Chapter 2.

82 19 0
                                    

Delvin menuju kelasnya dengan perasan kesal karena ulah gadis meyebalkan itu. Ketika Delvin sampai di kelas 12 MIPA 3, ia menghapiri seorang cowok yang sedang duduk di meja paling pojok dekat dengan jendela. Lalu Delvin duduk sebelah cowok yang sedang asik mengobrol.

"Woy, bro apa kabar?" Sapa cowok yang duduk disebelahnya.

"I'm good, btw lo apa kabar Den?" Tanya Delvin pada cowok itu.

"Baik," balas Danial.

Oh iya, Denial Dereck adalah sahabat delvin sejak kecil. Denial menganggap Delvin itu seperti Saudaranya sendiri. Kadang baik kadang juga nyebelin. Tapi ganteng, selalu menjadi incaran para kaum ciwi-ciwi. Dan sekaligus kapten basket di SMA Nusantara. Gaya cool dan seorang bad boy.

"Lo kenape Vin?" Tanya cowok yang duduk di depan mereka.

"Nggak," balas Delvin santay.

"Muka lo kusut banget kayak jemuran emak-emak," kekeh cowok itu.

"Enak aje lo," ucap Delvin. "Kalian tau gak cewek yang namanya Amanda Agatha?" Tanya Delvin.

"Ga sekolah kita kan sekolah elit sekolah termewah gak semua orang bisa masuk kesini."ucap Denial

"oh yah gue tau. Emang kenapa?" ucap Aldin seraya memicingkan matanya.

Aldin Alvaro adalah sahabat Dalvin dan Denial sejak SD. Aldin itu sejak SD perilakunya sama sekali tidak ada yang di rubah, selalu memalukan, kadang koyol dan selalu memiliki banyak cewek. Yah, itu lah kebiasan Aldin Alvaro, gak mainin cewek hampa hidupnya.

"lo tau?" ucap Delvin.

"Iya dia itu disini karna dia itu dapet beasiswa, harus tau nih Vin dia tuh kepintaranya gak akan ada yang nyaingin," ucap Aldin.

"Gue bisa kok nyaingin cewe sialan itu."

"Kita liat aja nanti," ucap Denial.

Setelah beberapa menit berbincang. Tiba-tiba guru yang mengajar di kelas IPA 2 datang dengan dampingi murid dibelakangnya seraya membawa buku yang banyak juga, lalu ia membagikan satu per satu buku itu kepada murid Kelas MIPA 2.

"Bentar, kayak nya ada murid baru dibelakang, ayo maju kenal kan namamu," ucap Bu Nana.

Delvin yang merasa dirinya adalah anak baru, lalu langsung melangkah menuju ke depan papan tulis.

"Hay guys, kenalin nama gue Delvin Dempster, gue pindahan dari Paris, dan salam kenal semua," ucap Delvin sangat ramah pada semua murid.

"Oke Delvin, silahkan duduk kembali," ucap Bu Nana mempersilahkan Delvin.

"Sekarang kalian kerjain ulangan harian yang ada dikertas yang udah dibagiin sama Tio. Jangan ada yang nyontek! Kalo ketauan ibu jadiin kalian bergedel," ucap Bu Nana pada mereka yang membuat semua murid di dalam kelas berdecak kesal.

"Aduh Bu ngapain sih mengerjain soal Fisika. Kepala saya jadi pusing nih, mending ke kantin, yakan Den?" Ucap Aldin menengok ke Denial.

"Gue gak ikutan yah," ucap Denial.

"Udah kamu diam, jangan berisik mending kamu kerjain tuh soal, apa mau ibu tambahin lagi?" Ucap bu Nana.

"Ehh jangan dong bu," ucaap Aldin berdecak.

"Mangkanya kerjain sekarang, biar istirahat nya cepat," Ucap bu Nana.

Memang bu Nana adalah tipe guru yang selalu mempercepat jam istirahat, tetapi sering juga memberi ulangan harian mendadak yang membuat para murid syokkk.

"Siap bu," jawaban semua murid serempak.

Denial berdecak ketika melihat soal-soal fisika yang berisikan angka-angka dan rumus yang membuat kepalanya puyeng tujuh turunan.

"Vin," bisik Denial dikuping Delvin yang berada di pinggirnya.

"Paan?" Balas Delvin yang masih sibuk mengerjakan soal-soal yang menurutnya sangat gampang menurut dirinya.

"Nyontek dong," bisik Denial lagi.

"Bentar lagi, lagian lo bego gak ketulung si," gerutu Delvin.

"Bodo amat, yang penting ganteng," balas Denial pede seraya mengusap-usal rambutnya.

"Nih," Delvin menyodorkan kertas jawaban miliknya pada Denial.

"Yes!" Ucap Denial lalu menyalin semua jawaban milik Delvin.

***

TBC.

Enemies In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang