"Halo, selamat pagi semuanya," sapa Mela sambil melangkah masuk ke dalam kelas. Tak lupa dengan senyum lebarnya yang setiap hari ia tunjukkan.

Tak ada yang menjawab selain sosok wanita berambut panjang yang menutupi hampir sebagian wajahnya. Sosok itu melambai ke arah Mela, Mela membalasnya dengan lambaian pula. Seluruh teman kelasnya melihat ke arah sudut ruangan tempat mela melabuhkan sapaannya, yang sudah jelas tak ada siapa-siapa disana. Seperti biasa, mereka tak menghiraukan tingkah Mela yang memang terkenal gila.

Mela duduk di bangkunya. Disampingnya adalah bangku kosong yang sama sekali tidak ada yang mau mengisi. Hanya Kinan, sosok kutilanak penjaga kelas yang sudah cukup lama akrab dengan Mela.

"Kinan, sini!" panggil Mela dengan suara pelan pada sosok itu.

"Apa, sih, Mel. Ganggu Kinan selfie aja," balas Kinan sambil menurunkan ponselnya, lalu menatap Mela dengan malas.

"Sini, ada yang mau Mela omongin!" panggil Mela lagi.

"Hm." Kinan mendehem, lalu terbang ke arah kursi kosong disamping Mela.

"Kenapa lagi, Mel? Butuh bantuan lagi? Atau ada yang ngebully Mela lagi? Sini biar Kinan jadiin rujak sekalian," ujar si mba kunti yang paling eksis di alamnya.

"Bukan itu, tadi Anton ngajak kita main di lapangan belakang kalau jam isturahat, Kinan mau 'kan?" tawar Mela. Kinan langsung tersenyum miring mendengar nama yang sangat tidak asing lagi ditelinganya.

"Apa?!! Kinan gak salah dengar?!! Kinan hantu paling geboy mempesona di ajak main sama hantu modelan Anton?!! Strawberry mangga apel, sorry gak level!!" tolak Kinan mentah-mentah. Mela merubah rautnya menjadi kecewa.

"Kenapa? Bukannya dulu kinan yang selalu ngejar-ngejar Anton?"

"Itu kan dulu, Mel. Sebelum Anton jadian sama suster ngesot sok kecakepan itu, terpotek-potek hati Kinan, Mel." Kinan mendrama, ia mendengus kesal. Sementara Mela hanya tertawa pelan, menutupi mulutnya dengan telapak tangan agar tak tertawa lepas.

"Hahaha... jadi Kinan sakit hati sama Anton?"

"Kamu kira hantu gak punya perasaan?!! Makanya Mel, cari cowo kek. Gak bosan apa jomblo melulu? Kalau Kinan jadi manusia, sudah Kinan godain mas-mas ganteng dikelas sebelah," saran Kinan, Mela terlihat acuh tak acuh.

"Gak ada cowo yang berani dekatin Mela," jujur Mela, ia sebenarnya ingin seperti teman sebayanya yang menikmati cinta di masa muda. Namun apa boleh buat, jangankan suka, yang melirik gadis aneh macam Mela saja tidak ada.

Hidden (When I Meet You In The Dark Soul) - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang