DEVAN POVSetelah pertemuan pertamaku dengannya pagi tadi, aku terus-terusan bertemu dengannya. Yang paling mengejutkan adalah dia sebagai muridku. Salahsatu Murid perempuan yang nakal.
Sepulang sekolah aku juga sempat memanggilnya ke ruanganku untuk membicarakan ketidak hadirannya setiap pelajaran Matematika. Selama ini dia sering tidak masuk pelajaran matematika, kasarnya dia sering BOLOS!
Jam menunjukan pukul 16:25 , saat aku pulang aku melihat seorang gadis perempuan disebuah halte yang tidak jauh dari sekolah, dia memakai seragam sekolah tempatku mengajar.
Saat sudah dekat, aku melihatnya memejamkan mata dan memegang kedua tangan nya seperti sedang memohon. Setelah kuberi klakson, ternyata dia adalah murid nakalku itu.
Dengan tak tega aku mengajaknya pulang bersamaku. Tapi di perjalanan, hujan tiba-tiba turun. Dia terus menepuk punggungku menyuruhku untuk berhenti dan setelah berhenti, dia cepat-cepat turun dari motorku dan lari menuju sebuah tempat kecil yang cukup teduh.
"Duh, baru juga lima langkah dari halte udah kena hujan. Sial gue hari ini." Itu yang aku dengar darinya. Aku menatapnya sekilas, kulihat dia sedang mengelap wajahnya yang terkena air hujan.
Hujan tak kunjung reda, malah semakin deras, ditambah angin kencang pula.
"Dingin banget." Kudengar dia bergumam.
Aku tidak tega melihatnya kedinginan. Ditambah lagi dia terlihat menggigil dan juga menggesekken kedua tangan nya supaya hangat. Akupun membuka jaket yang aku pakai dan menyampirkan di badan nya. Yaa supaya bisa sedikit menghangatkan.
"Makasih pak" ucapnya. Tapi aku tidak meresponnya.
"Dasar guru lak---'' belum selesai dia bicara, suara petir mendahuluinya dan menyambar sangat keras
DUUARRRR !!!
Ia yang kurasa ketakutan mendengar suara petir tersebut, refleks memelukku dengan begitu erat. Tapi pikiranku negatif terhadapnya.
'Apa dia mencari kesempatan dalam kesempitan?' Tanyaku dalam pikiranku.
Tapi aku salah besar. Kudengar isakan tangis dibawahku. Dia sudah melepas pelukanya dariku ternyata. Dia menyembunyikan wajahnya diantara lututnya yang ia peluk bersamaan.
Aku merasa tidak tega melihatnya menangis seperti itu, akupun berjongkok mensejajarkan diriku dengannya. Mengelus punggungnya mungkin suatu cara untuk menenangkannya. Tetapi setelah kucoba cara tersebut, tangisnya semakin pecah. Akupun berinisiatif untuk menarik tubuhnya kedalam pelukanku.
Kurasa dia merasa tenang, isaknya sudah tak terdengar sehisteris tadi lagi. Dan saat dia mengangkat wajahnya, ingin rasanya aku tertawa terbahak-bahak saat itu juga, tetapi aku mencoba menahannya sebisaku.
Bagaimana tidak? Jika kalian melihatnya langsung, tawa kalian akan pecah saat itu juga. Kalian harus tahu, wajahnya itu terlihat sangat merah, benar-benar merah, kepiting rebus saja bisa kalah dengan nya.
Aku mencoba menetralkan diriku, memalingkan wajahku dari hadapannya. Aku benar-benar sudah tak kuat lagi menahan semua cobaan ini. HHHH
"Sudah mulai reda. Ayo kita pulang!" Ucapku memecah keheningan. Kulihat raut wajahnya masih memberi tanda tanya.
ADELIA POV
'Siapapun Tolong hilangkan gue dari muka bumi ini.!!' Teriakku dalam hati.
Aku sudah malu, benar-benar malu. Dasar guru laknat!!!!!!!!!
''Dasar gue bego..... Bisa-bisanya gue meluk tuh guru laknat. Tapi kan gue benar-benar takut sama petir. Meluk?? Itu mah reflekss'' teriakku masih dalam hati
![](https://img.wattpad.com/cover/238686993-288-k377280.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TEACHER IS MY HUSBAND
Teen Fiction"Yak.... bisakah kau membantuku untuk bangkit? Mengulurkan tanganmu misalnya? Aku bahkan tidak memintamu untuk merangkul pinggangku! Wah benar-benar sekali kau ini." Aku yang merasa kesal sedikit menaikkan intonasiku. Dia menoleh kearahku, tanpa ber...